Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Rajin Melawan Pemanasan Global

Sabtu, 24 Juli 2021 - 13:40 | 53.36k
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang dan Penulis buku.
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang dan Penulis buku.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Apa yang bisa kita lakukan berkenaan dengan penyelamatan lapisan ozon dari ancaman atau ”kejahatan” pemansan global (global warning)? Di saat manusia-manusia di belahan bumi lain sedang berjuang atau menggalakkan aktifitas bertemakan perang terhadap pemanasan global, kita yang berada di bumi Indonesia sedang memperjuangkan apa?

Hari Ozon Internasional yang diperingati setiap tanggal 16 September merupakan hasil resolusi Sidang Umum PBB tahun 1994 yang dijadikan momen bersejarah untuk terus mengingatkan masyarakat akan pentingnya melindungi lapisan ozon dan mengurangi penggunaan bahan perusak ozon yang dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon.

Setiap tahun pihak Sekretariat Ozon PBB menetapkan tema yang berbeda untuk peringatan Hari Ozon Internasional. Meskipun berkat Protokol Montreal PBB mengaku telah menunjukkan keberhasilan dalam pengurangan BPO, namun masih banyak pihak yang berperilaku memprihatinkan, Misalnya sikap dan perilaku masyarakat Indonesia secara umum belum terbilang “cerdas” dalam memberikan kontribusi terhadap perlindungan ozon. Mereka bahkan belum berani bercerai dari perilaku yang mengakibatkan lapisan ozon menipis.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mereka itu tergelincir dalam mempercepat daya gerak pemanasan global. Sungguh suatu kondisi paradoksal di saat sebagian elemen sosial mampu mengurangi BPO, sementara di sebagian elemen masyarakat yang lain justru mengabaikan komitmennya dalam melindungi ozon atau terperangkap dalam pembenaran pemanasan global.

Idealnya, pemanasan global layak dijadikan sebagai obyek jihad atau ”musuh” yang harus diperangi oleh umat manusia di bumi, tidak terkecuali Indonesia.  Pemanasan global tidak  bisa dianggap sebagai ”penyakit sepele”, tetapi wajib dijadikan sebagai ancaman serius bagi keberlanjutan hidup manusia di muka bumi Indonesia sekarang dan masa depan.

Masyarakat atau bangsa yang  mengabaikan pemanasan global  identik dengan menyerahkan kehidupannya dalam kehancuran, atau meminjam istilah Futurolog kenamaan Alvin Tofler  ”future shock”, suatu kegelapan masa depan, prospek suram, atau era kesejarahan yang diwarnai serba ketakutan masyarakat akibat maraknya penyakit mematikan dan berbagai bentuk kematian yang mengerikan.

Bagi manusia yang masih berpikiran normal atau belum sakit psikologisnya, tentuah tidak ada diantaranya yang menginginkan masa depannya dihadapkan dengan peristiwa mengerikan atau maraknya penyakit mematikan, di samping berbagai bentuk tragedi ekologis, namun faktanya, masyarakat yang seringkali menyebut dirinya sebagai kumpulan cendekia atau manusia pintar ini, ternyata  banyak memproduk sikap dan perilaku yang bercorak mengancam dan menghancurkan kehidupannya dengan cara mempercepat gerak dab menguatnya pemansan global.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Realitas yang terbaca, potret manusia Indonesia dewasa ini memang semakin pintar. Hampir setiap semester, rata-rata perguruan tinggi di Indonesia, mulai dari yang memiliki program Diploma hingga Doktor, telah melahirkan jutaan lulusannya, yang secara umum lulusannya ini berstigmakan sebagai “manusia pilihan”, atau sosok yang sudah didaulat mempunyai kapasitas moral-intelektual dalam menerjemahkan problem kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sayangnya, seiring dengan banyaknya perguruan tinggi memproduk ”manusia pilihan” itu, ternyata sulit menemukan diantaranya yang benar-benar menunjukkan sikap atau perilaku yang mampu  memilah antara perbuatan yang bercorak menghancurkan masa depan masyarakat dan bangsanya, dengan perbuatan yang bermuatan menyelamatkan dan mencerahkannya.

Pemanasan global sejatinya merupakan cermin sikap dan perilaku manusia  yang gagal mengedukasikan dirinya dalam ranah memilah yang terbaik (berstandarkan moral dan komitmen kebangsaan). Kepintaran yang pernah diasahnya selama di perguruan tinggi, telah dijungkirbalikkan oleh ambisi yang memenangkan rumus-rumus kapitalistik atau target-target mendulang keuntungan pribadi, kroni, dan lainnya, dengan cara misalnya  melakukan penghancuran sumber daya alam atau “menghalalkan” pembalakan hutan (illegal logging) dimana-mana .

Kita sering dihadapkan pada realitas paradoksal, bahwa kepintaran bukannya dijadikan sebagai modal strategis atau fundamental membangun keadaban dan keharmonisan sosial-ekologis, tetapi dijadikannya sebagai alat melakukan rekayasa kepentingan eksklusifnya, yang tanpa mengalkulasi dampak destruktifnya terhadap konstruksi kehidupan masyarakat dan masa depan bangsa. Masa depan ekologis bangsa ini misalnya seringkali tidak dijadikan sebagai obyek bacaan yang cerdas secara moral, sehingga berada di ujung tanduk.

Doktrin Islam menggariskan, bahwa sebenarnya manusia sudah disuruh melakukan iqra’  atau membaca fenomena alam atau produk ciptaan Allah SWT (QS Al-Alaq: 1-5), supaya manusia dalam menundukkan alam kepadanya  tidak diikuti dengan sikap arogansi, apalagi membenarkan kejahatan terhadap sumber daya ekologis. Doktrin ini sejatinya mengandung aspek edukatif, yang berorientasi mendidik setiap elemen masyarakat dalam relasinya dengan komitmen ekologis. Manusia diingatkan, bahwa alam bukan sebatas obyek atau alat memuaskan kesenangan gaya hidup atau kepentingan keduniawiannya, tetapi juga obyek fundamental dan sakral yang wajib dilindunginya dengan rajin demi masa depannya sendiri.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang dan Penulis buku.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES