Kopi TIMES

Penanganan Pandemi, Literasi Data dan Pendidikan Kita

Sabtu, 24 Juli 2021 - 09:00 | 72.17k
Hasan Chabibie.
Hasan Chabibie.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pandemi di Indonesia masih belum berakhir, kita masih akan terus berjuang untuk melawan persebaran virus dengan bersama-sama saling menjaga kesehatan sekaligus taat protokol.

Di level kebijakan, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan strategis untuk penanganan pandemi. Meski demikian, partisipasi dari pelbagai pihak menjadi sangat penting. 
Di level warga, kita bisa melihat bagaimana gotong-royong dan saling membantu masih mengakar dalam tradisi warga Indonesia. Inilah kekuatan sebenarnya untuk mengatasi pandemi saat ini, dengan saling membantu antar warga. 

Sering terdengar kabar, ketika ada seorang warga sedang mengalami kasus Covid atau sedang isolasi mandiri, seketika para tetangga membantu dengan mengirimkan bahan makanan secara bergiliran. Inilah kekuatan Indonesia, yang saya yakin, kita semua akan bangkit melawan pandemi. 

Akan tetapi, di sisi lain, kita juga melihat banyak orang yang terjebak hoax dan kabar sesat dari media sosial. Tumbuhnya kelompok anti-vaksin serta tergerusnya kepercayaan terhadap program-program pemerintah, merupakan efek dari gempuran percepatan teknologi digital yang kurang dibarengi kecerdasan bermedia sosial. 

Cerdas bermedia sosial
Dalam beberapa esai sebelumnya, saya sering menyampaikan pentingnya kecerdasan bermedia sosial bagi warga negeri ini. Inovasi digital dan media sosial itu ibarat mata pisau, ia akan berguna bagi yang menggunakan secara bijak. Namun, bagi yang ceroboh bahkan tidak terampil menggunakan, akan menyebabkan luka.

Inovasi digital diciptakan untuk memudahkan urusan manusia, dari teknologi untuk industri hingga yang digunakan untuk keseharian, semisal Internet of Things (IoT). Inovasi digital telah melesat masuk ke ruang privat kita, bahkan penetrasinya sekarang telah masuk ke tubuh kita, dengan berbagai aplikasi dan tools yang digunakan untuk kepentingan medis. 

Ada dua hal penting yang ingin saya tegaskan di tulisan ini, yakni pentingnya (1) literasi digital, dan (2) literasi data. Kedua hal ini menjadi penopang penting, dalam peningkatan kecerdasan menggunakan perangkat digital. Kedua hal tersebut merupakan skills, kecapakan yang bisa dilatih, yang pada akhirnya menguntungkan pengguna, warga Indonesia pada umumnya. 

Pada 2017 lalu, saya menulis sebuah buku berjudul “Literasi Digital”. Buku ini berangkat dari kegelisahan saya untuk mengajak para pembaca dan mengedukasi warga Indonesia secara luas untuk cerdas bermedia sosial. 

Di tengah percepatan inovasi digital ini, kita perlu untuk terus mengasah kecerdasan dalam bermedia sosial—sekaligus penggunaan teknologi digital—sebagai sarana untuk menciptakan peluang, memudahkan urusan teknis sekaligus menyelesaikan masalah. 

Bagi mereka yang cakap menggunakan mengoperasikan media sosial, manfaat akan terus dirasakan. Kita bisa memilah informasi yang tepat untuk diri kita, sekaligus juga membagi informasi-informasi yang dirasa berguna untuk orang lain. Di sisi lain, bisnis berbasis digital marketing juga menggunakan media sosial sebagai alat utama untuk pemasaran. 

Namun, bagi mereka yang belum teredukasi untuk menggunakan media sosial, media ini hanya menjadi ruang untuk menimbun sampah amarah, atau rimba raya informasi palsu. Di sinilah, pentingnya kecerdasan logika, critical thinking dan sekaligus pemahaman yang utuh akan informasi menjadi sangat penting. 

Satu tahap lain dalam literasi digital yakni pentingnya menjadi kreator yang menginspirasi. Jangan hanya menjadi konsumen, tapi jadilah produsen gagasan. Ide-ide anda bisa mencerahkan orang lain, melalui multi-platform. 

Pada konteks ini, dunia pendidikan memainkan sektor sangat penting. Pendidik sekarang tidak hanya seorang konsumen pengetahuan, tapi juga harus menjadi produsen pengetahuan. Sekolah merupakan laboratorium untuk pengembangan gagasan dan berkarya. Inovasi teknologi sangat memungkinkan perubahan skema ini, dari konsumen pengetahuan menjadi produsen pengetahuan. 

Program Merdeka Belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim sangat tepat pada konteks ini. Selain itu, Pusdatin Kemendikbud Ristek juga menyiapkan inovasi konten Pendidikan melalui portal Rumah Belajar, Radio Edukasi dan beberapa layanan lain. 

Ekosistem pendidikan Indonesia dapat menjadi gerbang untuk menguatkan literasi digital. Infrastruktur teknologi untuk mendorong percepatan ke arah perbaikan literasi digital telah tersedia. Namun, perlu dukungan dari pendidik dan siswa, serta orang tua siswa bagaimana literasi digital ini menjadi nyawa dari pembelajaran kita.

Pentingya literasi data
Pasca literasi digital, langkah berikutnya adalah menguatkan literasi data. Perkembangan dunia sekarang ini, mengharuskan setiap orang untuk memahami dan peka terhadap data. Majalah the Economist pada Mei 2017 lalu, menulis betapa data sekarang ini lebih berharga dari minyak bumi, "the world’s most valuable resource is no longer oil, but data."

Data memegang peran krusial dalam perumusan masalah, analisa kebijakan dan decision making. Perumusan kebijakan yang tidak berbasis data, akan tidak tepat sasaran. Kita melihat bagaimana pandemi perlu penanganan ekstra, karena kita terlambat dalam penanganan data. Meski demikian, perbaikan di berbagai sektor untuk pengambilan kebijakan berbasis data telah mulai dilakukan. Untuk perbaikan di masa mendatang, literasi data menjadi kecakapan penting, selain penguatan literasi digital. 

Literasi data sejatinya dibutuhkan semua pihak, tidak hanya pemerintah ataupun akademisi. David Spiegelhalter, professor statistik di Universitas Cambridge, Inggris dan mantan presiden Royal Statistic Society menyampaikan: It is not only professionals that require data literacy—its is a basic requirement for informed citizens. Bahwa, data merupakan kebutuhan mendasar, tidak hanya untuk para profesional namun juga warga negara. 

Dunia pendidikan di negeri memungkinkan sebagai menjadi pintu strategis untuk penguatan literasi digital dan literasi data. Diperlukan penyesuaian dan dukungan dari semua pihak, untuk mendorong bangsa Indonesia mengambil manfaat besar dari inovasi teknologi, dengan literasi digital dan literasi data. Maka, pada akhirnya, cerdas bermedia sosial dengan literasi digital dan literasi data memjadi kebutuhan penting saat ini. (*) 

***

*) Dr. M. Hasan CHabibie, praktisi Pendidikan, pengasuh pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES