Kopi TIMES

Kesabaran Tanpa Batas di Tengah Pandemi Covid-19

Senin, 12 Juli 2021 - 17:01 | 102.85k
Ruchman Basori, Ketua Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Maárif Nahdlatul Ulama (PC LPM NU) Kota Tangerang Selatan.
Ruchman Basori, Ketua Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Maárif Nahdlatul Ulama (PC LPM NU) Kota Tangerang Selatan.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hampir tidak ada manusia yang hidup di belahan bumi ini, yang tidak tersentuh pandemi Covid-19. Ribuan orang di negeri kita, meninggal konon tergolong syahid, dikarenakan wabah. Tentu menghadirkan kesedihan mendalam semua lapisan masyarakat.

Pelbagai kebijakan dan program telah digulirkan pemerintah, melalui penerapan protocol kesehatan, PPKM hingga terkini adalah himbauan untuk berdoa dari rumah pray from home yang dilanjutkan dengan 60 detik mengheningkan cipta untuk para korban covid.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas sangat getol mengkampanyekan protocol Kesehatan (Prokes) dan menjadi inisiator pray from home dan hening cipta Indonesia yang akhirnya menjadi kebijakan nasional.

Seorang wartawan mengirimkan pesan melalui whatsapp kepada saya, “Sampai kapan ini kondisi sulit begini mas?”. Saya jawab: “Kita tidak tahu mas, sesak dada ini tiap hari orang meninggal”, sambil menarik nafas dalam-dalam.

Kesabaran

Dalam banyak literatur telah disebutkan pentingnya sabar, dalam menghadapi pelbagai hal termasuk saat kita terkena musibah. Allah menyebut kata sabar dalam Al-Quran 70 kali. Ungkapan Allah Swt, yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang bersabar, tertuang setidaknya melalui 16 ayat yang berbeda-beda.

Salah satunya Surah al-Baqarah 45, Allah Swt meminta segenap hamba-Nya agar menjadikan shalat dan sabar sebagai media pelipur lara. “Dan mohonlah pertolongan terhadap Allah Swt dengan sabar dan shalat.”

Bagi yang sedang menjalani isolasi mandiri (ISOMAN) harus bersabar, apalagi yang masuk dalam perawatan di rumah sakit atau tempat-tempat yang difungsikan sebagai rumah sakit darurat.

Termasuk keluarga yang merawatnya. Harus berbagi peran dan tanggungjawab untuk tetap eksis, baik dan sabar menghadapi wabah yang mematikan ini. Saya sendiri adalah bagian dari sekian suami, yang harus berperan sebagai ibu bagi anak-anak di rumah.

Belum lagi bagi yang di tinggal orang terkasih, tercinta dan tersayang karena Covid-19. Kesabaran plus tawakkal. Tawakal berserah diri sepenuhnya kepada Alloh. Bagi semua makhluk akan mati dan kembali kepada Tuhan-Nya, inna lillahi wa inna ilahi raji’un.

Rasanya lengkap sudah kesediahan dan penderitaan. Dampaknya sangat sistemik terhadap hidup dan kehidupan kita semua. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tentu tak bisa dihindari. Para pekerja di sector riil juga mengalami dampak karena pandemic ini.

Namun usaha penjualan online mungkin meningkat tajam, di samping karena pembatasan aktivitas kita secara fisik tetapi juga munculnya gaya hidup baru manusia di abad revolusi industry 4.0 ini. Apalagi penjualan obat-obatan sangat gila, baik dilihat dari menipisnya pasokan, mahalnya harga hingga kesulitan mencari obat yang dibutuhkan untuk Covid-19 dengan segala dampak yang mengitarinya.

Antrian yang mengular di apotik-apotik kini adalah gambaran betapa kita ingin sehat, ingin kuat dan imun kita bisa terpelihara dengan baik. Semoga tidak ada oknum farmasi, yang membisniskan obat di saat orang-orang menghadapi penderitaan seperti sekarang ini.

Mengantri obatpun memerlukan kesabaran yang sangat. Betapa tidak, sudah mengantri sepanjang 250 meter, tiba-tiba ketika di loket obat yang kita butuhkan tak tersedia, alias sudah ludes terbeli.

Rumah-Rumah Sakit juga sudah kewalahan menampung penderita corona virus, belum lagi soal tidak memadahinya infra struktur kesehatan. Baru-baru ini, diberitakan di media masa akibat kekurangan alat oksigen 63 pasien di sebuah rumah sakit tak tertolong saat kematian per hari mencapai 500-an orang. 

Lagi-lagi Menteri Agama Gus Yaqut memberikan kebijakan ampuh menjadikan asrama haji sebagai rumah sakit darurat menangani korban Covid-19. Sebelumnya UIN Sayyit Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung satu tahun yang lalu menyediakan asrama mahasiswanya difungsikan sebagai rumah sakit perawatan Covid-19.

Di susul beberapa bulan lalu, Asrama Mahasiswa (Ma’had Al-Jamiáh) UIN Walisongo Semarang juga difungsikal hal sama seperti UIN SATU Tulungagung. Gerrakan ini menjadi penting sebagai ekspresi kesabaran yang dinamis untuk tetap berfikir dan bergerak memberikan yang terbaik untuk bangsa.

Kesabaran Birokrat

Di tengah kehidupan yang semakin sulit, roda perekonomian yang melambat dan sektor-sektor riil juga terdampak, muncul kebijakan refocusing anggaran Kementerian/Lembaga untuk penanganan Covid-19. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati langsung menyebut pemangkasan anggaran perjalanan dinas (Perjadin) dan segala bentuk pertemuan (meeting).

Kita mungkin tidak kaget, atas kebijakan refocussing ini, karena telah berlangsung tahun anggaran 2020 yang lalu. Kekhawatiran muncul karena dua hal, perjalanan dinas dengan anggaran meeting adalah dua hal yang selama ini menopang program-program secara efektif.

Hal ini akan berdampak pada kretivitas Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk merubah paradigma cara bekerja. Yang selama ini harus dengan perjalanan langsung ke pengguna (user) termasuk melalui kegiatan pertemuan langsung (offline) harus diubah menjadi online.

Kita harus berakrab-akrab dengan Mbak Maya, karena roda birokrasi akan bertumpu pada sejauhmana kita mengoptimalkan cara-cara kerja dunia maya, sebagai pengganti dari dunia nyata. Atau minimal yang maya akan lebih banyak dari pada yang nyata.

Di sinilah kesabaran para birokrat, sebagai penyelenggara pemerintahan dipertaruhkan. Sense of crisis harus ditunjukan di saat bangsa ini sedang mengalami kesulitan ekonomi menghadapi crisis pandemic Covid-19.

Namun ada yang masih berharap, untuk fungsi-fungsi pendidikan termasuk di lingkup Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, anggaran yang ada tidak sampai di refocusing. Raudlatul Athfal hingga pendidikan tinggi keagamaan (PTK), Madrasah Diniyah (MD) hingga Ma’had Aly harus tetap eksis di tengah pandemic Covid-19.

Masa Pandemi Covid-19 membutuhkan kesabaran yang tanpa batas, bukan keputusasaan. Seraya dibarengi dengan Tindakan-tindakan cerdas, kreatif dan berpihak untuk menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

*) Penulis Ruchman Basori adalah Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidkan Tinggi Keagaman Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES