Kopi TIMES

Artis Karbitan, Numpang Tenar atau Karya Nyata?

Senin, 28 Juni 2021 - 19:36 | 82.87k
I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom; Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim.
I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom; Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim.

TIMESINDONESIA, SURABAYAMEMBANGUN popularitas di era digital, bisa dibilang cukup mudah. Seorang tak perlu membangun karakter secara serius. Cukup memanfaatkan media sosial dengan konten yang mampu menyedot ribuan follower. 

Itu sebuah realita yang terjadi sekarang. Ada sosok yang tanpa sengaja menjadi viral dan terkenal. Ada yang memang memiliki tujuan menjadi popular dengan membuat konten tertentu. Tak jarang, konten yang ditampilkan pun jauh dari norma dan kesopanan. 

Yang menonjol pada benak mereka adalah sebuah ketenaran. Bukan pada proses membangun identitas untuk menggapai popularitas. Fenomena yang mirip dengan istilah "Karbitan". 

Dalam kehidupan sehari-hari, kata karbitan sering dilekatkan pada buah yang matang belum pada waktunya. Seperti Mangga Karbitan. Siapa pun tahu dan bisa menilai rasa buah karbitan. Kesannya manis, tapi menipu. Yang mengonsumsi pun kecewa

Ditambah lagi pada era digital seperti sekarang ini, memberikan banyak fasilitas untuk membuat seseorang semakin terkenal atau populer. Sebut saja aplikasi TikTok, Instagram, Facebook, Youtube, dan sebagainya. 

Ada yang hanya menampilkan gerakan-gerakan yang mudah dilakukan dan digemari orang lain. Ada juga hanya meniru video klip dari seorang penyanyi. Semuanya bisa dilakukan dengan mudah pada aplikasi-aplikasi di atas. Dengan cepatnya menjadi viral apabila banyak digemari viewers.

Bahkan merebaknya aplikasi-aplikasi tersebut mampu menciptakan fenomena artis “Karbitan” yang kini laris manis menjadi bintang tamu di berbagai acara televisi. Fenomena seperti ini membuat siapapun yang ingin menjadi artis tidak perlu memiliki prestasi.

Berbeda dengan zaman dulu, predikat artis itu harus memiliki prestasi dan bakat di dunia seni baik akting, tari, maupun menyanyi. 

Fenomena Artis “Karbitan” ini sudah mulai ada sejak beberapa tahun lalu. Kita pernah ingat Sinta dan Jojo yang terkenal karena lipsync Keong Racunnya pada tahun 2010 silam. Dengan menirukan lagu Keong Racun, mereka diundang di berbagai acara televisi swasta. 

Derasnya penayangan mereka di televisi, membuat nama mereka tenar saat itu. Sinta dan Jojo mendapatkan popularitas, bahkan sempat menjadi bintang iklan berkat videonya yang viral.

Pada tahun 2011 silam, sebuah video dengan musik 'Chaiya Chaiya' berhasil menggemparkan publik. Dalam video tersebut, terlihat seorang anggota kepolisian Gorontalo lipsync lagu tersebut sambil berjoget. Briptu Norman Kamaru, nama polisi yang viral di video tersebut.

Karena namanya  dikenal saat videonya joget India beredar di media sosial dan menjadi viral, membuat Norman Kamaru saat itu memilih untuk menjadi seorang artis.

Sayangnya, pilihan Norman Kamaru untuk menjadi artis tidak berbuah manis. Ia hanya bertahan beberapa saat saja menjadi seorang selebriti.

Norman Kamaru dinilai karena tergiur dengan iming-iming ketenaran dan nama besar seorang artis. Hingga akhirnya ia diberhentikan sebagai anggota polisi karena kerap bolos lantaran sibuk syuting.

Tampil di beberapa acara televisi, lantas tak membuat nama Norman melejit. Norman pun hanya viral sesaat dan perlahan tak terdengar kabarnya.

Menuju penghujung tahun 2020, media sosial selalu ramai dengan kedatangan artis-artis baru yang menghibur. Tak hanya aktris, aktor dan penyanyi baru saja yang mulai meniti karier di tahun ini, namun juga artis dari media sosial TikTok.

Di 2020, media sosial TikTok menjadi salah satu aplikasi yang begitu populer. Tak heran dari media sosial ini memunculkan artis-artis TikTok. Tidak hanya menghibur, namun deretan artis TikTok ini berhasil membuat tren di kalangan anak muda. Mereka terkenal di TikTok kemudian dilirik pertelevisian nasional. 

Tak hanya karena media sosial, ada juga artis yang dikenal karena kontroversinya. Begitu ada permasalahan langsung mencuat dan viral.

Namun berbeda halnya dengan para artis yang memang merintis karirnya dengan totalitas. Nama Joe Taslim, misalnya, di dunia seni peran sudah tidak asing lagi di Tanah Air maupun Internasional. Beberapa kali bermain di film box office dunia melambungkan namanya begitu cepat. Seperti Fast Furious, Mortal Kombat, dan sebagainya.

Melalui kegemarannya dalam olahraga judo dijalaninya dengan rasa cinta. Setelah dijalani ternyata ini yang membawanya menjadi salah satu aktor laga ternama di Indonesia.

Afgansyah Reza atau yang dikenal dengan nama Afgan merupakan salah satu penyanyi pria yang telah meraih kesuksesan di industri hiburan tanah air. Tak terasa perjalanan kariernya sudah menginjak satu dekade lebih. Tak hanya menyanyi, Afgan pun juga mampu menciptakan lagu dalam album-albumnya. 

Namun siapa sangka di balik kesuksesannya hingga saat ini, ternyata karier Afgan berawal dari rekaman iseng di studio. Hal itu diungkapkan Afgan di akun instagramnya. Dalam unggahannya, Afgan mengunggah suara dirinya saat iseng merekam suaranya di salah satu studio rekaman.

Saat dirinya menyanyi di dalam studio, rupanya menggunakan speaker luar, sehingga terdengar ke luar studio. Suara Afgan pun didengar oleh salah satu produser di studio tersebut. Hingga akhirnya Afgan ditawari kontrak album.

Proses menjadi artis terkenal sangat panjang. Tak seperti publik figur yang belakangan cepat mencuat hanya karena hal yang berbau kontroversi. Banyak orang mengatakan itu sebagai proses cetak seorang artis 'karbitan', atau cepat masak karena tidak melalui proses yang benar.

Dan pada akhirnya proses itu lebih penting daripada target. Sebagaimana diketahui bahwa proses tidak akan membohongi sebuah hasil. Menjadi artis, seniman, dan sebagainya memang tak semudah yang dibayangkan. Artis membutuhkan usaha, kerja keras, dan ketekunan kala ia menghasilkan satu produk yang mendukung identitas dirinya sebagai artis.

***

*) Oleh: I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom; Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

______
**)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES