Pendidikan

Politeknik Ketenagakerjaan Perkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan

Rabu, 23 Juni 2021 - 12:13 | 39.90k
Rakor Jejaring Politeknik Ketenagakerjaan di Makasar, di hadiri oleh kepala BNN Makasar, Plt Direktuk Politeknik Ketenagakerjaan Elviandi Rusdi Ph.d,  Sekertaris disnaker Sulawesi Selatan Dra. SURAESAH, M.SI, Kepala Apindo sulawesi selatan Drs. La Tunreng
Rakor Jejaring Politeknik Ketenagakerjaan di Makasar, di hadiri oleh kepala BNN Makasar, Plt Direktuk Politeknik Ketenagakerjaan Elviandi Rusdi Ph.d, Sekertaris disnaker Sulawesi Selatan Dra. SURAESAH, M.SI, Kepala Apindo sulawesi selatan Drs. La Tunreng

TIMESINDONESIA, JAKARTAPoliteknik Ketenagakerjaan terus membangun sinergitas dengan dunia industri. Politeknik Ketenagakerjaan mengundang berbagai praktisi industri dan pimpinan perusahaan dalam acara bertajuk "Rakor Jejaring Ketenagakerjaan Industri tahun 2021" yang dilaksanakan di Surabaya, Semarang dan Makassar. Rakor Jejaring Politeknik Ketenagakerjaan ini membahas berbagai persoalan yang menjadi sebab kesenjangan dunia pendidikan dengan dunia kerja, usaha serta industri.

Menurut Plt Direktur Polteknaker, Elviandi Rusdi, Ph.D tujuan diselenggarakannnya rakor jejaring industri ini adalah untuk membangun jejaring kemitraan Politeknik Ketenagakerjaan dengan dunia industri, usaha, dan dunia kerja. Dengan menghadirkan pimpinan berbagai perusahaan di kota-kota besar.

"Kami berharap akan terjadi keselarasan dan sinergisitas dunia pendidikan dan industri," imbuh Elviandi.  

Elviandi mengatakan, saat ini pendidikan tinggi vokasi memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki keterampilan profesional baik hard skill maupun soft skill. Untuk itu, ia mengatakan Polteknaker sebagai pelaksana pendidikan vokasional harus mampu memberi kontribusi melalui lulusan yang berkompeten, kritis dan solutif. Pasalnya lulusan yang memiliki ketiga hal tersebut bisa menghadapi tantangan maupun peluang, sehingga bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

Oleh karenanya, lanjut Elviandi, Polteknaker diharapkan harus dapat meningkatkan jejaring kerja sama dengan industri yang relevan dengan tiga program studinya. "Membangun jejaring antara perguruan tinggi dan dunia industri dibutuhkan untuk mendekatkan SDM-nya yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan industrinya," papar Elviandi.

Menurut Plt Kepala Pusat Pengembangan SDM Ketenagakerjaan Kemnaker Helmiati Basri, S.Sos., M.A.P institusi pendidikan tinggi harus mendukung program penyiapan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia kerja, dunia usaha maupun industri. Dalam kesiapannya harus diproyeksikan sesuai kebutuhan dan kualifikasi, serta jumlah posisi pekerjaan pada dunia industri.

Saat ini terdapat begitu banyak pengangguran akibat dari peningkatan jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan permintaan pasar. Ketidaksesuaian ini bisa saja terjadi karena tingginya volume lulusan yang kompetensi yang terlalu rendah, ujarnya ketika membuka Rakor Jejaring Politeknik Ketenagakerjaan di Gamara Hotel Makasar pada hari senin, 21 Juni 2021.

Oleh karena itu, Helmiati Basri mengatakan, di perlukan Link and Match dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, usaha serta industri adalah hal yang sangat penting agar lulusan lembaga pendidikan dapat terserap dengan baik di dunia kerja.

Dalam hal ini, Polteknaker harus terus melakukan upaya agar ada link and match dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Selain itu, Polteknaker harus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah under qualification yakni, lulusan perguruan tinggi masih berada di bawah standar kompetensi, ujarnya.

Pada Rakor Jejaring Politeknik Ketenagakerjaan yang di selenggarakan di Gamara Hotel Makasar ini, setiap Program Studi juga mempresentasikan kurikulum Program studi masing-masing di depan praktisi industri, tujuannya adalah agar mendapatkan saran dan masukan langsung.

Menurut Plt. Direktur Politeknik Ketenagakerjaan, Elviandi Rusdi, Ph.d Rakor Jejaring seperti ini sangat penting untuk terus dibangun, agar kurikulum Polteknaker selalu up to date dengan perkembangan dunia Industri. Perlu diketahui politeknik Ketenagakerjaan mempunyai tiga Program Studi yaitu : D4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), D4 Relasi Industri dan D3 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

Politeknik Ketenagakerjaan juga terus berupaya memperkecil kesenjangan kompetensi lulusan perguruan tinggi vokasi dengan kebutuhan dunia usaha dan Industri. Sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. Perguruan tinggi yang ada di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan yaitu hard skills dan soft skills yang pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja.

Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan dunia usaha dan dunia  industri, Politeknik Ketenagakerjaan dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: 

1. program teaching factory.
2. Menjalin kerjasama dengan industri yang berbentuk: pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the job training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri
3. Melakukan penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan ketenagakerjaan. 

Kompetensi yang diharapkan oleh dunia usaha dan dunia industri adalah keterampilan hard skill yang sesuai dengan bidangnya dan keterampilan soft skill berupa kompetensi sikap, kerjasama dan motivasi dalam dunia kerja. Banyak perguruan tinggi yang ada di Indonesia belum mampu membentuk lulusannya untuk mempunyai dua keterampilan di atas yang pada akhirnya akan sulit bersaing dalam dunia usaha dan dunia industri.

Belum adanya kesamaan visi di atas antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri, maka harus terdapat solusi bagaimana cara meminimalisir celah antara lulusan Politeknik Ketenagakerjaan dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Melalui paparan di atas, menunjukan terdapat masalah yang berkaitan dengan kesenjangan antara Perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri yaitu:

1. Tantangan dunia usaha dan dunia industri membutuhkan penyiapan tenaga kerja yang kompeten yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri. 
2. Ada celah antara kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri dengan lulusan yang dihasilkan oleh Perguruan tinggi. 
3. Lulusan perguruan tinggi belum mempunyai dua kompetensi pokok yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri yaitu kemampuan hard skills dan soft skills atau terkadang hanya salah satu yang dikuasai lebih baik. 

Berdasaran permasalahan di atas maka akan muncul pertanyaan bagaimana cara yang harus dilakukan Politeknik Ketenagakerjaan untuk memperkecil jarak kompetensi antara lulusan Politeknik Ketenagakerjaan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Politeknik Ketenagakerjaan sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan memiliki tugas mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja sesuai bidang keahlian.

Proses pembelajaran di Politeknik Ketenagakerjaan menuntut mahasiswa mempunyai tiga ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Politeknik Ketenagakeejaan dituntut harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam proses pembelajaran di Politeknik Ketenagakerjaan, memiliki tugas utamanya adalah sebagai pencetak tenaga kerja yang siap pakai, harus membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kompetensi program keahlian masing-masing. Lulusan Politeknik Ketenagakerjaan berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi sesuai bidang juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya 
agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini maupun masa yang akan datang menyesuaikan tuntutan dalam dunia usaha dan dunia industri.

Politeknik Ketenagakerjaan membekali mahasiswa dengan kemampuan kognitif (pengetahuan) dan kemampuan psikomotorik atau keterampilan (skill). Ranah berikutnya adalah adaptif, tujuannya adalah membekali lulusannya dengan kemampuan adaptif, yaitu kemampuan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada.

Kompetensi adaptif yang diberikan berupa materi pengetahuan dasar di bidang teknologi sesuai dengan bidang masing-masing. Proses pendidikan di Politeknik Ketenagakerjaan merupakan pembelajaran untuk menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai daya saing secara internasional, karena tantangan internasional lebih mendominasi di tahun-tahun yang akan datang.

Untuk itu perlu ada upaya atau strategi dan kebijakan yang perlu dilakukan sebagai antisipasi bagi perbaikan dan pengembangan proses pendidikan. Dunia usaha dan dunia industri sebagai pengguna dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional lainnya senantiasa melihat dan menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi sumber daya manusia itu. 

Semua pekerja pada dunia usaha dan dunia industri yang berskala internasional mempersyaratkan penguasaan landasan-landasan kompetensi dan keterampilan dengan kinerja tinggi. Meskipun demikian bagi sebuah perusahaan, tidak semua pekerja dengan hard skills yang dimiliki dapat menjamin kesuksesan bekerja di  perusahaan. Secara umum beberapa industri 
menginginkan lulusan yang mempunyai dua kompetensi pokok yaitu hard skills dan soft skills.

Kompetensi hard skills merupakan keterampilan yang digunakan untuk bekerja sesuai bidang keahlian, sedangkan kompetensi soft skills digunakan untuk mendukung pekerja menyelesaikan tugasnya. Keterampilan pokok dipelajari ketika lulusan berada di perguruan tinggi lewat proses pembelajaran sedangkan soft skills selain di kampus juga dapat diajarkan dengan pembiasaan di lingkungan luar kampus. Soft skills meliputi communication skill, organizational skill, leadership skill, logic skill, effort skill, group skill dan ethic. 

Kerjasama Politeknik Ketenagakerjaan dengan dunua usaha dan dunia industri adalah suatu keharusan, karena beberapa kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dunia usaha dan dunia industri misalnya praktik kerja industri (Prakerin), on job training (OJT), kunjungan industri dan sebagainya. Peran dunia usaha dan dunia industri juga dituntut untuk lebih dalam terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. 

Manajemen Politeknik Ketenagakerjaan harus mempunyai strategi yang mengakomodir kepentingan kedua belah pihak agar kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri 
dapat berjalan dengan berkesinambungan dan lancar. Penyamaan visi kerjasama dalam berbagai bentuk kegiatan harus bertujuan sama yaitu menyediakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

Bentuk-bentuk kegiatan di Perguruan tinggi yang dapat memperkecil celah antara Politeknik Ketenagakerjaan dengan dunia usaha dan dunia industri diantaranya adalah program teaching factory dan jalinan kerjasama dengan industri yang berbentuk pengelolaan prakerin yang baik, magang (OJT), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri dan penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan ketenagakerjaan.

Kegiatan teaching factory terdiri dari dua prinsip utama yaitu pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh ketrampilan dan pengetahuan sehingga mampu melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Prinsip yang kedua adalah pembelajaran berbasis produksi. pembelajaran berbasis produksi berarti siswa terlibat dalam proses produksi sebagai Bentuk kongkrit teaching factory.

Kegiatan yang sangat bermanfaat lainnya adalah Rekruitmen Tenaga Kerja. Peran Bursa Kerja Khusus (BKK) sangat penting dalam proses rekruitmen tenaga kerja, Politeknik Ketenagakerjaan melalui BKK sebaiknya menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri sehingga menjadi wadah bagi lulusan Politenik Ketenagakerjaan untuk bekerja.

Jalinan kerjasama rekruitmen dengan dunia usaha dan dunia industri sebaiknya secara terus menerus dan selalu dievaluasi secara periodik agar terus dapat berjalan sesuai rencana.
Politeknik Ketenagakerjaan harus menyiapkan mahasiswa tentang aturan-aturan ketenagakerjaan dan proses penyaluran agar mahasiswa mempunyai gambaran tentang proses ketenagakerjaan yaiswa mempunyai gambaran tentang proses ketenagakerjaan yantang proses ketenagakerjaan yantang proses ketenagakerjaan yang sesuai 
dengan aturan. 

Bentuk kegiatan-kegiatan Politeknik Ketenagakerjaan tersebut diantaranya, sosialisasi aturan - aturan dan proses rekruitmen ketenagakerjaan. Penyiapan kompetensi soft skills dalam menyongsong dunia kerja, Pendidikan dan pelatihan untuk siap bersaing dalam dunia usaha dan dunia industri, dan penyaluran kebutuhan tenaga kerja melalui Bursa Kerja Khusus.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES