Politik

Utak-atik Nama ala Cak Imin, Dari Gus AMI Jadi Gus Muhaimin Jelang Pilpres 2024

Senin, 28 Juni 2021 - 16:15 | 164.01k
Gus AMI saat memberikan sambutan dalam  Regional Meeting Kawasan Teluk Tomini dan Maluku Utara di Kota Gorontalo, Sabtu 12 Juni 2021. (FOTO: PKB)
Gus AMI saat memberikan sambutan dalam Regional Meeting Kawasan Teluk Tomini dan Maluku Utara di Kota Gorontalo, Sabtu 12 Juni 2021. (FOTO: PKB)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sapaan Cak Imin yang dulu populer disematkan untuk Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar sudah tak lagi terdengar di telinga publik. Setelah sempat menggunakan panggilan Gus AMI, kini ia kembali memperkenalkan panggilan baru, Gus Muhaimin.

Catatan TIMES Indonesia, perubahan nama 'Cak Imin' ke 'Gus AMI' terjadi pada acara Muktamar V PKB di Bali, pertengahan Agustus 2019 lalu.

Transformasi itu terlihat dari sejumlah atribut Muktamar V PKB di mana foto-foto Muhaimin diberi keterangan nama 'Gus AMI' yang merupakan kependekan dari nama lengkap 'Cak Imin' yakni Abdul Muhaimin Iskandar.

Kiai-dan-Santri-se-Subang-mendeklarasikan-Gus-Muhaimin-Maju-Pilpres.jpgBertempat di Pagaden, Subang, Jawa Barat, Kiai dan Santri se-Subang mendeklarasikan Gus Muhaimin Maju Pilpres 2024. (FOTO: PKB).

Perubahan sapaan ini bukan sekadar iseng-iseng, namun punya arti khusus bagi kader PKB, seperti dituturkan oleh Wasekjen Ahmad Iman. Ia menjelaskan, panggilan 'Gus' berarti memiliki darah leluhur sebagai kiai atau ulama dibandingkan 'Cak' yang hanya sebatas panggilan buat kakak laki-laki.

Cak Imin, Berubah Gus AMI & Berganti Gus Muhamin

Dikutip dari Detikcom, Muhaimin dalam beberapa kesempatan mengakui, jika dirinya lebih suka sapaan barunya itu.

Kepada wartawan usai menghadiri kegiatan Grand Final Lomba Semarak Lebaran di Garden Kopi Saudagar, Laweyan, Solo, Jumat (4/6/2021), Muhaimin menyampaikan alasan perubahan sapaan itu. "Ya untuk mempermudah (panggilan) saja," ucapnya kepada wartawan kala itu.

Kala itu, Gus AMI mengungkapkan, selama ini panggilan Cak Imin ternyata dirasa kurang familiar di kalangan internal PKB, sehingga perlu mengubah sapaannya menjadi Gus AMI. 'Banyak teman yang nggak familir, biar lebih familar saja,' imbuh Wakil Ketua DPR RI tersebut.

Alih-alih menyukai panggilan barunya, yakni 'Gus AMI', belakangan nama itu berubah lagi. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah rilis atas nama Abdul Muhaimin Iskandar dengan menggunakan nama panggilan 'Gus Muhaimin'. Nama ini mulai digunakan sejak sebulan terkahir.

Utak-atik Nama Jelang Pilpres 2024

Penggantian nama 'Cak Imin' ke “Gus AMI' lalu berganti lagi menjadi 'Gus Muhaimin' bisa jadi untuk memberikan dampak politis jelang  Pilpres 2024.

Pengamat Politik Ujang Komaruddin menilai, otak atik nama ala Cak Imin, alias Gus AMI, alias Gus Muhaimin ini merupakan hal wajar untuk meningkatkan popularitas sebelum pencapresan.

"Utak-atik nama tersebut merupakan bagian dari langkah atau strategi dalam pencapresan. Itu hal yang biasa saja dalam politik. Mencari sebutan yang mudah atau simpel bagi rakyat," ucap Kang Ujang, sapaan akrabnya saat dihubungi TIMES Indonesia, Minggu (27/6/2021).

Jika demikian, Muhaimin Iskandar disebut Kang Ujang sedang mencoba memberikan penyegaran sebagai politisi dengan mengganti nama panggilannya, di mana, panggilan nama 'Cak Imin' ini merujuk pada sosok politisi masa lalu. 

Di sisi lain, penggunaan nama 'Gus AMI' yang sempat disukainya ini tidak terlalu menjual karena publik tidak mengetahuinya. Akhirnya saat ini mengganti dengan Gus Muhaimin. "Itu sah-sah saja. Namanya juga usaha. Usaha tuk mendekati rakyat dengan merubah nama," katanya menambahkan.

Gelar 'Gus' untuk Siapa?

Mungkin, gelar tersebut terdengar tidak asing bagi individu-individu yang menganggap dirinya sebagai bagian dari organisasi dan kelompok Nahdlatul Ulama (NU). Gelar 'gus' kerap dilekatkan pada kiai yang berusia muda.

Selain itu, banyak pihak menilai bahwa pemberian gelar 'gus' sebenarnya bersifat genealogis - berdasarkan keturunan. Gelar tersebut biasanya diberikan kepada anak laki-laki dari kiai, guru agama, atau pengasuh pondok pesantren.

berkunjung-ke-Kantor-Pusat-Rabithah-Alawiyah-di-Jalan-TB-Simatupang.jpgKetum PKB Abdul Muhaimin Iskandar saat berkunjung ke Kantor Pusat Rabithah Alawiyah di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin lalu. (FOTO: PKB)

Dosen Universitas Muhammadiyah Jember, Fitri Amalia, dalam tulisannya yang berjudul Sapaan Gelar Keagamaan pada Masyarakat Madura Jember menjelaskan bahwa gelar 'gus' dan 'lora' digunakan untuk menyapa putra kiai. Gelar-gelar tersebut kerap digunakan dalam lingkungan pondok pesantren.

Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Mujiburrahman dalam tulisannya yang berjudul Islam and Politics in Indonesia. Dalam tulisan tersebut, dijelaskan bahwa gelar 'gus' biasanya diberikan kepada putra-putra kiai.

Gelar “gus' ini dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas melalui penggunaannya atas pemberitaan Presiden keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di banyak media.

Sosok dan latar belakang Gus Dur inilah yang mungkin turut membuat gelar 'gus' merefleksikan status tertentu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, nama dan gelar genealogis menunjukkan status dan jaringan keturunan.

Selain itu, gelar 'gus' juga identik dengan kelompok NU. Pasalnya, terdapat anggapan di kalangan NU sendiri bahwa panggilan 'gus' tersebut secara eksklusif hanya eksis di kalangan organisasi tersebut.

Merujuk pada penjelasan di atas, Muhaimin bisa jadi berhak untuk menggunakan panggilan 'gus'.

Pasalnya, ketum PKB tersebut secara genealogis merupakan putra dari KH. Muhammad Iskandar yang merupakan seorang guru dan pengasuh di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif di Denanyar, Jombang, Jawa Timur yang didirikan oleh Kiai Bisri Syansuri (kakek Gus Dur).

Dengan begitu, penggantian nama Cak Imin ke Gus AMI lalu menjadi Gus Muaimin tersebut bisa jadi sebagai upaya penegasan atas status kekerabatan yang dimilikinya serta berkaitan dengan ikatan dan solidaritasnya dengan kelompok NU.

Jika memang penggantian nama ini untuk menyatakan status dan solidaritas kelompoknya, Muhaimin mungkin tengah berusaha menguatkan posisinya di PKB dan kalangan NU, atau berkaitan dengan faksi-faksi yang terdapat di kalangan PKB dan NU.

Pasalnya, di kelompok NU sendiri, ditengarai ada perpecahan di antara Muhaimin dengan faksi Gusdurian, terkait konflik antara Cak Imin, alias Gus AMI atau Gus Muhaimin, dengan Gus Dur di masa lalu. Perpecahan tersebut disinyalir masih eksis, ditandai ketidakhadiran Yenny Wahid, putri Gus Dur dan Mahfud MD dalam Muktamar PKB V di Bali. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES