Kesehatan

Pakar Gizi Unair: Susu Bukan Satu-satunya Sumber Pemenuhan Zat Gizi

Jumat, 09 Juli 2021 - 19:28 | 57.04k
Ahli Gizi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Stefania Widya Setyaningtyas. (Foto: Dok Pribadi Stefania Widya Setyaningtyas).
Ahli Gizi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Stefania Widya Setyaningtyas. (Foto: Dok Pribadi Stefania Widya Setyaningtyas).

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Beberapa waktu lalu beredar video masyarakat menyerbu salah satu pusat perbelanjaan dan melakukan panic buying terhadap salah satu brand susu yang konon katanya dapat menyembuhkan Covid-19. Namun ternyata, susu bukanlah satu-satunya sumber pemenuhan zat gizi. Hal ini dinyatakan ahli gizi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Stefania Widya Setyaningtyas.

Ia mengatakan bahwa susu merupakan salah satu bahan makanan sumber protein, kalsium, dan vitamin D. Tetapi susu bukanlah satu-satunya sumber yang dapat memenuhi zat gizi tersebut.

“Ketika Anda tidak bisa minum susu atau tidak tersedia susu untuk memenuhi zat gizi, dapat diganti dengan sumber lain misal tahu, tempe, daging, kacang-kacangan,” terang wanita yang juga dosen Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa susu memiliki berbagai jenis seperti UHT, pasteurisasi, dan steril. Ketiganya memiliki perbedaan pada proses pemanasan yang dilakukan dan masa simpannya.

“Susu UHT dipanaskan dengan suhu sangat tinggi dan waktu yang cepat. Susu pasteurisasi dipanaskan dengan suhu kurang lebih 70 derajat celcius, dan susu steril dipanaskan dengan suhu kurang lebih 100 derajat celcius. Biasanya masa penyimpanan susu steril lebih lama dibanding lainnya,” jelasnya.

Lebih lanjut Stefania menegaskan bahwa susu tidak dapat meningkatkan imun tubuh. Sistem imun tubuh sudah punya template kerja, yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan sistem imun tetapi tidak bisa ditingkatkan.

Sementara itu vitamin C memang terbukti dapat mengurangi gejala penyakit influenza. Vitamin C memiliki kapasitas sebagai antioksidan yang dapat membantu meringankan peradangan dengan membuang sisa-sisa perlawanan sel imun tubuh.

“Konsumsi vitamin C dosis tinggi ketika menderita infeksi dapat menguntungkan tapi jika tidak dalam kondisi infeksi sebenarnya sebanyak apapun vitamin C yang dikonsumsi tidak akan berdampak apa-apa. Sebenarnya tubuh sudah punya mekanisme regulasi untuk menjaga kadar vitamin C dalam darah,” imbuhnya.

Stefani mengatakan, orang Indonesia membutuhkan vitamin C sekitar 75 mg pada perempuan dewasa dan 90 mg pada laki-laki dewasa. Kelebihan vitamin C maka akan dieliminasi oleh tubuh.

Vitamin C dapat didapatkan dengan cara yang mudah dari bahan-bahan yang tersedia di alam salah satunya buah-buahan. Selain itu sayuran juga memiliki kandungan vitamin C bagi tubuh. Namun proses pemanasan yang dilakukan dapat menurunkan jumlah vitamin C secara signifikan.

“Vitamin C dapat kita dapatkan dengan konsumsi 1 buah sedang jambu biji atau jambu monyet, 1 buah sedang pisang, setengah iris buah pepaya, dan 1 buah sedang manga,” tutup ahli gizi dari Unair ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES