Kopi TIMES

BTS Meal dan Masyarakat Modern

Kamis, 24 Juni 2021 - 15:35 | 47.40k
Fajarudin Hekmatyar, penggemar One Piece, dan masih berstatus sebagai mahasiswa Kesejahteraan Sosial, Universitas Mummadiyah Malang. 
Fajarudin Hekmatyar, penggemar One Piece, dan masih berstatus sebagai mahasiswa Kesejahteraan Sosial, Universitas Mummadiyah Malang. 

TIMESINDONESIA, MALANG – McDonald's Indonesia baru saja meluncurkan sebuah produk kolaborasi mereka dengan salah satu boyband asal Negeri Ginseng, yaitu BTS (Bangtan Sonyeondan). Produk yang bertajuk BTS Meal—berupa paket makanan yang berisi nugget dengan saus, kentang goreng, serta minuman soda—tersebut resmi dijual di Indonesia pada 9 Juni 2021.

Tak perlu waktu lama, sesaat setelah BTS Meal resmi dijual, ARMY—sebutan untuk fans BTS—sontak langsung memburunya. Bahkan beberapa pembeli menjual ulang kemasan bekas BTS meal di berbagai markelpace, dengan rentang harga bervariasi, mulai dari puluhan ribu bahkan sampai ratusan ribu rupiah.

Kolaborasi antara BTS dengan McDonald's sebenarnya bukanlah yang pertama, BTS tercatat beberapa kali pernah berkolaborasi dengan brand-brand ternama lainnya. Sebut saja kolaborasi BTS dengan perusahaan mainan terkenal, Mattel pada tahun 2019 silam. Salah satu produk kolaborasi BTS x Mattel berupa boneka replika ketujuh member BTS. Produk dengan nama BTS Prestige Doll itu pun sontak langsung menjadi barang buruan para ARMY. 

Lantas mengapa sebuah paket makanan dengan tema BTS tersebut menjadi begitu diburu, bahkan sampai ada yang menjual wadah bekas kemasan makanan tersebut dengan harga tinggi? Fenomena tersebut sebenarnya bisa digolonggkan sebagai one dimensional society. Sebuah istilah yang dikemukakan oleh Herbert Marcuse—seorang filsuf sekaligus sosiolog kelahiran Jerman tahun 1898.

Menurut Marcuse one dimensional society adalah konsekuensi nyata dari apa yang ia sebut sebagai spat-kapitalisme atau Kapitalisme lanjut. Sebelum melangkah ke one dimensional society, ada baiknya kita periksa dulu apa itu spat-kapitalisme. Spat-kapitalisme atau Kapitalisme lanjut adalah sebuah periode—setelah great depression 1930an—dimana kapitalisme menampilkan wajahnya dengan lebih humanis. Wajah yang lebih humanis tersebut ditampilkan dengan berbagai ragam, seperti pemberian tunjangan, jenjang karir, jaminan kesehatan, bonus tambahan, serta bonus akhir tahun bagi pekerjanya. Hal-hal tersebut, menurut Marcuse tidak lain hanyalah untuk mereduksi pertentangan kelas agar buruh tidak terlalu frontal dalam memandang gap antara kaum buruh dengan kaum borjuis (pemilik modal).

Selain hal-hal material, spat-kapitalisme juga berupaya mennyuntikkan budaya-budaya popular ke masyarakat lewat propaganda media. Propaganda media akan menampilkan citra bahwa ketika seseorang tidak mengkonsumsi suatu barang maka orang tersebut dianggap bukan bagian dari suatu masyarakat atau komunitas. Jika citra media menggambarkan bahwa orang kaya adalah mereka yang bermobil, maka banyak orang akan berupaya untuk memiliki sebuah mobil hanya untuk terlihat kaya, terlepas orang tersebut membutuhkan mobil atau tidak itu lain cerita.

Inilah yang dinamakan one dimensional society. Hal tersebut pada akhirnya membuat masyarakat yang sudah jatuh dalam belenggu spat-kapitalisme dan hanya akan membuat masyarakat mengkonsumsi kebutuhan palsu. Sebuah Kebutuhan yang hanya didasarkan pada kepentingan sosial semata, bukan pada kebutuhan. Dalam hal ini, peran media propaganda seperti iklan-iklan televisi, media sosial, dan endorsement memainkan peran pentingnya dalam pembentukan kebutuhan palsu.

Citra-citra media bahkan seringkali menjadi penentu kita untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu barang. Seringkali masyarakat mengkonsumsi suatu produk hanya karena diiklankan oleh artis favoritnya, kita seringkali membeli brand pakaian tertentu hanya karena melihat artis favorit kita memakainya di sinetron. Bahkan untuk urusan makanan, yang notabene adalah kebutuhan dasar, kita seringkali terpengaruh iklan.

Dan itulah yang terjadi di Indonesia dengan BTS Meal ala McDonald's-nya. Paket makanan berupa nugget dan kentang kentang goreng tersebut seketika menjadi incaran masyarakat, khusunya para ARMY—sebutan untuk fans BTS. Makanan yang notabene sebagai kebutuhan dasar menjelma sebagai kebutuhan tersier, yang dibeli bukan untuk dimakan tapi hanya sekadar eksistensi diri dan potret di media sosial.

***

*)Oleh: Fajarudin Hekmatyar, penggemar One Piece, dan masih berstatus sebagai mahasiswa Kesejahteraan Sosial, Universitas Mummadiyah Malang. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES