Politik

Membaca Bung Hasto: Berpolitik Membangun Peradaban

Jumat, 16 Juli 2021 - 21:50 | 65.71k
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. (FOTO: Hasbullah/TIMES Indonesia)
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. (FOTO: Hasbullah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTAMembaca Bung Hasto jelas tak ada habisnya. Tapi perlu dimulai. Dari yang sederhana. Hingga yang berat nanti. Pelan-pelan. Lewat caranya berpolitik membangun peradaban yang selalu dipegangnya. 

Sekjen PDI Perjuangan ini memiliki nama lengkap Ir Hasto Kristiyanto MM. Saat menjadi jurnalis di Jawa Pos sejak 1998 silam, pernah ngepos di politik juga, beberapa kali berkomunikasi dengan Bung Hasto. Sekira tahun 2002.

Tahun itu Bung Hasto punya tugas kemediaan. Sebagai wasekjen PDI Perjuangan. Kalau tidak salah bidang 2. Urusan media massa.

Maka jujugan jurnalis pun ke Bung Hasto. Asyik orangnya. Low profil. Humble. Punya wisdom. Khas orang yang matang di bidang politik.

Lama tak komunikasi sejak pindah ke daerah dan mendirikan media sendiri, TIMES Indonesia, akhirnya ketemu juga dengan Bung Hasto. Persisnya ketemu dengan pokok-pokok pikirannya.

Ragam pikiran Bung Hasto yang keluar dari dalam dirinya sendiri. Clue-clue pikiran yang menginternalisasi dari idealismenya yang tertuang dalam ebook "Berpolitik Membangun Peradaban" (Kumpulan Kutipan Hasto Kristiyanto).

Menarik. Saya membacanya sampai selesai. Membaca nukilan statemennya itu seperti membaca Bung Hasto sendiri.

Membaca sosok yang penuh inspirasi. Punya keteguhan. Memiliki sikap mental yang kuat. Plus orang yang senantiasa berkomitmen tinggi untuk perjuangan partai. 

Konsistensi Bung Hasto sangat terukur. Rapi. Kontinyu. Juga memiliki pembelaan yang tinggi pada perjuangan partai. Dan pasti, perjuangan ideologi nasionalis Bung Karno!

Dari Bung Hasto yang saya kenal 2002 silam hingga sekarang, seperti tak pernah berubah. Ia tetap Hasto Kristiyanto yang dulu. Dan, sekarang makin matang.

Bung Hasto lahir di Yogyakarta, 7 Juli 1966. Itu berarti seminggu lalu beliau berulang tahun yang ke-55. Selamat ulang tahun Bung. Ndak apa-apa kan meski terlambat mengucapkan?

Bung Hasto jebolan SMA Kolese De Britto Jogja. SMA-nya tokoh-tokoh top nasional. Saya dekat dengan SMA ini saat akrab dengan Pak Guru. Tepatnya Pak Guru J. Sumardianta. 

Guru sosiologi SMA De Britto ini sering menulis di Jawa Pos kala itu. Kelahiran 1966 juga. Yang berarti seumuran Bung Hasto. Saya pernah mengedit dikit-dikit tulisan esainya. Bagus sekali. Sangat inspiratif.

Dari Pak Guru, saya jadi tahu dan banyak mengenal jika alumni SMA ini punya "sesuatu". Sesuatu yang beda dengan lulusan SMA lainnya. Yakni komitmen, konsisten, ketulusan, dan keteguhan pada hati nurani dan jalan hidup yang diyakininya.

Ini juga tampak sekali pada sosok Bung Hasto. Coba baca nukilan-nukilan pikirannya. Komitmen, konsistensi, ketulusan, dan keteguhanya sangat luar biasa.

Ideologi yang didapat dari SMA De Britto, lalu dilanjutkan Bung Hasto di UGM. Tepatnya di Teknik Kimia. Nafas keteguhan dan komitmennya membawa Bung Hasto menjadi aktivis mahasiswa. Sampai ketua senat fakultas teknik juga.

Penempaan sebagai aktivis di kampus Bulaksumur ini pula yang menjadikan prinsipnya makin kuat. Sehingga ia pun terjun ke dunia politik. Masuk ke PDI Perjuangan.

Seperti sudah menjadi prinsip kuat hidupnya, Bung Hasto membawanya ke partai. Jiwa nasionalis-Soekarnois ia asah. Sampai mendarah daging. 

Ia pun mengabdi betul ke partai. Termasuk ke guru ideologisnya, Bung Karno. Dan sebagai komitmen dan konsistensinya, Bung Hasto pun mengabdikan ideloginya ke keluarga Soekarno.

Bung Hasto menjadi benteng hidup Megawati Soekarnoputri. Ia membawa semuanya ke putri Bung Karno itu. Membawa prinsip, konsistensi, komitmen, dan keteguhanya untuk Megawati. Juga dalam membangun partainya, PDI Perjuangan.

"Membangun PDI Perjuangan buat saya (adalah untuk) berdedikasi kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, putri Bung Karno, seorang pejuang demokrasi. Itu adalah sebuah kehormatan tersendiri," tegas Bung Hasto suatu ketika.

Dari sinilah titik nol perjuangan Bung Hasto dimulai. Perjuangan yang penuh komitmen, keteguhan, dan konsistensi untuk PDI Perjuangan. Semua prinsip yang ia dapat dari pergulatan hidupnya.

Berjalan dari titik ini pula, bacaan sosok Bung Hasto akan saya mulai. So, izin ya bung, saya coba membaca Bung Hasto dari titik ini. Karena saya yakin cara Sampean berpolitik membangun peradaban juga dimulai dari sini. Lewat prinsip kuat, komitmen, konsisten, dan keteguhan. (bersambung)

***

*) Penulis adalah Khoirul Anwar.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES