Indonesia Positif

Dosen UC Surabaya Meneliti Makna Aron Dalam Upacara Kasodo Masyarakat Tengger

Rabu, 30 Juni 2021 - 21:32 | 117.73k
Aron Makanan Utama Masyarakat Tengger. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Aron Makanan Utama Masyarakat Tengger. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dosen UC Surabaya meneliti makna Aron dalam upacara Kasodo Masyarakat Suku Tengger, Jawa Timur. 

Kehadiran Aron dalam setiap sesajen bagi umat Hindu di Bromo, sangat krusial. Hal itu disebabkan dalam setiap upacara, baik upacara besar Yadnya Kasada maupun upacara kecil dalam tingkat internal keluarga seperti Leliwet (ritual atas kelancaran aliran air dari mata air), ataupun upacara MayuDesa yand diadakan setiap lima tahun sekali. 

Baik masyarakat Brang kulon Bromo (Kawasan desa Ngadisari kabupaten Pasuruan) maupun brang wetan Bromo (Kawasan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang); atau masyarakat bagian barat dan bagian timur Bromo, dalam semua sesajen mereka, Aron selalu ditemukan dikarenakan Aron adalah bahan utama dalam setiap jajanan tersebut.

Setiap jenis jajanan yang terdapat dalam sesajen mengandung jagung putih yang adalah bahan untuk membuat makanan utama masyarakat Tengger yaitu Aron. 

Segenap penduduk Bromo senantiasa menyambut setiap upacara terutama upacara Kasada dengan sukacita dan mempersiapkan sesajen secara lengkap.

Sesaji yang disiapkan dalam seperangkat ubo rampen secara lengkap terdiri atas, aron, jadah, pipis, pasung, pisang, kelapa dan yang lainnya. Ini adalah jajanan utama dalam sesaji. 

Aron merupakan makanan pokok yang dibuat dari jagung putih yang dijadikan tepung dengan proses pembuatannya yang unik serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Proses yang memakan waktu untuk membuat aron disebabkan tahapan yang harus dikerjakan wajib melalui beberapa metode yaitu, dipipil (memisahkanl biji jagung dari batang jagung), kemudian ditumbuk, direndam, dikeringkan, dihaluskan, untuk kemudian dibentuk menjadi balok, agar mudah dipotong dan dihaluskan. 

Dan inilah yang kemudian menjadi bahan dasar membuat jajanan yang diletakkan sebagai sesajen. Metode terakhir adalah, dikukus saat akan dimakan bersama lauk, sehingga dapat dikatakan Aron adalah nasi bagi warga Tengger.  

Ketiga jajanan utama lain juga mengandung jagung putih. Jadah, untuk sesajen dibuat dari aron yang dicampur dengan tepung ketan dan kelapa parut dengan proses memasak dikukus kemudian dihaluskan dan dibentuk sesuai dengan kebiasaan. 

Sedangkan pipis dibuat dari pisang yang sudah tua (ndalu) kemudian, dihaluskan, dan dicampur dengan tepung jagung kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus. Kemudian untuk kue pasung terbuat dari tepung jagung, tepung terigu, gula pasir dan ragi dengan proses pengolahan dikukus. Kue pasung ini dibentuk kerucut sebelum dikukus.

Suku Tengger yang tinggal di Gunung Bromo Jawa Timur  mengadakan ritual perayaan Kasodo setiap tahun di bulan ke sepuluh, pada kalender Hindu. 

Perayaan Kasada diperingati oleh semua desa yang ada di sekitar Tengger dipimpin oleh ketua adat dari masing-masing desa. Masyarakat suku Tengger ini  selalu menyambut perayaan  Kasodo ini  dengan antusiasme tinggi. 

Salah satu contoh  dapat dilihat dari persiapan-persiapan yang dilakukan warga desa Wonokitir sebelum pelaksanaan ritual di gunung Bromo dipimpin oleh kepala adat Supayadi. 

Disamping itu, masyarakat Wonokitri juga mempersiapkan sesaji dari hasil bumi yangi ditanam, seperti jagung, kentang, kubis, bawang prei, bunga kol dan yang lainnya. Selain itu juga ada yang membawa binatang-binatang peliharaannya seperti kambing, ayam, sapi,dan yang lainnya sebagai persembahan.

Tahapan upacara Kasada, dimulai sehari sebelum ritual Kasodo yang dilaksanakan pada malam hari yang disebut dengan rakangtawang yang dilanjutkan dengan mepek (melengkapi). 

Ritual ini bertujuan untuk meminta ijin pada Sang Pencipta agar pelaksanaan ini berjalan dengan lancar dari awal hingga selesainya acara Kasodo, Tayuban juga menjadi bagian dari upacara pembukaan ini.

Tahap berikutnya adalah ritual mbukak lawang yaitu pembukaan pintu masuk menuju gunung Bromo, barulah masyarakat suku Tengger bisa menuju arah ke gunung Bromo. 

Di sana mereka akan memberikan persembahan -persembahan yang telah disiapkan sebelumnya di rumah masing-masing.

Persembahan itu dilemparkan ke dalam kawah, sementara dilereng  kawah sudah ada sebagaian anggota masyarakat yang siap menangkap lemparan persembahan tersebut.  

Sesi persembahan di kawah Gunung Bromo ini akan berlangsung beberapa hari kedepan. Upacara terakhir adalah pengukuhan dukun baru yang diselenggarakan pada tengah malam.

Dalam semua tahapan upacara Kasada, mulai dari rangkatawang, mepek, mbukak lawang, dan pelantikan dukun baru, sesajen utama selalu hadir di setiap sudut, bahkan pada anak tangga Pura Luhur Poten yang didirikan di tahun 2000.

 Dapat dikatakan bahwa tiga zona/mandala dari Pura Luhur Poten, yaitu Mandala Utama (zona pemujaan), Mandala Madya (zona persiapan), Mandala Nista (zona peralihan dari luar ke dalam Pura) dibanjiri dengan berbagai sesajen. 

Sesajen utama yang mengandung bahan aron adalah kewajiban yang telah membudidaya dalam kehidupan masyarakat Tengger. 

Warga Tengger sadar betul bahwa sesajen utama harus hadir dalam setiap upacara. Para dukun bahkan menyatakan secara tegas, bahwa upacara tidak dapat dilaksanakan bila sesajen utama tidak lengkap. 

Mengapa demikian? Karena jajanan dalam sesajen utama akan diucapkan dalam Puja Mantra oleh Dukun Adat saat menaikkan doa-doanya, mengucapkan nama-nama jajanan utama tersebut dianggap sebagai wahyu dari Sang Hyang Widhi. 

Hal demikian menandakan  secara tidak langsung bahwa Aron, sebagai bahan dari sesajen telah terpelihara kelestariannya oleh etnis Tengger. 

Mempersembahkan sesajen utama yang mengandung bahan aron secara lengkap, telah diyakini oleh para leluhur hingga mayarakat setempat pada masa kini, telah memberikan keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat Tengger.

Tulisan ini adalah bagian dari pelaksanaan penelitian dari para dosen UC yaitu, Hari Minantyo S.Pd., M.M., Dra. Juliuska Sahertian M.Sc. dan Oki Krisbianto, STP, M.Sc. Penelitian ini mendapatkan dana dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Deputi Bidang Penguatan Riset Dan Pengembangan Kementerian Riset Dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2021 antara LLDKTI VII dengan Universitas Ciputra Surabaya Nomor 024/SP2H/LT-MULTI-TERAPAN/LL7/2021 05 April 2021. 

Dalam hal ini peneliti dari UC Surabaya telah mendapatan izin dari kepala Desa dan kepala dukun Desa Wonokitri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES