Kopi TIMES

Sosiokultural Keagamaan dan Kearifan Lokal dalam Implementasi Pendidikan Agama Islam di Komunitas Petani

Rabu, 21 Juli 2021 - 00:37 | 70.02k
Sofyan Rofi, Mahasiswa Program Doktor di Universitas Muhammadiyah Malang
Sofyan Rofi, Mahasiswa Program Doktor di Universitas Muhammadiyah Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Sosiokultural Keagamaan pada komunitas petani muncul dan lahir disebabkan adanya Relasi antara agama dan Budaya. Agama merupakan sebagai realitas ketuhanan dan budaya sebagai realitas kemanusiaan dimana dua dimensi tersebut terimplementasi dalam kegiatan bermasyarakat.

Agama dapat menjadi landasan sudut pandang budaya dalam membentuk sebuah tatanan kehidupan. Kedua dimensi ini dalam konteks kehidupan kadang menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sebagai ciri dan identitas sebuah komunitas atau masyarakat.

Hubungan agama dan budaya pada dasarnya dapat dilihat secara komprehensif dalam kehidupan bermasyarakat.

Melalui kegiatan penelitiannya, Sofyan Rofi mahasiswa progam Doktor Pendidikan Agama Islam ini mengungkapkan fenomena antara Sosiokultural Keagamaan dan Kearifan Lokal dalam pengimplementasian pendidikan agama Islam pada Komunitas Petani Wuluhan.

Secara konkrit contoh terjadinya integrasi agama dan budaya dalam konteks kehidupan masyarakat tentang trikotomi masyarakat Islam Jawa yang terdiri dari priyayi, santri dan abangan. Perspektif lain dimana ada pandangan bahwa agama sebagai sebuah sistem kebudayaan.

Konteks ini erat kaitannya dengan simbol dan nilai yang ada pada agama yang sering dijadikan landasan filosofis dalam pelaksanaan dan melestarikan tradisi budaya masyarakat. Simbol-simbol ini sangat erat kaitannya dengan padangan hidup pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sakral yang penuh dengan makna dan arti secara filosofis.

Realitas tersebut secara sederhana dapat dipersepsikan bahwa relasi agama dan budaya dapat melahirkan tradisi baru dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Berkaitan dengan tradisi atau upacara (ritual) yang menggambarkan relasi agama dan budaya sangat erat kaitannya dengan masyarakat sebagai basis sosialnya.

Fakta ini menjelaskan bahwa tradisi yang lahir atas relasi agama dan budaya pada sebuah masyarakat secara karateristik akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan anggota masyarakat tersebut.

Penelitian yang akan diujikan dalam sidang Ujian Promosi Doktor pada Rabu, 21 Juli 2021 ini berfokus dalam ensinergikan antara pendidikan, dalam konteks pendidikan agama Islam, dengan hasil tradisi komunitas petani yang bercorak sosiokultural keagamaan dan kearifan lokal merupakan dimensi yang saling terkait dikarenakan konsep bahwa manusia, masyarakat dan budaya merupakan tiga dimensi yang saling berhubungan.

Konteks ini secara tidak langsung menjadi indikator bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan dan dapat terlaksana dalam komunitas masyarakat.

Bentuk Sosiokulturan Komunitas Petani Wuluhan

Sofyan mendapati beberapa temua dimana bentuk dari sosiokultural keagamaan komunitas petani Wuluhan yang digambarkan dalam sebuah kegiatan upacara adat keagamaan serta dapat difungsikan untuk penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam yang menjadi intisari tradisi.

Yang semua itu telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat. Diantara kegiatan atau bentuk-bentuk keagamaan komunitas petani Wuluhan yang juga difungsikan sebagai penanaman nilai nilai ajaran agama Islam seperti kegiatan metik atau kegiatan upacara adat keagamaan yang dilakukan oleh komunitas petani untuk menunjukkan rasya syukurnya kepada Tuhan karena telah diberikan rejeki berupa panen padi dan kegiatan tersebut diselenggarakan disebuah tempat yang bernama gebyog dipinggir sawah.

Berikutnya ada kegiatan bari’an dimana kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh komunitas petani Wuluhan dengan tujuan mengharapkan keselamatan dari Tuhan agar terhindar dari marabahaya khususnya terhindar dari kecelakaan dijalan raya, acara ini dilaksanakan di perempatan jalan desa.

Lalu ada kegiatan syuroan yang merupakan sebuah kegiatan upacara adat keagamaan masyarakat petani Wuluhan dalam rangka menyambut bulan muharram dan disamping itu ada beberapa ritual memandikan benda-benda pusaka bagi sebagian masyarakat setempat yang masih memiliki tradisi kejawen.

Disamping itu masyarakat tidak pernah lepas dari pembuatan bubur syuro atau jenang syuro sebagai simbol datangnya bulan syuro dan juga memberikan santunan pada anak yatim.

“Selain kegiatan yang sudah saya jelaskan, mash banyak kegiatan para komuntas petani Wuluhan seperti rejeban, muludan, prepekan, dan juga slametan” ujar Sofyan.

Temuan yang dikemukan Sofyan tersebut menjelaskan secara gamblang bahwasanya bentuk kegiatan sosiokultural keagamaan yang ada pada komunitas petani dapat difungsikan sebagai transfer of value dalam bingkai pendidikan agama Islam.

Proses interaksi sosial dapat difungsikan sebagai pendekatan untuk pelaksanaan proses pendidikan. Proses Pendidikan agama Islam tidak hanya mengembangkan dimensi aqliyah atau pikiran pada kemampuan lahiriah namun juga pada dimensi batiniah.

Penegasan sebagai hamba Allah, merupakan wujud utama dari hasil proses pendidikan agama Islam yang dilakukan. Karena tujuan utama pendidikan agama Islam itu adalah menciptakan insan kamil, yang memiliki karakteristik indikator yang melekat yaitu adanya keseimbangan dunia-ukhrowi, kepribadian yang unggul, pola piker yang kompeten.

Kearifan lokal komunitas petani Wuluhan dalam Pendidikan agam Islam, adalah sebuah identitas atau kepribadian budaya petani Wuluhan terkait dengan0pendidikan agama Islam bagi anak-anaknya. Terkait dengan kearifan lokal pendidikan agama Islam pada anak anak petani Wuluhan memiliki ciri dan corak yang beragam yang tentunya berbeda antara satu dengan lainnya. Yang masing masing memiliki identitas sendiri yang dapat diakui oleh masyarakat lainnya.

Pola-pola0pendidikan agama Islam yang dimiliki oleh komunitas petani Wuluhan terkait dengan0pendidikan agama Islam terhadap anak-anaknya merupakan sebuah ketetapan yang telah dipilih oleh tiap-tiap individu petani itu sendiri. Disitulah sejatinya letak pemahaman local wisdom atau dikenal dengan nama kebijakan setempat. Yang tidak bisa diprotes sebab sudah menjadi sebuah pilihan yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Bentuk Kearifan Lokan Komunitas Petani Wuluhan

Dalam disertasinya Sofyan menjelaskan bagaimana bentuk kearifan lokal komunitas petani Wuluhan dalam pendidikan agama Islam seperti kegiatan diba’an. Kegiatan diba’an ini merupakan sebuah kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh anak-anak petani sekali dalam satu minggu yang biasanya dilakukan di rumah-rumah bergilir dari rumah satu kerumah lainnya.

Diba’an ini diselenggarakan oleh anak-anak perempuan, kegiatan diba’an ini diisi dengan membaca syair-syair pujian yang salah satunya mengajarkan akan pentingnya toleransi dan kasih sayang kepada sesama.

Bentuk kearifan local lainnya ada kegiatan manaqiban. Kegiatan ini diadakan dalam rangka memahami sejarah syaikh abdul qodir al jaelani. Manaqib atau kegiatannya bernama manaqiban adalah kegiatan membaca biografi seorang tokoh Islam yang bernama Syaikh Abdul Qodil Al Jaelani.

Berikutnya juga terdapat kegiatan hadrah adalah sebuah musik yang bernafaskan Islami yaitu dengan melantukan Sholawat Nabi diiringi dengan alat tabuhan dengan alat tertentu. Hadrah menjadi kesenian islami yang sudah ada sejak dulu dan dilestarikan oleh masyarakat.

Dengan kegiatan hadrah ini nilai-nilai keislaman dari pembacaan sholawat nabi mampu melahirkan rasa cinta yang mendalam bagi anak-anak terhadap baginda Rosulullah SAW. Dluar kegiatan yang terlah dijelaskan, Sofyan masih menjumpai banyak bentuk kegiatan kearifan lokal lainya pada komunitas petani ini.

Melalui temuan yang diungkapkan, Sofyan mendapat kesimpulan bahwa kearifan lokal komunitas petani di wuluhan dalam pendidikan agama Islam lebih  condong pada  pola yang bersifat Informal dan non formal dengan cara memanfaatkan langgar, mushola, taman pendidikan Al-Qur'an, pesantren, madrasah diniyah.

Adapun bentuk kearifan lokal dalam Pendidikan agama Islam yang paling menonjol  pada  komunitas  petani  Wuluhan  adalah  langgar  atau  musholla  hal  ini  dikarenakan  posisi  langar  sebagai  basis  kultural  pendidikan  agama  Islam  pada komunitas petani selain di rumah. (*)

* Penulis: Sofyan Rofi, Mahasiswa Program Doktor di Universitas Muhammadiyah Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES