Kopi TIMES

Nasionalisme Masyarakat Perbatasan Kalimantan Utara

Sabtu, 24 Juli 2021 - 12:48 | 122.80k
Khairuddin Arief Hidayat, Mahasiswa Program Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Khairuddin Arief Hidayat, Mahasiswa Program Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki posisi posisi geografis yang sangat strategis, karena berada di dua Samudra, yaitu  Samudra Hindia dan Pasifik dan diapit oleh dua benua,   yaitu benua Asia dan Australia.

Posisi semacam ini memungkinkan beberapa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berbatasan langsung dengan negara lain. Baik perbatasan dalam bentuk perairan/ laut maupun daratan. Wilayah perbatasan yang ada di Indonesia merupakan perwujudan kedaulatan wilayah NKRI.

Perbatasan mempunyai peranan penting dalam hal penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, pertahanan keamanan dan kedaulatan ekonomi.

Salah satu wilayah perbatasan yang paling dekat dengan negara tetangga adalah wilayah perbatasan Kalimantan Utara yang langsung berbatasan dengan Malaysia. Masyarakat yang hidup di perbatasan NKRI dan Malaysia sering dicurigai mempunyai nasionalisme yang rendah.

Hal ini diperkuat oleh pemberitaan media massa dan beberapa penelitian tentang masyarakat perbatasan di Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara (Kaltara). Kecurigaan tersebut diperkuat oleh beberapa realitas.

Di antaranya: penggeseran patok perbatasan, penggunaan mata uang ganda (Rupiah dan Ringgit), kebutuhan pokok lebih banyak dari Malaysia, kewarganegaraan ganda, lebih hafal lagu kebangsaan Malaysia daripada lagu kebangsaan Indonesia, dan menjadi warga negara Malaysia

Adanya kesenjangan, perbedaan kualitas SDM dan ketergantungan ekonomi yang tinggi masyarakat Kecamatan Sebatik Tengah terhadap Tawau Malaysia merupakan alasan untuk mencurigai nasionalisme masyarakat perbatasan.

Pengembangan jiwa nasionalisme di wilayah perbatasan mengharuskan pemerintah NKRI harus hadir dengan disertai berbagai simbol yang merefleksikan nasionalisme. Simbol nasionalisme yang dapat ditemui di Kecamatan Sebatik Tengah antara lain berupa pos penjagaan lintas batas, bendera merah putih, pintu gerbang kecamatan, tugu perbatasan dan kalimat penyemangat nasionalisme seperti “NKRI Harga Mati”.

Atas dasar fenomena tersebut tersebut membuat Khairuddin Arief Hidayat yang merupakan salah satu mahasiswa program Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang mengambil penelitian mengenai perbatasan NKRI.

Penelitian yang dilakukan pada daerah perbatasan Indonesia tepatnya di Kecamatan Sebatik Tengah, Kalimantan Utara ini bertujuan untuk mengungkap makna Ideologi Pancasila, makna NKRI, penggunaan mata uang Rupiah serta bagaimana nilai-nilai bela negara yang ada pada masyarakat perbatasan di Sebatik Tengah.

Sebatik Tengah yang merupakan salah satu kecamatan di Pulau Sebatik dan menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia ini terbagi menjadi 4 wilayah perdesaan, yaitu Desa Aji Kuning, Desa Maspul, Desa Bukit Harapan dan Desa Sungai Limau. Keempat desa tersebut lah yang menjadi focus Khairuddin dalam melakukan penelitiannya. 

Pemaknaan Ideologi Panacasila dan Bela Negara

Melalui hasil penelitiannya Khairuddin mendapati bahwa makna ideologi Pancasila bagi masyarakat perbatasan di Kecamatan Sebatik Tengah meliputi Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa, dan  pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pemaknaan ini terlihat dalam praktik penerapan nilai-nilai ideologi Pancasila di Desa Sungai Limau. Perbedaan suku dan agama antara kelompok pendatang pemula dari suku Bugis Sulawesi Selatan yang mayoritas beragama Islam dengan kelompok pendatang baru dari suku Ende NTT yang mayoritas beragama Katolik dan kedua-duanya merupakan eks TKI Malaysia berjalan secara harmonis dan menunjukkan persatuan diantara mereka.

Makna Ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui upacara ritus kehidupan manusia, dan pembangunan prasarana pendidikan (madarasah). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pemaknaan ini saling menghormati perbedaan agama, dan suku, musyawarah dan kekeluargaan untuk menyeselesaikan masalah; dan kebersamaan dan gotong royong. 

Makna NKRI berdasarkan apa yang Khairuddin temukan meliputi sebagai “beranda depan” karena wilayah ini merupakan bagian terdepan NKRI yang berhadapan langsung dengan negara Malaysia. Sebagai “benteng Pancasila”, Pancasila tidak hanya sebagai ideologi dan dasar negara, tetapi juga sebagai “benteng” yang dapat berfungsi masuknya ideologi lain. Sebagai “garda terdepan” (vanguard), masyarakat Kecamatan Sebatik Tengah merupakan warga negara yang berada di baris terdepan, jika terjadi konflik dengan negara Malaysia.

Khairuddin menjelaskan juga tentang pemaknaanakna mata uang Rupiah bagi masyarakat sebagai alat transaksi dalam jual beli di wilayah perbatasan yang fleksibel. Bagi para pedagang, memudahkan pedagang untuk membeli barang dagangan di Tawau, setelah ditukar Ringgit Malaysia, dan bagi otoritas keuangan (petugas bank), penggunaan mata uang ganda dapat mengancam kedaulatan mata uang rupiah. 

Temuan lainnya dimana makna bela negara diwujudkan dalam bentuk partisipasi Aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan, Ikut Serta dalam Pemilihan Umum (pilpres, pileg, pemilukada, pilkades), Berpartisipasi dalam Menjaga Kedaulatan Bangsa dan Negara.

Makna norma gotong royong masyarakat Kecamatan Sebatik Tengah diwujudkan dalam bentuk TOBANA dan BM DAK. Sedangkan bahasa masyarakat perbatasan Sebatik adalah Indonesia-Malaysia, terutaman dialeknya. Namun lebih terasakan bahasa Indonesianya.

Khairuddin menyadari bahwa penelitiannya ini masih perlu pendalaman yang lebih terperinci sehingga ia mengungkapakan bahwa untuk membuktikan dan memperkuat penelitian ini, maka perlu dilakukan uji hipotetis atas temuan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Selain itu pemerintah perlu memperhatikan masyarakat perbatasan yang juga dikategorikan sebagai daerah 3 T (Terluar, Terdepan, Tertinggal), untuk memperkuat nasionalisme mereka. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES