Kopi TIMES

Metode Pendidikan Karakter Paling Efektif Di Sekolah

Rabu, 21 Juli 2021 - 02:39 | 234.17k
Benny P, Mahasiswa Program Doktor di Universitas Muhammadiyah Malang
Benny P, Mahasiswa Program Doktor di Universitas Muhammadiyah Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Penguatan pendidikan karakter dapat ditanamkan bagi peserta didik dengan mengintegrasikan pada semua jenjang pendidikan. Isu penguatan pendidikan karakter menjadi perhatian bagi semua kalangan menghadapi tantangan era industri 4.0.

Banyak kalangan praktisi pendidikan berharap bahwa penerapan pendidikan karakter tidak hanya pada lembaga pendidikan formal, namun keluarga sebagai bagian dari institusi pendidikan diharapkan memiliki peran aktif dalam pembentukan karakter. Meskipun pada kenyataannya lembaga pendidikan formal seringkali dianggap sebagai pusat pembentukan karakter.

Pendidikan Islam mempunyai peran yang penting dalam pembentukan karakter religius siswa. Sikap religius merupakan tindakan yang dilandasi dengan dasar keyakinan terhadap nilai yang diyakini. Sikap religius yang terdapat dalam diri manusia akan terlihat dalam cara berpikir dan bertindak yang menjadi orientasi moral dari keimanan.

Persoalan yang seringkali muncul adalah proses pembelajaran di sekolah belum memberikan perhatian pada ranah afektif. Proses pembelajaran hanya mengedepankan  pada aspek kognitif semata.  

Hal yang terpenting dalam proses pendidikan adalah transfer of value setelah transfer of knowledge untuk membentuk moral peserta didik. Adanya pemberian nilai yang diberikan oleh lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter akan terwujud pribadi yang memiliki nilai kejujuran, religius, dan integritas. 

Berdasarkan pada permasalahan terkait pendidikan karakter, Benny Prasetya salah satu mahasiswa program Doktor Pendidika Agama Islam Universitas Muhamadiyah Malang melakukan alisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter religius baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk dijadikan penelitian disertasinya.

Benny mengungkapkan bahwa penelitiannya bermaksud untuk menguji teori tentang metode pembentukan karakter religius peserta didik di MAN 1 Kota Probolinggo.

“Masalah ini menurut saya menjadi penting untuk dipahami dan dijelaskan secara mendalam sejauh mana pengaruh metode pembentukan karakter di MAN 1 Kota Probolinggo sehingga berimplikasi bagi terwujudnya mutu lulusan yang berkarakter religius yang kompherensif” Ujarnya.

Pengaruh Penanaman Moral, Pembiasaan, Keteladanan dan Penegakan Aturan Terhadap Pembentukan Karakter Religius

Salah satu faktor pembentukan karakter religius adalah pengetahuan moral. Menurut Benny hal ini penting karena pengetahuan moral ini diperoleh dari penanaman moral yang dilakukan oleh Guru dalam pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan penelitian yang ia tuliskan didapati bahwa variabel pengetahuan moral memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter religius siswa MAN 1 Kota Probolinggo sebesar 15,4%, sedangkan 84,6 % dipengaruhi variabel lain yang tidak bisa ia jelaskan.

Konsep pengembangan pendidikan karakter Religius di MAN 1 Kota Probolinggo dikembangkan dari dua paradigma yaitu paradigma filosofis dan paradigma teologis sebagai nilai-nilai dasar. Paradigma filosofis menciptakan tiga sumber nilai: nilai logika, etika dan estetika.

Nilai logika dapat berperan dalam menunjukkan aspek kebenaran maupun kesalahan, sedangkan pada aspek nilai etika dapat menunjukkan kebaikan dan keburukan, aspek nilai estetika dapat menunjukkan keindahan maupun kejelekan.

Sedangkan paradigma teologis menghasilkan dua nilai dasar: tauhid dan syariah. Nilai tauhid dapat menentukan mukmin maupun kafir, dan nilai syariah dapat menunjukkan halal maupun haram. Metode belajar mengajar pendidikan karakter toleran melalui sedikit pengajaran, diklat, modeling, pembiasaan, dan penegakan.

Pengetahuan moral yang dimiliki siswa akan akan mendorong mereka memiliki kesadaran moral dalam berperilaku sesuai dengan nilai moral yang diajarkan guru. Siswa akan belajar untuk dapat mengambil hikmah dari sikap yang dilakukan.

Selain itu, siswa akan memiliki kemampuan dalam menilai dan mengontrol dirinya dalam berperilaku sesuai dengan budaya yang ada, memiliki keterbukaan terhadap kemampuan diri sendiri dan ingin mengevaluasi kesalahan melalui ilmu dan pemahaman yang dimilikinya.

Hasil penelitian Benny pada variaibel kedua ditemukan bahwa terdapat pengaruh pembiasaan yang diberikan guru terhadap pembentukan karakter religius siswa di MAN 1 Kota Probolinggo.

Hal ini dibuktikan dari nilai korelasi atau r antar variabel X2 dan y adalah sebesar 0,305 dengan nilai koefisien determinasi (KD) atau r2 sebesar 0,093 sekitar 9,3%. Artinya variabel Pembiasaan (X2) mempengaruhi variabel Pembentukan karakter Religius (Y) sebesar 9,3%.

Lembaga pendidikan seperti sekolah atau madrasah mempunyai peran aktif dalam membentuk karakter religus siswa. Madrasah atau sekolah dapat membuat regulasi melalui tata tertib sekolah untuk memberikan pembiasaan dalam membentuk karakter religius siswa.

Hal ini menguatkan peran lembaga pendidikan seperti sekolah atau madrasah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter terletak pada internalisasi pendidikan karakter dalam kurikulum. Kurukulum yang diterapkan dibutuhkan program pembentukan karakter yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Adanya kurikulum yang terintegrasi dalam semua mata pelajaran di sekolah merupakan sarana bagi peserta didik dalam mengetahui, mengenal dan memberikan penguatan terhadap implementasi nilai-nilai karakter religius.

Benny menuliskan implementasi pembiasaan di sekolah dalam kegiatan pembelajaran harus ada penerapan pembentukan karakter seperti internalisasi penyusunan RPP yang didalamnya yang memasukkan nilai-nilai karakter agama dan disiplin.

Nilai pendidikan karakter yang dimasukkan selanjutnya dilaksanakan melalui metode pembiasaan untuk membangun karakter peserta didik. Guru dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan karakter dan menindaklanjuti setiap tingkah laku atau sikap yang mengandung nilai-nilai karakter peserta didik.

Dalam membangun karakter religiuis siswa dikenalkan pada pembianaan pembiasaan nilai-nilai religius seperti salat  dhuha berjamaah. salat  dhuhur dan ashar, berdoa, membaca dan menghafal Al-Quran, melaksanakan salat  jumat, puasa sunnah dan kegiatan lain yang mendorong terbentuknya karakter religius.

Hasil lainnya yang Benny dapatkan dari penelitiannya di MAN 1 Kota Probolinggo, diketahui variabel keteladanan memiliki konstribusi yang paling besar dibandingnya dengan variabel lain dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, pembiasaan dan reward dan penegakan aturan.

Seorang guru memiliki kewajiban untuk memberikan teladan bagi peserta didiknya dengan tujuan peserta didik dapat meneladani perilaku baik dari gurunya. Seorang guru dapat mencontoh kepribadian Nabi Muhammad Saw sebagai uswatun hasanah dan figur yang sempurna bagi semua umat manusia di sepanjang masa.

Reward  and punishment merupakan salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswanya. Melalui reward and punishment diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan semangat belajar siswa. Namun nyatanya, ekspektasi seperti itu terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.

Implementasi pembentukan karakter religius siswa di  MAN  1 Kota Probolinggo

Implementasi pembentukan karakter religius di MAN 1 Kota Probolinggo sebagai role modelnya adalah guru. Guru memiliki peran sangat besar dalam memberikan pengetahuan, pembiasaan, keteladanan, penegakan aturan dan mengikutsertakan orang tua dalam membentuk karakter religius siswa.

Kepala madrasah selaku pemegang kebijakan memiliki kewajiban untuk mengatur tata tertib yang memiliki orientasi dalam pembentukan karakter. Kepala madrasah di MAN 1 Kota Probolinggo dalam melakukan beberapa kebijakan pembentukan budaya karakter bagi pesera didik dimulai dengan pembuatan visi dan misi, peraturan baik guru maupun peserta didik, SOP pelaksanaan dan SOP evaluasi kinerja.

Evaluasi dilakukan kepala madrasah secara konsisten dengan melakukan supervisi akademik maupun klinis terhadap persiapan mengajar guru dan pelaksanaan dalam memberikan penanaman moral pada siswa. Evaluasi juga dilakukan dalam pertemuan terbatas wakil kepala sekolah maupun dengan semua guru siswa dalam rapat dinas.

Implementasi lainnya sebagai penguatan dalam metode pendidikan karakter religius di MAN 1 Kota probolinggo adalah dengan melibatkan orang tua peserta didik dalam pembentukan karakter siswa.

Madrasah selalu melakukan pertemuan dengan orang tua secara periodik setidaknya 3 kali dalam setahun yaitu pada pengambilan laporan evaluasi belajar pada akhir semester dan pertemuan komite maupun paguyuban.

Pertemuan dapat dilakukan secara insidental ketika guru atau bimbingan konseling membutuhkan konfirmasi terkait perkembangan perilaku siswa di madrasah.

Melalui penelitiannya ini Benny berharap bahwa apa yang sudah ia teliti dapat menjadi sumbangsih dalam upaya pengembangan metode pendidikan karakter yang ada pada dunia pendidikan di masa depan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES