Kopi TIMES

Membingkai Pendidikan Melalui Keteladanan

Rabu, 28 Juli 2021 - 19:00 | 53.24k
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – 'Kita tidak dapat memberikan sesuatu yang bahkan tidak pernah kita miliki'.

Itulah bunyi pepatah Arab kuno yang apabila kita hubungan dengan dunia pendidikan, maka kata 'memberi' ini merupakan kata kunci. Yang saya amati selama hampir delapan tahun saya menjadi seorang guru, memberi keteladanan kepada siswalah menjadi hal yang paling sulit, apabila dibandingan dengan memberikan ilmu pengetahuan. Karena transfer karakter akan sangat efektif diperoleh siswa dari keteladanan. Maka tak heran apabila banyak siswa sering mengidolakan guru-guru yang memiliki karakter kuat. Inilah yang sebenarnya membuat profesi guru merupakan salah satu profesi yang memiliki tanggung jawab yang berat. 

Meskipun selepas mengajar atau tidak sedang berada di sekolah, seorang guru tetap tidak bisa menanggalkan profesinya dan membawa identitas profesi di manapun  itu, baik dilingkungan tempat tinggalnya maupun di masyarakat. Oleh sebab itu, seharusnya tidak sembarang orang dapat menekuni profesi ini.

Menurut UU No.14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sederhananya, kompetensi pedagogik berkaitan dengan karakteristik siswa dan teori pembelajaran, kompetensi kepribadian berkaitan dengan karakter seorang guru, kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan komunikasi guru, dan kompetensi prefesional berkaitan penguasaan materi keilmuan & kurikulum. 

Jika profesi guru diiibaratkan menjadi bangunan, maka bangunan itu harus komplet, ada pondasi, tembok, atap, genting, dan segala perabotnya. Guru merupakan role model bagi para pelajar yang hadir untuk membentuk karakter siswa. Namun, sayangnya pandemi yang telah terjadi di Indonesia sejak awal Mei 2020 lalu itu seakan telah membuat transfer keteladanan guru sedikit terhambat. Hal ini karena dalam pembelajaran daring interaksi antara guru dan siswa dapat dikatakan lebih terbatas jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. 

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang dapat  dicontohkan oleh guru kepada siswa walaupun  ditengah-tengah pembelajaran daring. Pertama, memberikan contoh dengan tutur kata yang baik. Seorang guru harus selalu menggunakan bahasa yang baik meskipun dalam keadaan marah sekalipun. Dengan menggunakana bahasa yang baik dan santun, siswa pun secara tidak sadar akan meniru cara berbahasa tersebut. 

Kedua, memberikan contoh dengan perilaku. Seorang guru harus memberikan contoh perilaku yang baik. Sederhananya, misalnya saat pembelajaran daring, apabila ada kendala sehingga guru tidak dapat masuk kelas tepat waktu, maka sebaiknya menyampaikan kepada ketua kelas. Hal ini meskipun terlihat sepele. Namun, dapat memberikan contoh kepada siswa bahwa saling memberikan informasi dan konfirmasi itu penting dan harus dibiasakan. 

Ketiga, memberikan contoh sikap respek. Ketika seseorang sopan dan menghargai orang lain, maka dia telah menunjukkan sikap respek kepada orang lain. Hal ini dapat pula ditunjukkan oleh guru ketika pembelajaran di kelas. Misalnya, dalam pembelajaran melukis, apabila ada siswa yang sudah berusaha melukis meskipun hasilnya tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan, guru tetap berusaha memberikan apresiasi. Sikap saling menghargai ini merupakan hal yang penting dan perlu dicontohkan kepada siswa.

Selain itu, peran orang tua amat penting dalam pembentukan karakter anak, terlebih dikala pandemi yang mengharuskan aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah. Orang tua harus memberikan contoh baik kepada anaknya. Misalnya, ketika orang tua melarang anaknya tidak terlalu sering bermain game, maka orang tua pun harus mencontohkan tidak bermain game pula. Karena sejatinya, agar nasihat dapat merubah sikap anak, maka nasihat itu harus diikuti dengan perilaku orang tua sesuai nasihat yang diberikan sehingga nasihat dapat merasuk ke hati anak. 

Baik orang tua dan guru harus berkolaborasi dengan perannya masing-masing memberikan contoh keteladanan kepada anak. Karena kita semua sepakat, ilmu pengetahuan merupakan hal yang penting, tapi akhak jauh lebih penting. Seperti yang pernah disampaikan Imam Malik, 'pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu'.

***

*) Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES