Wisata

Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi di Desa: Sebuah Cerita dari Pujon Kidul

Jumat, 25 Juni 2021 - 22:22 | 199.79k
Desa Wisata Pujon Kidul sempati mati suri selama 5,5 bulan saat pandemi. Sekarang, mereka mulai bangkit. (Foto: Instagram Cafe Sawah)
Desa Wisata Pujon Kidul sempati mati suri selama 5,5 bulan saat pandemi. Sekarang, mereka mulai bangkit. (Foto: Instagram Cafe Sawah)

TIMESINDONESIA, MALANG – Maret 2020, tak pernah terbersit di pikiran Fahmi pandemi Covid-19 datang. Dia yang tiap harinya berprofesi sebagai pramusaji di Cafe Sawah Desa Pujon Kidul Kabupaten Malang harus berhenti bekerja sementara waktu saat itu.

“Kaget mas. Imbasnya ke semua. Paling tidak lima bulan saya pengangguran saat itu,” ucapnya.

Fahmi memang tak sempat berpikir soal rencana cadangan, mencari pekerjaan lain atau bahkan membuka usaha. Dia pun saat itu hanya bisa menunggu aktifitas di Cafe Sawah kembali aktif.

Kondisi Fahmi juga dialami sekitar 700 orang yang selama ini terlibat di Desa Wisata Pujon Kidul. Ada yang menganggur, ada juga yang usaha sampingannya harus bisa bertahan. Hal ini juga disadari oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sumber Sejahtera sebagai pengelola Desa Wisata Pujon Kidul.

Desa Wisata Pujon Kidul bDirektur BUMDes Sumber Sejahtera, Ibadur Rohman. (Foto: Irfan Anshori/TIMES Indonesia)

Direktur Bumdes Sumber Sejahtera, Ibadur Rohman mengakui jika pandemi membuat kegiatan perekonomian di desa mereka terpuruk. Apalagi mereka harus tutup setidaknya 5,5 bulan.

“Kami saat itu mulai tutup Maret 2020 hingga Agustus 2020. Sangat berefek ke kami apalagi kegiatan desa wisata kami ini melibatkan sekitar 700 orang,” ucapnya kepada TIMES Indonesia, Jumat (25/6/2021).

Pria yang akrab disapa Badur ini menganggap pandemi adalah ujian terberat yang harus dijalani Desa Wisata Pujon Kidul. Omset menurun, banyak pemuda desa yang kembali menjadi pengangguran. Beberapa unit usaha juga ada yang tutup.

“Omset kami sebelum pandemi rata rata dari kegiatan wisata saja bisa 1 hingga 1,5 miliar. Ya selama 5,5 bulan tutup itu setidaknya ada 7-8 miliar yang hilang,” ungkapnya.

Beruntung meski pandemi namun mayoritas SDM di Desa Wisata Pujon Kidul tidak mencari pekerjaan di tempat lain. Menurut Badur, pelibatan anak anak desa setempat sebagai komponen SDM di Bumdes menjadi sebuah keuntungan.

Desa Wisata Pujon Kidul cKondisi Desa Wisata Pujon Kidul saat ini. (Foto: Instagram Cafe Sawah)

“Kami ubah cara berpikir mereka. Kalau ikut di Bumdes, orientasinya bukan uang tapi ikut bersama membangun desa,” katanya.

“Akhirnya mereka paham, kami pangkas sana sini, mereka baik baik saja meski dengan gaji minim tapi kerjanya tetap maksimal. Kalau oritenasinya hanya mencari uang pasti tidak kuat apalagi Bumdes azasnya berkegiatan sosial,” sambung pria asli Malang ini.

Pandemi, tak ada kunjungan wisata tak membuat Bumdes Sumber Sejahtera berhenti bergerak. Pada masa tutup 5,5 bulan tahun 2020 lalu mereka memilih memperbaiki fasilitas-fasilitas di desa wisata.

“Sebelum pandemi kami belum sempat mikir memperbaiki karena banyak wisatawan yang datang. Kita juga adakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas SDM,” imbuh Badur.

Pertengahan Januari 2021, Desa Wisata Pujon Kidul kembali bergeliat. Beberapa tempat kembali dibuka. Badur mengaku Pujon Kidul masih menjadi prioritas wisatawan karena tempatnya murah dan luas.

“Yang pasti dan wajib kami terapkan prokes bagi pengelola dan juga wisatawan. Agar mereka percaya bahwa wisata kami adalah wisata yang sehat,” jelasnya.

Meski sudah kembali beraktifitas, namun pihak Desa Wisata Pujon Kidul masih ogah berpikir soal omset. Menurut Badur, warga desa kembali beraktifitas saja sudah menjadi energi positif. “Setidaknya ini banyak mengurangi stress kami setelah 5,5 bulan tutup,” sambung pria berusia 34 tahun ini.

Saat ini jumlah kunjungan ke Desa Wisata Pujon Kidul mencapai 500-600 orang saat hari kerja. Sementara saat akhir pekan bisa mencapai 4000-5000 orang.

“Tapi ini masih jauh jika dibandingkan sebelum pandemi. Dulu kalau weekday kami bisa 1000-1500 orang. Bahkan kalau weekend bisa mencapai 8000 orang tiap hari,” ucap Badur.

Kampanye pemerintah pusat utamanya melalui Kementerian terkait juga membantu jumlah kunjungan wisatawan. Terakhir kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno ke Pujon Kidul 22 Mei 2021 lalu juga turut mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan.

“Cukup berefek mas. Pak Sandi kan tenar, beliau juga ngajak influencer. Mengajak untuk mengunjungi Pujon Kidul. Akhirnya meningkat hingga 100 persen. Ini wujud kehadiran pemerintah,” papar Badur.

Bumdes, Wujud Kontribusi Ekonomi dari Desa

Desa Wisata Pujon Kidul sekarang bukanlah tanpa perjuangan. Dirintis mulai 2011 oleh karang taruna setempat awalnya hanya sebagai bentuk pengabdian ke desa. Ibadur Rahman mengakui jika awal berdiri desa wisata hanya untuk belanja di sekitar lingkungan.

“2011-2015 belum ada destinasi, hanya bergerak di edukasi pertanian, peternakan, UMKM. 6 tahun berjalan desa wisata kami stagnan sebab targetnya rombongan,” ucapnya.

Kondisi yang berbeda dirasakan saat tahun 2016. Pengelola desa wisata mengajukan ke Pemerintah Desa setempat untuk mendirikan Cafe Sawah. Sebuah destinasi yang bisa dikunjungi perorangan.

“Cafe sawah dibangun awal 2016 dan bulan Oktober 2016 mulai buka untuk umum,” ucapnya.

Destinasi wisata ini menjadi perhatian publik. Makin banyak kunjungan. SDM di desa Pujon Kidul yang dilibatkan juga makin banyak.

“Kalau awal itu mungkin 200-an orang yang ikut. Setelahnya adanya Cafe Sawah banyak yang menyerap tenaga kerja. Total karyawan dibawah naungan Bumdes ada 160 orang. Kalau ditotal dengan semua usaha yang ada di desa wisata ini menyerap 700-an orang,” paparnya.

Kehadiran Desa Wisata Pujon Kidul membuat pendapatan warga desa meningkat. Sebelumnya mereka hanya bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan dan pekerja lepas.

“Bisa dibilang ekonominya lemah. Misal buruh tani saja mereka dapatnya 700-800 ribu per bulan. Sekarang rata rata pendapatan mereka 1,5 hingga 5 juta per bulan. Bisa dikatakan meningkat hampir 200 persen,” papar Badur.

Sejak 2016, Desa Wisata Pujon Kidul telah berkontribusi besar dalam perputaran ekonomi setempat. Pada 2018 pendapatan tahunan mereka mencapai 14 miliar. Kemudian tahun 2019 mencapai 19,7 miliar. Sementara 3 bulan awal tahun 2020 sebelum pandemi datang, mereka sudah mengantongi 9,4 miliar.

Tak heran jika pemasukan desa bisa mencapai puluhan miliar sebab Bumdes Sumber Sejahtera mempunyai 10 unit usaha yaitu usaha air bersih, toko desa, wisata desa, cafe sawah, unit parkir, unit pertanian, unit pengelolahan sampah terpadu, unit paving dan batako. Serta dua unit baru yaitu unit homestay dan unit pusat oleh oleh.

Lalu kemana semua penghasilan itu didistribusikan? Badur menjelaskan 50 persen untuk operasional unit usaha, sementara 50 persen ke Bumdes.

“Yang ada di Bumdes ini, 80 persennya masuk ke PAD Desa. Dan sisanya untuk operasional Bumdes dan cadangan kas. Yang masuk ke PAD biasanya langsung diwujudkan ke masyarakat untuk pembangunan seperti bedah rumah,” ucapnya.

Menariknya, hasil dari Desa Wisata itu tidak selalu digunakan untuk infrastruktur. Mereka juga menyentuh sisi pendidikan. Badur mengungkapkan saat ini mereka menyelenggarakan pendidikan Paket C gratis untuk 50-60 warga setempat.

“Kami disini rata rata lulusan SMP. Agar SDM desa juga meningkat kami fasilitasi warga untuk mendapatkan Paket C secara gratis,” tegas pria yang pernah merantau di tanah Kalimantan ini.

Saat ini setelah Bumdes dinilai sehat, Desa Wisata Pujon Kidul menyasar warga warga di tiap RT. Badur menjelaskan pemerintah desa punya program 1 RT 1 produk usaha.

“Kami ada 20 RT. Ini wujud kepedulian kami terutama bagi warga yang terkena efek pandemi. Per RT bisa jualan produknya ditaruh di pusat oleh oleh yang ada di Cafe Sawah,” ucapnya.

“Program ini kami rencanakan sejak Oktober 2020 lalu dan tempat jualan baru selesai bulan Mei kemarin,” sambung Badur.

Tiap RT di Desa Wisata Pujon Kidul pun memberi respon positif. Aneka produk tersaji mulai dari olahan makanan, kerajinan tangan hingga topeng Malangan juga tersaji. Satu yang pasti, semua hasil penjualan akan dikembalikan ke RT, bukan milik Bumdes.

“RT tidak wajib setor ke desa. Kami dampingi permodalan, pembuatan olahan, pengemasan hingga penjualan,” tegas Badur.

Bumdes Sumber Sejahtera sadar bahwa keberhasilan Desa Wisata Pujon Kidul juga tak terlepas dari campur tangan Pemkab Malang. Menurut Badur, selama ini Pemkab Malang selalu membawa nama Pujon Kidul setiap ada kegiatan promosi wisata.

“Mereka juga rutin memberikan pelatih peningkatan SDM kepada kami sepeti cara guide, public speaking hingga administrasi,” paparnya.

Badur berharap keberhasilan Desa Wisata Pujon Kidul bisa diadopsi desa-desa lain di seluruh Indonesia. Kunci yang menurutnya penting adalah kolaborasi antara tiga komponen penting di desa yaitu pemuda, kelompok orang tua dan pemerintah desa.

“Di Pujon Kidul, tiga bagian ini bisa jadi satu. 10-11 tahun lalu kami tidak bisa menyatukan. Sekarang kami jadi satu dan sepakat mengembangkan bersama desa ini,” pungkas Badur.

Bumdes dan UMKM, Real Ekonomi Kerakyatan

Desa Wisata Pujon Kidul adalah satu dari sekian ratus Bumdes yang ada di Kabupaten Malang. Dari data yang ada di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Malang, total ada 310 Bumdes pada tahun 2021. Jumlah ini meningkat hingga 300 persen daripada tahun 2015 silam yang hanya 43 Bumdes.

Dari 310 Bumdes yang ada, 17 persen diantaranya dinilai sudah maju. 41 persen kategori berkembang dan 42 persen sisanya berkategori pemula.

Kepala DPMD Kabupaten Malang, Suwadji mengapresiasi keberadaan Bumdes di wilayahnya. Menurutnya, Bumdes mampu menggerakkan ekonomi dengan memberdayakan unit unit usaha yang ada di desa.

“Dengan keberadaan BUMDes pengembangan ekonomi lokal, pelaku pelaku ekonomi desa dilibatkan sehingga memperoleh hasil dari usahanya,” paparnya kepada TIMES Indonesia.

Sementara untuk saat ini, BUMDes diingatkan agar selalu menjaga protokol kesehatal. Terutama BUMDes yang punya unit wisata desa.

“Sesuai ketentuan pemberlakuan PPKM Mikro bagi yang zona hijau dan kuning sudah diperbolehkan buka tetapi tetap ada pembatasan-pembatasan serta  harus menerapkan SOP kesehatan,” tandas Suwadji.

Sementara itu, Dr. M. Lukman Hakim, SIP. M.Si, Kepala Prodi S3 Sosiologi FISIP UB membenarkan bahwa BUMDes ditambah UMKM adalah komponen ampuh agar ekonomi tetap bertahan saat masa pandemi. “Bisa saya bilang ini adalah The Real Ekonomi Kerakyatan,” tegasnya saat dihubungi TIMES Indonesia.

Dari catatan yang ada di tangan Pemerhati Kebijakan Sosial UB ini, penggerak roda perekonomian di Jawa Timur adalah Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM). Kontribusinya rata-rata mencapai 56 persen kepada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim.

“Itu artinya peran UMKM, Bumdes dan sejenisnya sangat signifikan dalam meningkatkan atau bahkan menyelamatkan ekonomi Jatim,” paparnya.

Satu hal yang belum dilakukan saat ini menurut Lukman adalah menyambungkan jalur perdagangan atau pemasaran antar BUMDES. Atau bahkan dengan UMKM. “Jika mereka semua bisa tersambung pasti ekonomi akan lebih kuat,” tegas pengajar di Prodi Ilmu Pemerintahan UB ini tentang keberadaan Bumdes dan Desa Wisata Pujon Kidul.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES