Kesehatan

Ini Penanganan Batu Empedu Simtomatik dan Asimtomatik

Rabu, 30 Juni 2021 - 08:50 | 87.28k
Dokter Specialis Konsultan Bedah Digestive RSUD dr Seogiri Lamongan dr. Agung Budi Lemuel melakukan visit (kunjungan) pasien penderita batu empedu saat menjalani rawat inap. (Foto: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)
Dokter Specialis Konsultan Bedah Digestive RSUD dr Seogiri Lamongan dr. Agung Budi Lemuel melakukan visit (kunjungan) pasien penderita batu empedu saat menjalani rawat inap. (Foto: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Dokter Specialis Konsultan Bedah Digestive RSUD dr Seogiri Lamongan dr. Agung Budi Lemuel mengatakan, penanganan penyakit batu empedu Simtomatik (bergejala) dan Asimtomatik (tidak bergejala) itu tidak bisa disamakan.

“Kalau yang bergejala, pasien biasanya mengalami keluhan perut kembung dan bisa juga adanya nyeri pada bagian ulu hati grastitis. Dan yang paling khas adalah nyeri sakit perut setelah makan makanan yang berlemak, seperti makan coklat dan makanan bersantan,” ujar dr. Agung Budi Lemuel, Rabu (30/06/2021).

Agung menjelaskan, penanganan untuk penyakit batu empedu Simtomatik jika menggunakan obat-obatan hasilnya kurang bagus bahkan hampir tidak bisa. Karena, menurutnya, jenis batu empedu di Indonesia itu batu campuran yang memiliki sifat dominan keras.   

“Jenis batu empedu itu kan ada tiga jenis yakni, batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Kalau jenisnya batu campuran sangat diajurkan harus dikeluarkan dengan pembedahan (operasi) agar tidak terjadi infeksi,” katanya.

Agung menambahkan, untuk penanganan batu empedu melalui operasi, memiliki kelemahan terutama dilakukan tindakan open surgery (operasi terbuka).   

“Pasca operasi terbuka, pasien tidak bisa mobilisasi dan harus bedrest dan rawat inap minimal 3 hari. Karena akibat sayatan tindakan open surgery itu antara 5-7 cm. Sehingga sayatan tersebut untuk bisa kembali normal sangat lama,” akunya.

Berbeda dengan penanganan minimal invasive surgery, jelas Agung, karena sayatannya hanya 1 cm di beberapa tempat tapi menggunakan alat khusus yakni laparaskopi.     

“Karena sayatannya kecil maka pemulihannya jauh lebih cepat. Jadi dalam satu hari pasca operasi bisa pulang. Bahkan bekas luka sayatannya tiga bulan bisa hilang. Dan kemungkinan infeksi karena operasi itu lebih rendah,” ucapnya.

Selain itu, Agung menjelaskan, penanganan batu empedu juga bisa dengan menggunakan alat khusus namanya Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). Dimana alat khusus tersebut dimasukkan melalui mulut ke lambung dan usus dua belas jari, hingga ke ujung saluran empedu.

“ERCP berupa selang tipis yang dilengkapi dengan kamera dan lampu di ujungnya. Melalui mulut pasien alat tersebut dimasukkan hingga ke ujung saluran empedu, kemudian batu diambil,” ujarnya.

Sedangkan yang batu empedu Asimtomatik, pasien tidak mengalami nyeri maupun mual muntah meski saat di USG (Ultrasonografi) batu akan terlihat jelas. Ia juga mengapresiasi adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat, jadi sebelum adanya keluhan sudah melakukan pemeriksaan.

“Jadi kalau tidak bergejala, ketika ditemukan batu pada saat USG tidak perlu diapa-apakan. Jika 5 tahun kedepan bergejala harus dilakukan operasi. Tapi kalau tidak bergejala tidak perlu dilakukan operasi,” kata Dokter Specialis Konsultan Bedah Digestive RSUD dr Seogiri Lamongan menjelaskan batu empeduSimtomatikdan Asimtomatik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES