Politik

Gerindra Jatim Bisa Manfaatkan Coattail Effect dan Geser PKB

Minggu, 27 Juni 2021 - 06:03 | 42.33k
Direktur Utama SSC, Mochtar W Oetomo.(FOTO: Dok.TIMES Indonesia)
Direktur Utama SSC, Mochtar W Oetomo.(FOTO: Dok.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Partai Gerindra Jatim berpeluang besar menggeser posisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai runner up. Salah satunya dengan memanfaatkan efek ekor jas untuk membangun momentum politik daerah. 

Demikian ungkap pakar politik sekaligus Direktur Utama Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W Oetomo saat membedah peluang Gerindra Jatim pasca pengangkatan Anwar Sadad sebagai ketua definitif. 

Mochtar mengatakan, Gerindra Jatim bisa secara maksimal memanfaatkan efek ekor jas (coattail effect) dari elektabilitas Prabowo saat ini dan mendapatkan keuntungan elektoral ketika Pileg, Pilkada maupun Pilgub 2024 nanti. 

"Partai yang memiliki calon terutama capres, pasti akan mendapatkan coattail effect keuntungan elektoral dalam hal ini. Termasuk salah satunya adalah Gerindra," kata Mochtar, Minggu (27/6/2021).

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura ini menambahkan, efek ekor jas dapat dimaknai sebagai pengaruh figur dalam meningkatkan suara partai di pemilu. Figur tersebut bisa berasal dari capres ataupun cawapres yang diusung. 

"Seperti 2019. Gerindra secara nasional jadi partai nomor dua kemudian di Jatim jadi partai nomor tiga. Itu juga tidak terlepas dari sosok Pak Prabowo yang berkontestasi di Pilpres 2019," jelasnya. 

Namun, lanjutnya, coattail effect tersebut juga sangat bergantung pada eskalasi politik nasional.

Apakah Prabowo masih menjadi salah satu kandidat presiden yang meraih tiket? Sementara pada saat bersamaan, Gerindra juga harus memprediksi calon-calon dari partai tandingan.

Situasi ini, sebut Mochtar, masih sulit diraba karena kontenstasi politik nasional sendiri masih sangat cair.

"2024 masih sangat jauh. Sehingga nanti itu akan ada berapa calon, itu juga belum bisa ditebak. Tapi kalau terjadi lagi peristiwa seperti 2019 hanya ada dua calon dan salah satunya adalah Pak Prabowo maka itu pasti akan berdampak pada elektoral Gerindra di semua wilayah. Termasuk di dalamnya adalah Gerindra Jatim," bebernya. 

Kabar gembiranya, tambah Mochtar, rilis dari berbagai lembaga survei menunjukkan elektabilitas Prabowo tengah berada di puncak. Sehingga Gerindra juga harus mampu mempertahankan tren tersebut. 

"Ini juga sangat bergantung apakah mempertahankan tren itu atau tidak. Itu dari satu sisi, Pilpres," tandasnya. 

Pilpres memang bukan menjadi satu-satunya variabel. Namun Pilkada yang akan dilakukan setelah Pilpres dan Pileg juga sedikit banyak bakal memberi warna. 

Mochtar menimbang, apakah Gerindra bisa menghadirkan tokoh-tokoh atau kandidat yang bisa berkontestasi di Pilkada serentak 2024 baik di level Pilgub ataupun Pilwali?

"Terutama Pilgub karena di sisi pemberitaan, sisi ekspos kan tentu lebih besar, ini tantangan. Manakala Gerindra misalnya bisa mengendorse tokoh-tokohnya menjadi salah satu kandidat dalam Pilgub 2024, potensi untuk menaikkan elektoralnya juga semakin bagus. Saya rasa tiga poin itu," terangnya. 

Target 24 Kursi? Realistis! 

Anwar Sadad baru-baru ini secara terbuka mengatakan siap maju sebagai Cagub jika Gerindra Jatim mampu mengumpulkan 24 kursi. Mochtar menjawab itu sebagai target yang realistis. 

"Meskipun itu dari sisi kalkulasi itu realistis ya karena ada 14 Dapil. Artinya kalau tiap Dapil dapat 2 itu kan berarti 28," ujarnya. 

"Walaupun dari sisi kalkulasi realistis, tapi dari sisi dinamika geopolitik Jatim ya tantangan berat, tidak mudah," imbuhnya. 

Ia memberikan alasan. Karena pada saat bersamaan tentu partai-partai lain juga tidak akan tinggal diam.

PDIP sebagai partai pemenang akan berusaha mempertahankan kemenangannya. 

Sementara PKB yang kursinya diambil oleh PDIP pada 2019 tentu akan berusaha keras untuk menjadi pemenang lagi. 

Kemudian Demokrat. Karena Jatim merupakan salah satu basis elektoralnya, tentu juga akan berusaha keras. Sedangkan Golkar dengan segala potensi kematangannya pasti tidak akan tinggal diam. 

"Jadi itu tantangan berat. Perlu sebuah rumusan yang komprehensif untuk bisa mempertimbangkan banyak domain, banyak elemen, banyak respect yang mungkin bisa dieksplorasi," kata Mochtar. 

Lalu, seberapa kuat elektabilitas Prabowo bakal mengatrol perolehan kursi Gerindra Jatim? 

Mochtar menegaskan, pasti bisa! Sebab coattail effect juga pernah mengalami kesuksesan besar. Misalnya, terjadi pada 2004 dan 2009 dengan figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Partai Demokrat yang baru berdiri 2001 tiba-tiba memperoleh suara signifikan pada Pemilu 2004. Bahkan pada 2009 menjadi pemenang pemilu. 

Rupanya, ketokohan SBY turut mempengaruhi tingkat perolehan Partai Demokrat di dua pemilu tersebut. Publik memilih Demokrat lantaran partai tersebut identik dengan figur SBY yang saat itu merupakan presiden dengan tingkat elektabilitas dan kepuasan publik yang tinggi.

"Ya itu jelas seperti yang terjadi di Indonesia sejak 2004. Jadi coattail effect itu memang sangat besar. Ketika SBY menang, Demokrat menang. Ketika Jokowi menang, maka PDIP menang. Memang ada korelasi langsung antara Pilpres dengan Pileg," urainya. 

Maka persoalannya, kata Mochtar, apakah Gerindra bisa mengegolkan Prabowo sebagai Capres yang mendapat tiket. 

Kemudian yang kedua, apakah Gerindra bisa menjaga momentum elektoralnya tetap tinggi seperti hasil berbagai survei akhir-akhir ini. Kalau itu bisa, peluang naik satu tingkat bukan hanya angan semata. 

Namun Mochtar mengingatkan, selain  menjaga momentum nasional, Gerindra juga harus membangun momentum di daerah. 

"Nah ini tugas pengurus-pengurus baru. Pak Fawaid (Bendahara Muhammad Fawaid, Pak Kharisma (Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim, Kharisma Febriansyah) untuk membangun momentum yang bisa mengimbangi momentum politik nasional. Pekerjaan rumah untuk membangun momentum politik di Jatim," ucapnya. 

Gaet Ceruk Nahdliyin 

Dari sisi mobilisasi dan koordinasi daerah, ia melihat pada 2019 lalu Gerindra merupakan partai nomor tiga di Jatim setelah PDIP dan PKB. Sehingga peluang meningkatkan elektoral masih terbuka lebar. 

"Apalagi sekarang misalnya Sadad sudah definitif sebagai Ketua DPD Gerindra Jatim yang notabene beliau sangat dekat dengan kalangan NU dalam berbagai domain dan berbagai level, itu sangat relatif dengan kalangan Nahdliyin," ucapnya. 

Mochtar menilai suara Nahdliyin di Jatim cukup potensial dan sangat cair karena tersebar di semua partai. Sehingga menjadi salah satu peluang bagi Gerindra meraup suara tambahan. 

Dengan berbagai potensi tersebut, artinya Gerindra Jatim bisa mengungguli PDIP dan PKB? 

Sekali lagi Mochtar menyebut peluang itu sangat besar. Namun sangat bergantung bagaimana kemampuan DPD Gerindra Jatim membangun momentum politik daerah. 

"Kalau mampu membangun momentum politik di Jatim saya rasa Gerindra Jatim punya peluang besar untuk menggeser PKB. Tapi kalau menggeser PDIP saya rasa masih berat. Karena pada saat yang bersamaan saya rasa PDIP masih memiliki banyak momentum. Apalagi sebagai satu-satunya partai yang punya tiket otomatis untuk Pilpres kan?," jawab Mochtar W Oetomo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES