Kopi TIMES

Catatan Harian KKN Mahasiswa IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi

Rabu, 28 Juli 2021 - 18:23 | 120.18k
Emi Hidayati, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi.
Emi Hidayati, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi.

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Saat ini Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diikuti oleh sekitar 422 orang mahasiswa. Mereka tersebar di 26 desa di 20 Kecamatan di Bumi Blambangan.

Agenda akademik ini mengambil gagasan tematik kolaboratif. Bentuk ini dipilih karena keterbatasan waktu pelaksanaan KKN yang hanya 40 hari dan ketersediaan disiplin ilmu serta sumberdaya yang dimiliki oleh mahasiswa. Untuk itu dipilih tema spesifik yaitu 'Pembangunan Keluarga', sebagai unit terkecil dari pembangunan Negara. Dengan menyelaraskan atau mensinergikan kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, berupa peningkatan kualitas pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pertumbuhan ekonomi inklusif dan penurunan kemiskinan.

Bentuk tematik kolaboratif menjadi strategi dalam pencapain tujuan KKN, seperti  melaksanakan tanggung jawab Tri Darma perguruan tinggi berupa Pengabdian Kepada Masyarakat. Meng elaborasi pengetahuan, ketrampilan dan keilmuan kedalam tema pembangunan keluarga.

Isu-isu stunting, seperti angka kesakitan pada anak, anemia pada remaja putri, penyimpangan seks pada remaja dan pernikahan usia dini. Angka kematian ibu dan bayi, jeratan rentenir pada pelaku usaha mikro skala rumah tangga, sanitasi buruk serta sampah yang tidak tertangani secara komprehensif.

Keseluruhan fenomena tersebut tidak mungkin dapat dirampungkan oleh  mahasiswa sendirian denga keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Program KKN tidak sama dengan proyek penelitian atau pendampingan yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok professional dengan membawa sejumlah anggaran dari para donor.  Jadi. peran dan posisi mahasiswa dalam situasi ini lebih sebagai fasilitator.

KKN di masa pandemi ini tetap dilaksanakan dengan tetap patuh pada protokol kesehatan. Kami berprinisip bahwa social distance bukan berati acuh, pembiaran, atau tidak peduli dan apatis terhadap keadaan masyarakat. Sosial distance justru bermakna merekatkan solidaritas, gotong royong, srawung antar anggota keluarga dan antar warga masyarakat.

KKN di masa pandemi ini,  mahasiswa dapat memiliki berbagai metode dan pendekatan seperti PRA (Participatory Rural Appraisal). Prinsip dasar pada PRA adalah berbagi pengalaman, keterlibatan masyarakat, penerapan konsep triangulasi dan keberlanjutan sebuah program. Praktiknya, mengikut sertakan warga dalam mengidentikasi kerentanan dan potensi. Menetapkan siapa pihak- pihak yang dapat turut serta dalam mengurai permasalahan dilingkungan.

Warga juga mampu menentukan skala prioritas masalah mendasar yang bisa diatasi sendiri. Mana tingkat kerentanan atau permasalahan yang dapat diatasi secara bersama, juga diatasi melalui rencana program pemerintah desa.

Melalui pendekatan pemberdayaan, kelembagaan ataupun penguatan kelompok masyarakat, mahasiswa selaku fasilitator dapat melatih pengetahuan warga masyarakat untuk mengurangi tingkat ancaman atau pun kerapuhan yang ada di lingkungan. Dengan begitu diharapkan lahir kesadaran, pengalaman dan ketrampilan dari masyarakat untuk bergotong royong menguatkan keluarga-keluarga yang ada dilingkungan RT, RW dan dusun- dusun. 

Secara akademik, mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan KKN dalam bentuk laporan dan artikel yang dapat digunakan sebagai referensi bagi para pihak yang membutuhkan. Maupun dalam bentuk rekomendasi untuk perbaikan kebijakan pemerintah.

Orientasi Tema pembangunan keluarga ini adalah ketahanan keluarga yang memiliki lima dimensi. Antara lain, ketahanan structural, ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial psikologis dan ketahanan social budaya. Yang ditandai dengan menguatnya sikap saling peduli, saling perhatian antara anggota keluarga. Kakek, nenek, ayah, ibu, anak, tetangga dan masyarakat.

Pergaulan remaja yang sehat, usaha yang dikelola keluarga, memiliki rencana bisnis yang baik, lingkungan rumah atau sanitasi yang terjaga dari penyakit. Ketersediaan air bersih dan tanaman obat. Pencapaian indikator ketahanan keluarga tersebut tidak bisa instan dan diselesaikan sendiri oleh mahasiswa.

Karena itulah, sejak awal KKN ini memilih program yang telah ada di tiap-tiap desa. Yaitu Bengkel Sakinah sebagai layanan untuk ditumbuh kembangkan peran dan fungsinya melalui sinergitas dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan desa  ( RT, RW, PKK, POS YANDU, KARANG TARUNA  dan LPMD ) untuk menyediakan  kader – kader sebagai ujung tombak pemberdayaan keluarga di desa. (*)

***

*) Oleh: Emi Hidayati, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES