Peristiwa Daerah

Begini Kisah Ristia Afifi, Sembuh Setelah Terkena Covid-19

Rabu, 21 Juli 2021 - 19:30 | 57.21k
Pasien Covid-19 bernama Ristia Afifi bersama suaminya Supriyono. Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. Ristia)
Pasien Covid-19 bernama Ristia Afifi bersama suaminya Supriyono. Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. Ristia)

TIMESINDONESIA, BOJONEGORO – Bagi sebagian orang, virus corona atau Covid-19 menjadi momok namun itu tidak bagi Ristia Afifi, pemilik Kafe Dapurane Tia. Perempuan asal Desa Megale, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Jawa Timur itu dapat melaluinya setelah belasan hari mengalami gejala indikasi terjangkit virus asal Wuhan, China.

Tia, sapaan akrab Ristia, mengaku tidak mengetahui secara pasti dari mana dan kapan dirinya terpapar Covid-19. Sebab, selama bepergian keluar rumah dirinya selalu menerapkan standar protokol pencegahan Covid-19. Yakni, selalu mengenakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan selalu mencuci tangan/memakai sanitizer.

Mengenai aktifitas keseharian? Ristia mengakui selama ini aktifitasnya memang tergolong padat. Itu karena tidak lepas dari profesinya sebagai pengusaha kafe. Setiap pagi, ia sendiri yang harus ke pasar untuk belanja berbagai kebutuhan usahanya. Bahkan, ia pun sering mengantarkan makanan pesanan konsumen.

“Ya mungkin saja, saya terpapar Covid-19 karena kondisi imunitas tubuh saya saat itu sedang tidak bagus, tidak fit. Sehingga, mudah terpapar virus. Padahal, kalau kemana-mana saya sudah selalu pakai masker lho,” terang alumni Jurusan Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta, Rabu (21/7/2021).

Tia menceritakan, awal merasa terindikasi terpapar Covid-19 ketika mengalami demam tinggi disertasi batuk pada 22 Juni 2021. Saat merasa kondisi tidak sehat, ia pun memutuskan melakukan isolasi mandiri (Isoman) di rumah. Sedangkan kafe miliknya yang berada di sekitar Kantor Kecamatan Kedungadem seluruhnya dihandle oleh karyawannya.

Dua hari menjalani isoman kondisi demam dan batuk tak mereda. Pada 24 Juni 2021, ia pun memutuskan memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan obat penurun panas dan batuk. Seminggu isoman, ternyata tidak ada perubahan. Setelah berdiskusi dengan suami dan keluarga, pada 28 Juni 2021 ia pun memutuskan periksa ke dokter spesialis paru. Kala itu, diagnosa dokter adalah mengalami pneumonia atau peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi.

“Setelah periksa dokter, eh batuk kok semakin parah disertai sesak napas. Pada 30 Juni 2021, suami saya akhirnya membawa saya ke rumah sakit dan di rumah sakit saya diberikan oxygen dan terapi oleh dokter spesialis paru,” jelas alumni MAN 2 Yogyakarta ini.

Sejak merasa demam dan sesak napas, nafsu makan turun drastis. Beruntung suami, anggota keluarga, dan sahabat banyak yang memberikan dukungan dan semangat. Saat masa-masa kritis, Tia selalu berusaha menjaga emosinya seperti tidak cemas, tidak panik, dan tidak stress.

Untuk menjaga agar energi positif dalam pikiran dan hatinya selalu terus terjaga. Tia mengaku waktunya ia selalu habiskan untuk menonton konten video pengajian/ustad ngaji, film komedi, musik, dan mengabaikan informasi atau berita yang berakitan dengan Covid-19.

“Saat lihat akun medsos tiba-tiba kok ada konten Covid-19 ya langsung saya lewati saja. Ya mending lihat video lucu-lucu agar hati tetap gembira, tetap senang tidak sedih,” jelasnya.

Untuk menjaga nafsu makan dan minum tetap terjaga. Tia mengaku minum madu dan sari kurma. Ia juga mengkonsumsi vitamin pemberian dokter rumah sakit.

“Agar badan tidak lemas, kuncinya ya makan yang banyak, makan makanan yang bergizi meski lidah merasa pahit. Saat itu, saya banyak makan buah-buahan. Kemudian, berpikir positif, tenang, tidak parno terhadap virus Corona. Dan paling penting adalah anggota keluarga terdekat harus memberikan semangat,” ungkap perempuan yang pernah meniti berkarir di sebuah perusahaan BUMD dibidang migas milik Pemkab Bojonegoro ini.

Selain Tia, ibu dan neneknya yang tinggal satu rumah dengan dirinya ternyata juga terpapar Covid-19. Tak ingin ambil resiko, keluarga pun memutuskan membawa keduanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif dari tenaga medis.

“Alhamdulillah, saat itu kami bertiga bisa tinggal dalam satu kamar. Sehingga, kami bertiga bisa saling suport, saling memberikan dukungan,” terang isteri dari Supriyono ini.

Agar tidak terlalu merepotkan tenaga medis rumah sakit. Keluarga meminta kepada manajemen rumah sakit agar suami dan dua adiknya diperbolehkan ikut merawatnya.

“Setelah seminggu menjalani perawatan, pada 6 Juli 2021 saya diperboleh pulang. Dua hari kemudian nenak dan ibu diperbolehkan pulang. Alhamdulillah, suami dan adik yang menjaga saya selama perawatan di rumah sakit, setelah menjalani tes swab antigen hasilnya negatif,” papar perempuan kelahiran 8 September 1986 ini.

Setelah pulang dari rumah sakit, ia bersama ibu dan neneknya tidak keluar rumah berkumpul dengan tetangga. Yang membuat dirinya bahagia adalah karyawan yang menjaga kafe miliknya sampai saat ini tidak mengalami gejala sebagaimana tanda-tanda terpapar Covid-19. Hal ini tentu tidak lepas dari peraturan yang ia terapkan kepada para karyawan dan konsumen yakni selalu menerapkan protokol kesehatan.

Tia berpesan, bagi yang mengalami gejala sebagaimana indikasi terpapar Covid-19 sebaiknya tidak perlu cemas, tidak panik, dan tidak stress. Sebab, naik turunya kondisi imunitas tubuh juga ditentukan oleh pikiran.

“Selama pemulihan atau isoman di rumah, kami masih selalu  minum air hangat yang dicampur dengan sereh, jahe, lemon, kencur, dan madu. Kami melarang tetangga dan keluarga untuk menjenguk ngobrol dari dekat. Setiap pagi, saya berjemur dan berolah raga di depan rumah. Alhamdulillah, saat ini kami bertiga sudah dinyatakan sembuh total dari Covid-19,” jelas Ritia Afifi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES