Kopi TIMES

Pendidikan sebagai Investasi Keluarga

Senin, 19 Juli 2021 - 13:06 | 54.86k
Arie Hendrawan, Guru di SMA Islam Al Azhar 14 Semarang.
Arie Hendrawan, Guru di SMA Islam Al Azhar 14 Semarang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Content creator Youtube (Youtuber) generasi pertama Indonesia, Skinnyindonesian24 telah memutuskan untuk pensiun dari Youtube. Mereka yang beranggotakan atas Kakak Beradik, Jovial Da Lopez dan Andovi Da Lopez, mengakhiri kiprah gemilangnya selama sepuluh tahun di dunia Youtube Indonesia sejak 24 Juni 2011.

Dalam video perpisahan yang dibuat, mereka sengaja kembali ke rumah masa kecilnya di Depok II  Timur, untuk menunjukkan dari mana mereka berasal dan memulai semua. Menarik, ternyata rumah mereka bukan mansion yang megah, melainkan hanya rumah sederhana yang jauh dari kesan “kemewahan” video-video mereka selama ini.

Ibu mereka sendiri adalah mantan diplomat dan Andalan Nasional Gerakan Pramuka. Dalam video, mereka mengatakan, sebenarnya Ibu bisa saja membuat rumah yang lebih bagus, tetapi uang untuk itu dialihkan demi membiayai pendidikan mereka di sekolah-sekolah terbaik saat mereka harus hidup nomaden di berbagai negara.

Jadi, keduanya menilai, keberhasilan di titik ini tidak terlepas dari kesempatan mereka untuk mengenyam pendidikan yang berkualitas. Pada akhirnya, mereka juga mengambil kesimpulan, bahwa setiap orang dari latar belakang apapun jika mendapatkan layanan pendidikan yang layak dan setara, maka pasti akan mampu untuk bersaing.

Karena merasakan arti penting dari sebuah “sentuhan” pendidikan, mereka kemudian meluncurkan Beasiswa Da Lopez, untuk memberikan kesempatan bagi anak muda agar memperoleh pendidikan yang layak. Ada dua jenis beasiswa yang ditawarkan, Andovi Da Lopez untuk jurusan IPS dan Jovial Da Lopez untuk yang berjurusan IPA.

Peran Orang Tua

Kisah pengorbanan dari orang tua Andovi dan Jovi, mengingatkan saya pada kegigihan para orang tua lain yang tetap berupaya “menomorsatukan” pendidikan anak, meskipun dengan segala kekurangan biaya. Kita tentu pernah membaca berita viral tentang anak dari tukang las, hingga penjual gorengan, yang diterima di kampus-kampus favorit.

Anggapan bahwa orang miskin selalu berpikir tertinggal tak selamanya benar. Miskin adalah kondisi hidup, sedangkan pendidikan anak adalah visi hidup. Jelas sekali, salah satu motivasi terbesar para orang tua berjuang untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin adalah agar kelak memiliki kehidupan yang lebih baik.

Bagi keluarga kaya, menengah, atau miskin, pendidikan anak adalah investasi dalam bentuk human capital (modal manusia). Menurut Sosiolog Robert M.Z. Lawang (2004), kapital manusia adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan, pelatihan, dan/ atau pengalaman untuk melakukan kegiatan tertentu.

Modal manusia tersebut, yang kemudian dapat digunakan untuk “memperbaiki” masa depan seseorang atau keluarga. Dengan demikian, tak mengherankan, apabila investasi pendidikan sering kali dikatakan sebagai jenis investasi yang pasti akan “balik modal”, bahkan mungkin saja kembali dalam jumlah yang lebih besar.

Konsep pendidikan sebagai investasi modal manusia juga diyakini oleh setiap negara. Pendidikan dianggap sebagai syarat kunci bagi pembangunan sektor-sektor lain. Oleh sebab itu, konstitusi kita—UUD NRI 1945—mengamanatkan, bahwa anggaran untuk bidang pendidikan dialokasikan setidaknya sebesar 20 persen dari porsi APBN.

Kesadaran orang tua dari berbagai latar belakang untuk memperjuangkan pendidikan anak, hendaknya menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa pendidikan adalah investasi. Akan tetapi perlu ditekankan, aspek pendidikan yang dimaksud berfokus pada kualitas yang tidak selalu korelatif dengan mahal atau tidaknya biaya pendidikan. 

Semangat Anak

Selain karena visi dan perjuangan dari para orang tua, faktor lain yang bisa dipelajari dari kesuksesan keluarga yang menempatkan pendidikan berkualitas sebagai investasi adalah semangat dari anak-anaknya sendiri. Saya kira, percuma ada dorongan orang
tua sehebat apapun, jika anak tidak ikut serius untuk memperjuangkannya.

Bersamaan dengan cerita keberhasilan anak-anak kurang mampu yang sukses karena pendidikan, di sisi yang lain juga ada banyak kisah mengenai anak dari keluarga berada yang gagal, meskipun sudah disekolahkan pada institusi pendidikan berkualitas dan berbiaya mahal. Hasil itu, tidak terlepas dari semangat sang anak.

Kegagalan yang dialami anak-anak dari keluarga berlimpah dalam bidang pendidikan, menurut hemat saya banyak disebabkan oleh “semangat juang” yang rendah. Minimnya daya juang itu, sering kali terkait dengan posisi mereka yang berada di zona nyaman. Apalagi, jika orang tua tidak mampu menempa mental mereka secara baik.  

Kontradiktif dengan situasi tersebut, bagi anak-anak yang berasal dari keluarga susah, mereka akan menghayati penderitaan orang tuanya. Terlebih, jika melihat pengorbanan orang tua demi membiayai pendidikan mereka. Jadi, muncul daya juang mereka untuk mengubah kehidupan keluarga suatu hari nanti dengan pendidikan.

Kembali lagi, di sini peran orang tua menjadi sangat krusial. Orang tua, tidak hanya wajib untuk memperjuangkan pendidikan anak, tetapi juga harus membentuk mental mereka agar bersemangat dalam menjalani pendidikan. Kebebasan yang diberikan kepada anak adalah kebebasan yang bertanggung jawab, bukan kebablasan.

Pada esensinya, tulisan ini ingin mengirimkan pesan kepada semua orang tua, untuk terus gigih berjuang demi memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya. Dan bagi anak, juga harus bisa menjaga api semangat dari orang tuanya. Karena ke depan, mereka juga akan jadi orang tua. Dari sinilah, ketangguhan keluarga dimulai.

Selamat menyambut tahun pelajaran baru 2021/2022. Semoga pandemi lekas berakhir!

***

*) Oleh: Arie Hendrawan; Guru di SMA Islam Al Azhar 14 Semarang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES