Peristiwa Nasional

Menteri BUMN RI Diingatkan Agar Dukung Produksi Vaksin Merah Putih

Selasa, 27 Juli 2021 - 20:07 | 31.14k
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Dr H Mulyanto MEng (FOTO: dokumentasi pribadi)
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Dr H Mulyanto MEng (FOTO: dokumentasi pribadi)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN RI) Erick Thohir sebaiknya mempersiapkan anak buahnya di BUMN Bio Farma untuk melakukan produksi massal vaksin Merah Putih. Hal itu penting dilakukan dibandingkan dengan memanggil pulang Rudiansyah, mahasiswa yang turut serta mengembangkan vaksin Astra Zeneca.

Selama ini, kendala pengembangan Vaksin Merah Putih sebenarnya ada di pihak BUMN bidang farmasi itu sendiri. Karenanya, skan lebih konkret apabila Menteri BUMN Erick Thohir membereskan BUMN Bio Farma. Demikian dikatakan politisi PKS Mulyanto, Selasa 27 Juli 2021, menanggapi rencana Menteri BUMN Erick Thohir memanggil pulang Rudiansyah. 

Disampaikan, saat ini riset vaksin Merah Putih yang salah satunya dimotori Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mundur dari jadwal. Semula diperkirakan vaksin dapat diproduksi massal pada awal tahun 2022. Namun karena Bio Farma tidak siap, produksi massal vaksin ini diperkirakan molor hingga September 2022.

Belakangan diketahui bahwa ketidaksiapan BUMN Bio Farma tersebut karena vaksin Merah Putih yang akan dikembangkan didasarkan pada protein rekombinan mamalia. Sementara fasilitas produksi BUMN Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis pada protein rekombinan ragi. 

Akibatnya, terpaksa LBM Eijkman harus banting setir mulai dari nol lagi untuk mengembangkan riset vaksin berbasis ragi.

"Ini soal keseriusan BUMN Kesehatan untuk memproduksi vaksin domestik. Semestinya mereka mendukung produksi Vaksin Merah Putih, jangan hanya cari untung mudah dari vaksin impor," tegas Mulyanto.

"Kalau memang Menteri BUMN serius terkait pengembangan vaksin anak bangsa, maka ketimbang panggil pulang Rudiansyah, sebaiknya yang jelas di depan mata ini saja segera dibereskan," sambungnya. 

Ia menambahkan, Menteri BUMN perlu mempersiapkan berbagai fasilitas uji klinis dan produksi massal vaksin Merah Putih di BUMN Bio Farma agar vaksin anak bangsa ini dapat dilepas ke masyarakat tepat waktu. Syukur-syukur bisa lebih cepat dari jadwal yang direncanakan.

Sejauh ini, Mulyanto yang juga Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI menilai Pemerintah terkesan adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin ini berjalan apa adanya. Bahkan terkesan maju-mundur seperti joget poco-poco.

"Terbukti dana riset vaksin di LBM Eijkman, yang disiapkan Pemerintah tidak lebih dari Rp10 M. Ini sungguh miris dan jauh dari memadai, apalagi kalau dibandingkan dengan dana yang disiapkan untuk mengimpor vaksin yang ratusan triliun.  

Seharusnya Pemerintah dapat mengalokasikan dana riset yang cukup, termasuk dukungan infrastruktur pada mitra BUMN yang akan memproduksi, agar vaksin Merah Putih ini dapat diproduksi lebih cepat," papar Mulyanto.  

Untuk diketahui, Indonesia saat ini memiliki 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.  

Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada bulan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh ijin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022.  

Tapi karena kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma, yang hanya dapat memproduksi vaksin merah putih berbasis protein rekombinan ragi, maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES