Kopi TIMES

Konsumsi Buah Masih Rendah

Rabu, 30 Juni 2021 - 13:03 | 34.88k
Faishol Amir, Statistisi Muda BPS.
Faishol Amir, Statistisi Muda BPS.

TIMESINDONESIA, MALANG – Saya diam mengamati gerak-gerik kelelawar yang hinggap di pohon pisang kami. Biasanya saya menandakan buah pisang siap panen saat ada kelelawar yang hilir mudik di sekitar pohon. Lebih legit rasanya menikmati buah yang masak di pohonnya.  Di halaman belakang rumah tumbuh berbagai macam pohon buah. Ada pisang, jambu biji, dan sarikaya yang semuanya sedang berbuah. Terkadang saat puncak musim, saya olah buah pisang menjadi kripik atau saya biarkan anak-anak tetangga mencomoti buah yang ada agar tak terbuang sia-sia.

Indonesia memang surganya buah-buahan. Menurut data BPS yang dihimpun dari Dinas Pertanian seluruh Indonesia, produksi 26 jenis buah-buahan saja pada tahun 2019 mencapai 22,5 juta ton. Tingginya produksi dan beragamnya jenis buah-buahan menarik minat lebih dari 70 negara untuk mengimpor buah-buahan dari Indonesia. Tercatat selama 2020, total ekspor buah-buahan tahunan mencapai 1,073 juta ton atau senilai 438 juta US$ . Sedangkan  ekspor buah-buahan semusim sebanyak 389 ton atau senilai 261,8 ribu US$ (BPS,2021). Pencapaian tersebut menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu enam tahun terakhir.

Namun Indonesia juga mengimpor buah-buahan yang banyak diminati masyarakat dan sulit tumbuh di sini, kurma misalnya. Sepanjang kuartal I tahun 2021, Indonesia mengimpor kurma senilai 42,3 juta US$. Hal itu dimaklumi karena adanya momen ramadhan dan menjelang lebaran.  Selain kurma, ada juga buah impor yang sangat laris yaitu jeruk mandarin dari Tiongkok. Peningkatan impor Jeruk mandarin berperan besar pada peningkatan impor barang konsumsi yang naik 15,51 persen pada Maret 2021 (m-to-m). Secara umum impor bulan maret 2021 naik 26,55 persen (m-to-m) dibanding februari 2021 dan naik 25,75 persen (y-on-y) jika dibandingkan maret 2020.

Buah Hanya Untuk Orang Kaya?

Tingginya jumlah dan nilai ekspor-impor buah ternyata tidak selaras dengan tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat di Indonesia.  Secara nasional, konsumsi buah per kapita perhari hanya sebesar 88,56 gram atau 59,04 persen dari batas minimal konsumsi sehari yang ditetapkan Kemenkes sebesar 150 gram dalam per hari. 

Minimnya konsumsi buah masyarakat di Indonesia terkait dengan kemampuan daya beli buah-buahan yang rendah. Ada asumsi buah-buahan hanya pantas dikonsumsi oleh orang kaya saja. Namun hal itu dibantah oleh dr. Samuel Oetoro, SpG.K., ahli gizi klinik dari FKUI-RSCM yang berpendapat bahwa Indonesia sebenarnya kaya akan buah-buahan. Tidak perlu mengkonsumsi buah yang mahal dan mewah, yang penting tercukupi kebutuhan nutrisi yang diperoleh (2/7/2010).

Secara mendasar, pengeluaran rumah tangga terbagi atas dua kelompok, yaitu pengeluaran makanan dan non makanan. Pada golongan masyarakat dengan pendapatan terbatas, kebutuhan akan konsumsi makanan lebih didahulukan. Sehingga porsi pengeluaran untuk makanan lebih besar daripada non makanan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Buktinya pada maret 2020, pangsa pengeluaran makanan pada 40 persen penduduk berpengeluaran terkecil sebesar 63,17 persen dari rata-rata total pengeluaran per kapita sebulan sebesar 1,225 juta rupiah.

Sedangkan porsi pengeluaran perkapita pada komoditas buah-buahan masyarakat di Indonesia hanya mencapai 4,99 persen dari total pengeluaran makanan. Bahkan pada kelompok masyarakat 40 persen pengeluaran terendah, porsinya sebesar 3,34 persen (BPS, Susenas maret 2020). 

Cintai Buah Dalam Negeri

Di halaman belakang rumah kami tumbuh berbagai macam pohon buah. Ada pisang, jambu biji, dan sarikaya yang semuanya sedang berbuah. Terkadang saat puncak musim, saya olah buah pisang menjadi kripik atau saya biarkan anak-anak tetangga mencomoti buah yang ada agar tak terbuang sia-sia. Setidaknya kami berupaya mencukupi kebutuhan gizi dari buah-buahan lokal sebagai wujud cinta kami pada negeri. Bukannya Presiden Jokowi sudah menggaungkan pesan “cintai produk dalam negeri, benci produk luar”.  Jadi mari kurangi impor ya. Eh... 

***

*)Oleh: Faishol Amir, Statistisi Muda BPS.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES