Politik

Membaca Bung Hasto (2): Hanya Kebenaran yang Berjaya

Minggu, 18 Juli 2021 - 07:50 | 76.92k
Hasto Kristiyanto mendampingi Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. (foto: DPP PDI Perjuangan)
Hasto Kristiyanto mendampingi Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. (foto: DPP PDI Perjuangan)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Makin dalam membaca Bung Hasto makin menarik. Ada ketulusan yang dalam. Juga passion kuat. 

Pula pembelaan yang tinggi pada pimpinan. Manunggaling roso. Begitu kata orang Jawa.

Sifat itu khas dimiliki orang Jawa. Khususnya wong Jogja. Tempat kelahiran Bung Hasto. Sosok bapak dua anak ini. Suami dari Mbak Maria Stefani Ekowati itu.

Manunggaling roso Bung Hasto dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri tak lekang. Sangat menginternalisasi dalam dirinya. Dalam gerakan-gerakan politiknya. 

Maka menyelami ke relung terdalam prinsip perjuangan partai bagi Bung Hasto menjadi sebuah keharusan. Termasuk memahami dan meneruskan prinsip pimpinannya: Megawati Soekanoputri.
 
Bu Mega memang punya prinsip sangat kuat. Meski kadang jadi sasaran kritik karena kelembutan dan kediamannya. Tapi justru kelembutan dan kesabaran itulah keunggulan putri Bung Karno ini. Tokoh bangsa yang dinobatkan menjadi Women of The Year Indonesia 2020 Anugerah TIMES Indonesia ini. 

Ada prinsip kuat yang Bu Mega yakini. Dalam menjalani kehidupan. Termasuk saat memimpin negara. Juga PDI Perjuangan saat ini.

Prinsip itu sangat kuat dipegang Bu Mega. "Bu Mega sangat meyakini bahwa hanya kebenaran yang akhirnya akan berjaya," ucap Bung Hasto mengungkap prinsip Bu Mega. 

Hasto dengan nada kuat menekankan itu. Melesakkan vibrasi keyakinan itu berkali-kali. "Hanya kebenaran yang akhirnya akan berjaya."

Hanya kebenaran yang berjaya. Dalam bahasa Sansekerta kita menyebutnya; Satyam Eva Jayate. 

Prinsip itu juga menjadi keyakinan raja-raja nuswantoro silam. Dan, nyatanya sampai sekarang, zaman milenial dan society 5.0, juga masih relevan. Banyak terbukti. Benar semua. Terjadi semua di kehidupan nyata.
 
Bung Hasto pun meyakini itu. Ia ke mana-mana selalu mendengungkan prinsip Ketum PDI Perjuangan tersebut. Ke kader partai. Pengurus partai. Dan, tentu ke dirinya sendiri.

Menginternalisasi politik berkeadaban yang dibangun PDI Perjuangan dengan prinsip tersebut. Dari atas sampai bawah. Dimulai dari diri pribadi kader PDI Perjuangan. Hingga ke manajer partai. Tingkat DPP sampai ranting. 

Dalam pandangan Bung Hasto, tanpa keteguhan berpolitik Megawati yang memegang prinsip Satyam Eva Jayate, PDIP tidak akan mencapai titik seperti saat ini. Karena perjalanan politik yang dialami Megawati membuktikan bahwa politik berkeadaban dan tidak menghalalkan segala caralah yang akan menang.

"Tanpa keyakinan dan keteguhan politik Ibu Megawati, PDI Perjuangan tidak akan seperti sekarang ini." Begitu Hasto menegaskan.

Prinsip dan keteguhan Megawati ini pula yang membuat Bung Hasto, seluruh pengurus partai, dan kader sangat menaruh hormat ke Megawati. Mereka sangat mencintai kepemimpinannya. 

Kepemimpinan dengan penuh kesabaran. Lewat kesabaran itu pula, Megawati berhasil membangun partai. Membangun politik santun dan beradab. Tanpa banyak kata dan bicara.

Dan, saat kita membaca Bung Hasto, sesunggihnya ia pun terus ikhtiar melakukannya. Sekjen PDI Perjuangan ini ingin membangun kaderisasi politik secara sistemik dengan santun dan beradab. Karena sejatinya, seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan berkomitmen untuk terus menghadirkan wajah partai di tengah rakyat. (*)

*) Penulis adalah Khoirul Anwar.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES