Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Cara Soekarno Memilitansikan Pemuda

Rabu, 30 Juni 2021 - 14:01 | 40.09k
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis Buku.
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis Buku.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Presiden pertama Soekarno pernah berkata “berilah aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia”.

Apa yang disampaikan Soekarno itu sebenarnya sebagai bentuk pujian terhadap generasi muda yang bermental baja atau suka menjadi pekerja keras. Jika pemuda-pemudanya bersosok demikian, maka tidak akan  ada yang mustahil untuk mengubah dunia atau mengantarkan negeri ini ke ranah keemasan

Seokarno itu menempatkan kaum muda sebagai pilar dan motor  Gerakan pembaruan, yang jika dirinya menununjukkan sikap atau jiwa militansinya, maka akan banyak hal yang bisa dihasilkannya, yang tentu saja sangat bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan masyarakat dan bangsanya.

Itulah bagian dari cara Soekarno mengingatkan kaum muda, bahwa mereka ini haruslah menununjukkan dirinya sebagai kekuatan strategis yang menentukan, dan bukannya sebagai obyek yang ditentukan. Apa yang menimpa bangs aini,  di dan melalui tangannya harus ada perubahan, Soekarno tidak menyukai kaum muda yang tidak berusaha memilitansikan dirinya. Soekarno yang hanya menyebut 10 pemuda ini menandakan, bahwa jika kaum muda mampu  menunjukkan kesungguhannya dalam membedah problem masyarakat dan bangsa, maka baginya tidak ada hal yang sulit, kecuali dirinya mengambil opsi tidak ingin terlibat dalam kesulitan yang menimpa rakyat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kita tentulah paham, bahwa kaum muda mislanya yang kuat atau mapan secara ekonomi akan mampu berbuat banyak untuk membantu meringankan atau membebaskan kesulitan orang lain. Kehidupan orang lain  atau komunitas akar rumpt (the grassroot community) akan mampu meraih dan mengembangkan derajat kesejahteraan atau martabatnya sebagai bangsa, jika mereka terus menerus dibentuk tanggungjawab dan kewajibannya untuk menjadi kekuatan yang hebat (kekuatan yang bisa terus menerus mendatangkan manfaat}.

Begitu pula kaum muda yang kuat secara  edukatif misalnya akan mampu menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan orang lain dari kebodohan. Seseorang pemuda yang kuat dalam beragama, tentu tidak akan mudah tergoda untuk melakukan perbuatan-perbuatan  tidak terpuji. Seseorang pemuda yang kuat dalam bekerja, tentu akan mampu menciptakan banyak karya berharga bagi perusahaan, karyawan, masyarakat, dan bangsanya. Dalam ranah inilah, dirinya hadir atauk bahkan bisa  eksis dalam memberikan “warna” yang hebat bagi masyarakat dan bangsanya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di bidang agama misalnya, jika para pemudanya menununjukkan sikap militansinya dalam memperjuangkan agamanya, minimal teguh dalam menjalankan norma-norma yang sudah digariskan kitab suci, maka dirinya akan menjadi kekuatan yang mampu menghadirkan atmosfir menyejukkan di lingkungan komunitas bergamanya.

Kaum muda yang bermental seperti itu juga yang pernah mendampingi Nabi Muhammad  SAW dalam melaksanakan dakwah. Dalam perjalanan mendakwahkan agama, banyak pemuda yang berada di garis depan. Cara berdakwah mereka diantaranya ditunjukkan pada saat beraktifitas berbisnis, seperti menegakkan etika kejujuran saat menjual dan membeli barang yang diperdagangkan.

Generasi-generasi yang kuat itu merupakan aset termahal dalam bernegara. Mereka adalah  sumberdaya manusia terbaik dan terstrategis bagi kehidupan masyarakat dan bangsa. 

Bangsa manapun di muka bumi, yang mencita-citakan diraihnya derajat atau kemulian tertinggi, haruslah ditopang oleh sumberdaya pemuda yang berkualitas. Jika dalam diri sumberdaya manusia ini tidak ada kekuatan yang diandalkan,  niscaya berbagai problem yang mengihimpit masyarakat dan bangsa menjadi sulit teratasi, dan bahkan kehadirannya di tengah masyarakat akan menjadi beban tambahan atau penimbul terjadinya dan maraknya penyakit sosial.

Sebut misalnya, jika di tengah masyarakat ini semakin banyak berkeliaran pengangguran anak-anak muda, maka kerawanan komunitas ini layak diwaspadai, karena bukan tidak mungkin mereka diseret memasuki jaringan yang tidak bertanggungjawab.

Ketika banyak anak-anak muda pengangguran tiba-tiba ditangkap aparat yang berwajib karena berjual beli obat-obat terlarang atau melakukan kejahatan lain seperti pencurian, perampokan, dan lainnya, maka pikiran kita tentu bertanya-tanya, apakah tidak ada pekerjaan mulia yang bisa dilakukannya.

Mereka itu juga bisa saja diperangkap atau dijerumuskan oleh kelompok tertentu yang mencoba memanfaatkannya secara tidak bertanggungjawab untuk kepentingan-kepentingan yang berkategori negatif dan merusak, atau mereka ini bisa disesatkan oleh sekelompok orang atau “sindikat” yang punya duit untuk digunakan memarakkan penyakit-penyakit sosial dan politik, seperti berbuat anarki dan kerusuhan, serta menyebarkan fitnah dimana-mana.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis Buku.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES