Peristiwa Daerah

Berguru Kesalehan Sosial dari Nabi Ibrahim, Orang yang Berkurban Adalah Real Sultan

Rabu, 21 Juli 2021 - 16:51 | 50.66k
Moh. Makmun, Ketua PC. LTMNU Jombang (FOTO: Moh. Makmun for TIMES Indonesia)
Moh. Makmun, Ketua PC. LTMNU Jombang (FOTO: Moh. Makmun for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Masih dalam momentum Idul Adha, alangkah baiknya jika kita kembali meneladani seorang Nabi dan Rasul yang mendapat gelar Kholilullah (kekasih Allah) yaitu Nabi Ibrahim AS.

Menurut Moh. Makmun, Ketua Pengurus Cabang Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama Kabupaten Jombang (PC LTMNU Jombang), selain Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim termasuk sosok yang spesial.

Bahkan Allah SWT sendiri yang memberikan info bahwa kehidupan Nabi Ibrahim menjadi rule model suri tauladan bagi kita semua. Sebagaimana termaktub dalam al-Quran:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;...." (Qs. al-Mumtahanah: 4)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

"Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji." (Qs. al-Mumtahanan: 6)

Dalam kesempatan kali ini, Pria yang akrab di sapa Gus Makmun akan menjelaskan, berguru kepada Nabi Ibrahim dari sisi keshalehan sosial dan persepsi beliau terhadap apa yang dimiliki.

"Nabi Ibrahim merupakan sosok yang penyantun, penyabar, penyayang, tidak terburu-buru meminta dihukum bagi orang yang memusuhi beliau," katanya, kepada TIMES Indonesia, Rabu (21/7/2021).

Sebagaimana Allah SWT, memuji Nabi Ibrahim yang terekam dalam al-Quran:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ

"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (Qs. Hud: 75)

Terkait ayat tersebut, Ibnu 'Abbas berpendapat bahwa sifat penyayang yang diridhoi oleh Allah, mendatangkan bagi pemiliknya kehormatan di dunia dan di akhirat.

Tidak sampai di situ saja, Nabi Ibrahim merupakan pribadi yang sangat menghormati tamunya. Sebagaimana Allah berfirman:

فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ

"lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silakan kalian makan". (Qs. adz-Dzariat: 27)

Suatu ketika ada tamu yang datang kepada Nabi Ibrahim, beliau kemudian menyembelih seokar anak sapi yang gemuk, kemudian membakar dagingnya lalu disuguhkan pada sang tamu tersebut. beliau mempersilakan mereka makan dengan sopan.

"Tidakkah kalian makan?" maka ketika Ibrahim melihat mereka tidak makan, rasa takut muncul dalam hatinya. Kemudian sang tamu berkata pada Nabi Ibrahim, "Jangan takut, sesungguhnya kami ini adalah utusan-utusan Allah," ungkapnya bercerita tentang Nabi Ibrahim.

Lanjut Cerita Gus Makmun, lalu mereka menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim bahwa istrinya (Sarah) akan melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi anak yang cerdas dan ahli ilmu, yaitu Ishaq.

Nabi Ibrahim juga terkenal memiliki binatang ternak yang banyak. Akan tetapi apa yang dimilikinya tak membuat beliau kikir atau pelit, tidak pula membuat beliau menjadi sombong. Sebaliknya Nabi Ibrahim justru terkenal dengan kedermawanannya.

Beliau selalu memuliakan tamu dengan menyembelih ternaknya sebagai jamuan, sehingga beliau juga dikenal sebagai abu al-Dhuyuf (bapaknya para tamu). Nabi Ibrahim juga gemar berbagi makanan kepada orang-orang yang ada di sekitar beliau.

Alkisah, suatu waktu ada malaikat menyamar sebagai manusia dan mendatangi Nabi Ibrahim dan meminta hewan ternak beliau. Nabi Ibrahim sama sekali tidak keberatan untuk memberikan hewan ternaknya, beliau  mengatakan bahwa ternak-ternak tersebut milik Allah yang dipercayakan kepadanya.

Begitu dermawannya Nabi Ibrahim dan begitu lapangnya hati dan pikiran beliau terhadap harta. Apa yang beliau miliki tidak mengurangi sedikitpun kecintaan beliau kepada Allah.

Apapun akan dilakukan jika Allah sudah memerintahkan, sebagai bukti dan tanda cinta beliau kepada Allah. Bahkan anak yang paling dicintai pun jika diminta Allah akan beliau ikhlaskan.

"Oleh sebab itu, orang yang berkurban sejatinya adalah orang yang dermawan dan tanda ia sangat mengharapkan bisa dekat kepada Allah seerta tanda kecintaannya kepada Allah," tegasnya.

Masalah kurban bukan seberapa banyak harta yang ia miliki. Sebab banyak orang yang secara materi ia mampu membeli hewan kurban, namun ia tak mau berqurban dengan alasan masih banyak kebutuhan hidup. Jika menuruti kebutuhan hidup, sampai kapanpun dan berapapun juga tidak akan terasa cukup.

"Sebaliknya ada orang yang biasa saja secara ekonomi, namun dengan kesungguhan hati ia menyisihkan uang setiap minggu, bulan dan tahun akhirnya bisa berqurban," jelasnya lagi.

Sehingga orang yang berkurban termasuk dalam kategori apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

"Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. al-Bukhari).

Demikian tadi penjelasan mengenai hikmah Hari Raya Idul Adha 1442 H sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim AS, yang disampaikan oleh Moh. Makmun, Ketua PC LTMNU Jombang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES