Pendidikan

Irma Wahyuni: Mahasiswa Kesehatan Menjadi Aktivis, Siapa Takut!

Senin, 19 Juli 2021 - 07:30 | 53.43k
Irma Wahyuni, merupakan aktifis PMII Jombang yang mampu mengembangkan bakat dan minatnya di Organisasi (Foto : Irma Wahyuni for TIMES Indonesia)
Irma Wahyuni, merupakan aktifis PMII Jombang yang mampu mengembangkan bakat dan minatnya di Organisasi (Foto : Irma Wahyuni for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Disiplin, ulet, dan tanggungjawab begitulah sedikit sifat yang bisa menggabarkan sosok Irma Wahyuni, mahasiswa keperawatan Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum Jombang (Unipdu Jombang) yang juga menjadi kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Umar Tamim Unipdu Jombang.

Di tengah sibuknya menjadi seorang mahasiswa keprawatan di Unipdu Jombang, ia masih bisa membagi waktu untuk aktif di organisasi Intra Kampus dan Ekstra Kampus yaitu di PMII.

Mungkin, hal itu biasa dan bisa dilakukan oleh setiap mahasiswa kesehatan lainnya. Namun, suatu hal yang menjadi keunikan dan keistimewaan dari mahasiswa asal Bangkalan, Madura ini yaitu, ia mampu mengembangkan potensi yang ia miliki melalui PMII.

Perempuan kelahiran Bangkalan, 28 April 2000 ini juga pernah menjabat sebagai ketua Hima Prodi S1 Keprawatan, menjadi dirigen di tim paduan suara Unipdu dan PMII, serta ia juga piawai dalam menari dengan tarian tradisional khas Indonesia.

Kemampuan dan bakatnya itu diperoleh ketika masuk dalam organisasi PMII ketika kuliah. Hebatnya, di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa kesehatan dan aktif di organisasi tak membuatnya lupa akan akademis yang menjadi pertanggungjawabnya nanti kepada orang tua. Rata-rata IPK yang diperoleh perempuan berumur 21 tahun ini, persemesternya 3, 57 dan ia juga sering mendapatkan penghargaan dari dalam maupun luar kampusnya.

Perempuan yang beralamat di Kampung Penyantren, Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura ini begitu cinta dan bangga bisa masuk dan berproses di PMII.

Menurutnya, PMII merupakan sebuah organisasi yang komplit, bisa menampung dan mewadahi semua minat dan bakat setiap kadernya. Dimana di PMII ia banyak diajarkan antara teori dan aksi nyata.

"Jadi tidak serta merta hanya teori saja tanpa adanya tindakan. Tetapi di PMII ini diajarkan antara teori dan aksi nyata dalam melakukan sesuatu," katanya, kepada TIMES Indonesia, Senin (19/7/2021).

Mantan Ketua Hima Prodi Keprawatan Unipdu ini menegaskan, berproses di PMII sungguh pengalaman yang sangat mengasikan dan juga berkualitas alumninya. Terbukti organisasi PMII mampu mencetak kader yang hebat-hebat sebagai pemimpin generasi bangsa dan agama.

"Sebenernya PMII ini hanya sebuah wadah seperti organisasi lainnya. Tapi saya lebih nyaman di PMII karena, selain mempunyai ideologi keislaman yang berhaluan Islam ahlussunah wal jamaah juga bersifat nasionalis. Menurut irma berorganisasi di PMII ini asik, dimana belajar berproses tapi happy," jelasnya.

*Disiplin dan Managemen Waktu dengan Baik, Mahasiswa Kesehatan dan Aktifis*

Menjadi mahasiswa kesehatan dan pilihan menjadi aktifis PMII, tentu bukan menjadi pilihan yang mudah bagi mahasiswa. Pasalnya menjadi mahasiswa kesehatan pasti akan dibenturkan dengan tugas dan jadwal perkuliahan yang padat serta ditambah dengan jam praktikum.

Di sini, perempuan yang akrab disapa Irma ini, akan membagikan tips membagi waktu antara kesibukan menjadi mahasiswa kesehatan dengan menjadi seorang aktifis PMII. Berikut tips membagi waktunya :

1. Mengsinkronkan antara kegiatan acara eksternal seperti PMII dan internal sehingga mengurangi berbenturan waktu kegiatan.

2. Mendahulukan kegiatan yang lebih penting jika terdapat bentrok jadwal kegiatan.

3. Mengatur waktu organisasi dan jadwal perkuliahan dengan baik dan semaksimal mungkin.

4. Harus pinter-pinter mencuri waktu senggang di perkuliahan, misal ketika ada acara bisa hadir setelah perkuliahan dan bisa mengatur jadwal setelah perkuliahan.

5. Kalaupun tidak bisa meninggalkan perkuliahan terkadang harus mengorbankan perkuliahan tapi tidak selalu harus bisa memilih mana yang lebih penting dan lebih urgent sehingga tidak bisa ditinggalkan.

"Ingat kuliah merupakan pertanggungjawaban kepada orang tua, mereka membiayai kita susah payah agar anaknya lulus tepat waktu dan bermanfaat ilmumya. Sedangkan berPMII merupakan pilihan kita, jangan sampai keduanya tidak singkron. Jadi, menjadi mahasiswa akademis adalah sebuah tanggungjawab dan menjadi aktifis menjadi kewajiban," ujar perempuan yang duduk di semester 6 S1 Keperawatan ini.

Manfaat Berproses Menjadi Seorang Aktivis

Proses tidak akan pernah menghianati hasil. Seperti itulah gambarannya, sebuah kesuksesan harus melalui proses yang pahit dan panjang. Seperti halnya Irma Wahyuni saat berproses di PMII.

Setelah selama tiga tahun berjalan berproses di PMII, kini ia sudah mulai menuai sedikit hasil yang bisa ia rasakan manfaatnya. Salah satunya yaitu ia merasakan ada perubahan dalam sikap diri dan sifat kepemimpinan, bertanggungjawab dan memperluas publick speaking.

"Mengembangkan bakat yang mungkin pernah terpendam seperti menari di event-event besar PMII dan bahkan menjadi dirijen di event-event besar PMII. Menumbuhkan kembali rasa percaya diri dan merasa banyak pengalaman yang tidak bisa di temukan di organisasi lain," beber perempuan yang menjadi pemimpin jalannya debat kandidat PB PMII di Jombang tahun 2020 lalu ini.

Setelah merasakan sedikit manfaat yang diperoleh dari berproses di PMII, ia memendam harapan yang begitu tinggi ketika selesai berproses di PMII kelak. Salah satunya ia berkeinginan besar dan mampu bersaing di dunia luar seperti dunia persaingan dalam pekerjaan, menjadi lebih baik dan lebih berani dalam mengambil keputusan bahkan berargumen.

"Semoga apa yang sudah di dapat dalam berorganisasi selama berproses. Bisa menerapkan dan bermanfaat untuk orang lain," ucap Irma Wahyuni. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES