Peristiwa Daerah

Kisah Jurnalis Indramayu yang Jalani Isolasi Mandiri di Tanah Rantau

Kamis, 22 Juli 2021 - 19:42 | 25.50k
Handhika Rahman saat mendapatkan bantuan untuk penyintas Covid-19.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Handhika Rahman saat mendapatkan bantuan untuk penyintas Covid-19.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menjadi salah satu orang yang divonis positif Covid-19, memang menjadi sebuah pengalaman yang pahit bagi Handhika Rahman (24), salah seorang jurnalis Indramayu. Apalagi, dia harus menjalani isolasi mandiri di tanah rantau tersebut seorang diri di kosannya, dan jauh dari keluarga.

Handhika Rahman memang bukan warga asli Indramayu. Dia beralamat KTP di Cirebon, dan mesti menjalani tugasnya sebagai seorang jurnalis, di Indramayu, sebuah tanah rantau yang tak ada satupun keluarga di sana.

Sebagai seorang pewarta, dia berusaha menjalani tugasnya dengan baik, termasuk mewawancarai siapa saja yang bisa dijadikan narasumber. Namun, sebuah fakta mengejutkan terjadi, di mana dia dinyatakan positif Covid-19, usai liputan ke Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu.

Kepada TIMES Indonesia, pria kelahiran 29 November 1996 tersebut menceritakan sehari setelah liputan ke daerah Kroya dan mengobrol dengan seseorang, dia mengaku mengalami kedinginan. Padahal, saat itu cuaca sedang panas dan terik. Namun, dia tetap merasa kedinginan, walaupun sudah mengenakan jaket dan kaos tebal.

Sehari setelah itu, dia mengalami gejala lainnya, yakni demam dan batuk. Keesokan harinya, penciumannya mulai hilang. Dari situ, dia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan terindikasi Covid-19. Akhirnya, dia pun mencoba untuk menjalani tes swab. Dan benar saja, hasilnya positif Covid-19.

"Setelah dinyatakan positif, saya langsung mengabari keluarga, kantor tempat kerja, dan teman-teman," jelasnya kepada TIMES Indonesia, Kamis (22/7/2021).

Handhika Rahman akhirnya memilih menjalani Isolasi mandiri di kosannya. Dia pun izin cuti kepada kantornya, untuk tidak liputan terlebih dahulu untuk sementara, selama menjalani masa isolasi. Untung saja, kantornya memberikan keringanan, dan diperkenankan untuk tidak liputan dan mengirim berita.

Handhika Rahman mengaku di awal-awal menjalani masa isolasi, merupakan hal yang terberat. Karena, gejala-gejala Covid-19 masih ada. Demam, penciuman hilang, dan batuk, seakan setia menemaninya menjalani masa isolasi di kosan. Namun, berkat bantuan obat dari puskesmas, gejala-gejala tersebut berangsur hilang.

"Sekitar 3 sampai 4 hari awal-awal isolasi, udah gak ada gejala lagi. Namun masih menjalani isolasi karena masih dinyatakan positif," tutur pria berdarah Sunda ini.

Meskipun Handhika Rahman menjalani isolasi mandiri di kosannya, namun dia merasa tertolong berkat bantuan teman-temannya. Walaupun tak ada sanak famili yang datang menjenguknya lantaran dilarang, dia justru banyak dibantu oleh teman-teman kosannya, maupun teman sesama jurnalis.

"Makan dan minum dibantu sama teman kosan dan jurnalis. Dan mereka gak rewel. Karena kitanya terbuka, teman kos justru lebih peduli, banyak yang perhatian," tuturnya mengenang kembali momen mengharukan tersebut.

Bentuk perhatian dari teman-temannya selama menjalani masa isolasi, ternyata menjadikan imun tersendiri bagi pria yang akrab disapa Dhika tersebut. Meskipun begitu, keluarganya di Cirebon juga tetap memberikan support berupa doa, walaupun tidak bisa datang menemaninya.

"Hampir sejam sekali ada yang nelpon, video call, chat," jelasnya.

Dua Minggu sudah, Handhika Rahman menjalani masa isolasi mandiri di kosannya. Sehingga akhirnya, dia memberanikan diri untuk mencoba tes swab lagi, untuk mengetahui apakah masih positif atau sudah negatif.

Dan akhirnya, tepat pada 7 Juli 2021 lalu, Handhika Rahman sudah dinyatakan negatif. Dia pun langsung mengabari semua orang terkait kabar gembira tersebut. Dia pun cukup senang, karena akhirnya bisa kembali keluar dan liputan, sesuai dengan tugasnya.

Pengalamannya menjadi penyintas Covid-19 di tanah rantau memberikannya pelajaran berharga. Satu hal yang dia ingin imbau kepada semua orang, bahwa agar orang-orang mau untuk ikut vaksinasi Covid-19. Karena, hal tersebut dibuktikan dengan dirinya yang hanya sebentar saja mengalami gejala Covid-19, lantaran sudah divaksin.

Ia juga menekankan bahwa banyak masyarakat yang menganggap jika positif Covid-19 itu aib dan memandang negatif. Padahal, kalau tidak ketahuan bisa fatal dan mengakibatkan kematian. Karena itulah mengapa banyak kematian akibat Covid-19.

"Karena cepat ketahuan, jadi cepat ditangani puskesmas. Apalagi sebelumnya sudah divaksin, jadi sakitnya cuma 3 hari saja. Setelah itu biasa lagi," tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES