Peristiwa Internasional

Tim Penyelamat Memburu Korban Selamat dari Banjir Bandang Eropa Barat

Sabtu, 17 Juli 2021 - 12:46 | 39.33k
Aliran air menyapu desa-desa dan kota-kota di Ahrweiler, menghancurkan rumah-rumah dan menjungkirbalikkan mobil.(FOTO A:BBC/Getty Image)Banjir menggenangi tepian Sungai Meuse, membanjiri daerah sekitarnya.(FOTO B:BBC/Getty Image)
Aliran air menyapu desa-desa dan kota-kota di Ahrweiler, menghancurkan rumah-rumah dan menjungkirbalikkan mobil.(FOTO A:BBC/Getty Image)Banjir menggenangi tepian Sungai Meuse, membanjiri daerah sekitarnya.(FOTO B:BBC/Getty Image)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tim penyelamat kini berusaha keras menemukan korban selamat dari bencana banjir bandang di Eropa Barat yang telah menyebabkan malapateka dan membuat 120 orang meninggal dunia.

Ratusan orang lainnya sampai kini masih dinyatakan hilang menyusul rekor curah hujan yang kemudian memicu banjir parah di Jerman dan Belgia.

Seperti dilansir BBC, hujan lebat juga melanda Swiss, Luksemburg dan Belanda, dimana PM Mark Rutte telah menyatakan bencana nasional di satu provinsi selatan.

Ahrweiler b

Para pemimpin Eropa menyalahkan cuaca ekstrem sebagai penyebab perubahan iklim. Para ahli mengatakan pemanasan global membuat hujan lebat lebih mungkin terjadi. Dunia telah menghangat sekitar 1,2C sejak era industri dimulai.

Di Jerman jumlah korban meninggal dunia mencapai lebih dari 100 orang. Presiden Frank-Walter Steinmeier mengatakan, dia terkejut oleh kehancuran menjelang kunjungan ke wilayah yang dilanda banjir pada hari Sabtu.

"Seluruh tempat dirusak oleh bencana itu," kata Steinmeier pada konferensi pers. "Banyak orang telah kehilangan apa yang telah mereka bangun sepanjang hidup mereka," ujar dia.

Tim penyelamat di Jerman terhambat oleh kondisi sulitnya keadaan pada hari Jumat, membuat kerabat yang hilang menunggu kabar berita dengan cemas.

Jaringan telepon terputus, jalan rusak parah, dan lebih dari 100.000 rumah tanpa penerangan listrik. Negara bagian North Rhine-Westphalia, Rhineland-Palatinate dan Saarland adalah wilayah yang paling parah terkena dampak curah hujan.

Di distrik Ahrweiler di Rhineland-Palatinate, para pejabat mengatakan sekitar 1.300 orang hilang pada hari Jumat, tetapi menambahkan bahwa jumlah itu menurun setiap jamnya.

Seorang penduduk desa Ahrweiler di Schuld mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa mobil-mobil telah hanyut dan rumah-rumah roboh digambarkan seperti adegan "zona perang".

Roger Lewentz, menteri dalam negeri untuk Rhineland-Palatinate, mengatakan kepada media lokal bahwa jumlah korban meninggal dunia terus bertambah. "Ketika anda sudah lama tidak mendengar kabar dari orang-orang, anda harus takut akan yang terburuk," katanya.

Para ilmuwan telah memprediksi selama bertahun-tahun bahwa curah hujan musim panas dan gelombang panas akan menjadi lebih intens karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Hannah Cloke, Profesor Hidrologi di University of Reading, mengatakan, kematian dan kehancuran di seluruh Eropa akibat banjir adalah tragedi yang seharusnya dihindari.

"Fakta bahwa bagian lain dari belahan bumi utara saat ini mengalami gelombang panas dan kebakaran yang memecahkan rekor seharusnya menjadi pengingat betapa jauh lebih berbahayanya cuaca kita di dunia yang semakin hangat," ujarnya.

Para ilmuwan mengatakan, pemerintah harus mengurangi emisi CO2 yang memicu kejadian ekstrem, dan bersiap menghadapi cuaca yang lebih ekstrem.

Namun di Inggris, yang juga dilanda banjir parah pada hari Senin, komite penasehat perubahan iklim pemerintah baru-baru ini mengatakan kepada para menteri bahwa negara itu bahkan lebih siap menghadapi cuaca ekstrem daripada lima tahun lalu.

Baru minggu ini pemerintah Inggris mengatakan kepada orang-orang, bahwa mereka tidak perlu mengurangi penerbangan karena teknologi akan memecahkan masalah emisi, sebuah gagasan yang oleh sebagian besar ahli dianggap sebagai perjudian.

Di Belgia, tentara telah dikirim ke empat dari 10 provinsi yang ada di negara itu untuk membantu penyelamatan dan evakuasi. Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo menyatakan 20 Juli sebagai hari berkabung nasional.

Dia mengatakan banjir yang telah merenggut sedikitnya 20 nyawa di Belgia bisa disebut sebagai bencana paling dahsyat yang pernah dialami negaranya Petugas penyelamat dari Prancis, Italia, dan Austria dikirim ke kota Liege, tempat penduduk dievakuasi setelah banjir bandang.

Sementara itu di Belanda, ribuan orang meninggalkan rumah mereka di provinsi Limburg karena air yang naik membanjiri kota-kota dan menerobos tanggul. Tetapi air mulai surut di kota selatan Maastricht dan kota-kota terdekat, di mana penduduknya bisa kembali ke rumah mereka pada hari Jumat.

Di Swiss, danau dan sungai juga membludak setelah hujan deras. Sungai yang mengalir melalui ibu kota Swiss, Bern, meluap pada hari Jumat. Danau Lucerne membanjiri kota dan orang-orang di Basel telah diberitahu untuk menjauh dari Sungai Rhine.

Hingga saat ini, tim penyelamat gabungan dari negara-negara Eropa barat terus memburu mereka yang selamat dari banjir bandang yang menerjang Jerman dan sekitarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES