Saung Macakal, Inspirasi Kampung Literasi di Kota Tasikmalaya
TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Tak seperti di perumahan yang lainnya di Kota Tasikmalaya, semilir angin melengkapi keasriaan dan kenyamanan sebuah pos kamling yang disulap menjadi saung baca yang disebut Saung Macakal.
Saung Macakal ini ada di RW 12 Perum Kota Baru Kecamatan Cibereum, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat yang diinisiasi Ketua RW dan beberapa warganya.
Beberapa lampion yang terbuat dari dudukuy (topi yang terbuat dari anyaman bambu) bergantungan jalan di lingkungan perumahan, di pojok kiri sebuah saung nampak seorang ayah mengasuh anak dan beberapa orang di saung sebelah kanan tengah membaca buku.
Saung Macakal ini adalah beberapa poskamling yang ada di perumahan yang fungsinya tidak hanya sebagai pos ronda, tetapi dijadikan sebagai saung baca yang ditata dengan berbagai ornamen yang terbuat dari beberapa hasil kerajinan khas Tasikmalaya seperti hihid, nyiru, aseupan (kerajinan alat masak orang Sunda). Sehingga sangat indah dipandang mata.
Saung ini diinisiasi Ketua RW 12 Suryaman dan sejumlah tokoh di antaranya Awang Wardana, Yayan, dan warga lainnya.
Ketua RW 12 Suryaman mengungkapkan pembuatan saung baca ini mendapat respon dan dukungan dari warganya, selain itu dukungan dan respon positif datang dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Tasikmalaya.
"Alhamdulilah gagasan kami didukung oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan dan warga dengan menyumbang ratusan buku lengkap dengan lemari penyimpanannya," ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (18/7/21) petang
Kini koleksi buku-buku yang bertema anak-anak, agama Islam, pertanian dan lainnya disebar di enam saung Macakal yang ada di setiap RT yang ada di kawasan perumahan itu.
Saung Macakal sendiri merupakan kependekan dari kata Maca Jeung Kaamanan Lingkungan (sambil membaca juga menjaga lingkungan).
Di sore hari, pelataran pojok saung Macakal yang ada di setiap RT itu juga kerap jadi buruan anak untuk melakukan permainan tradisional seperti pecle dan sapintrong (permainan anak orang Sunda).
"Alhamdulillah sejauh ini minat baca lumayan terlihat. Mudah-mudahan saja bisa memotivasi warga, terutama anak-anak untuk gemar membaca," kata Ny. Tedi, salah seorang pengelola pojok baca.
Selain itu Awang Wardana dan Yayan, berharap saung Macakal gagasannya dapat bermanfaat terutama anak-anak sehingga bisa mengurangi aktivitas anak-anak dari ketergantungan bermain gim di gawai.
"Ke depan kami juga akan memberi ruang bagi anak-anak yang suka seni budaya tradisional. Di tengah era digitalisasi, generasi milenial serta generasi Z juga akan kami upayakan agar tak melupakan budayanya sendiri," tutur Yayan yang aktif di sejumlah komunitas Seni Budaya itu.
Sekretaris Dinas Arsip dan Perpustakaan Ny. Hj. Noneng mengapresiasi inisiatif warga yang tergerak untuk menumbuhkan literasi di wilayahnya melalui Saung Macakal, semoga gagasan ini menginspirasi bagi beberapa pengurus lingkungan yang lainnya yang ada di Kota Tasikmalaya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Sholihin Nur |