Ekonomi

Di Tengah Pandemi, Perajin Batik Pamekasan Tetap Membatik 

Rabu, 23 Juni 2021 - 10:22 | 52.06k
Sri Wahyuni Fatmawati (36) pengrajin Batik tulis asal Dusun Arsojih, Desa Pagendingan, Galis, Pamekasan saat membatik di halaman rumahnya.(Foto:Akhmad Syafi'i/TIMES Indonesia)
Sri Wahyuni Fatmawati (36) pengrajin Batik tulis asal Dusun Arsojih, Desa Pagendingan, Galis, Pamekasan saat membatik di halaman rumahnya.(Foto:Akhmad Syafi'i/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PAMEKASAN – Perajin batik Pamekasan asal Dusun Arsojih, Desa Pagendingan, Galis, Pamekasan tetap tidak pernah putus asa dalam membatik. Meski ada pandemi, batik tetap laku di pasaran.

Sri Wahyuni Fatmawati (36) salah satu pengusaha batik asal Dusun Arsojih, Desa Pagendingan, Galis, Pamekasan mengakui adanya pandemi memberikan tantangan baru bagi perajin batik dalam pemasaran.

"Pada awalnya pemasaran batik dimaksimalkan secara offline, namun karena ada Covid-19 dan tidak maksimal maka lebih memanfaatkan pemasaran secara online," ungkapnya. Rabu (23/6/2021).

Ia mengatakan, pemesanan memang tidak sebanyak sebelum adanya covid-19. Penjualan batik di musim pandemi ini ada penurunan drastis.

"Penjualan sekarang mulai berkurang. Rata-rata yang kita pasarkan 80 persen itu secara online dan 20 persennya offline," katanya.

Owner Nyileha batik ini bercerita, bahwa usaha batik tulisnya itu telah dikerjakan keluarganya secara turun temurun semenjak zaman penjajahan jepang.

Ia juga menjelaskan bahwa tujuan membatik sebenarnya lebih kepada melestarikan karya yang sudah turun temurun dikerjakan keluarganya. 

"Diakui atau tidak, anak muda jaman sekarang bisa dihitung yang bisa membatik, Jika dulu rata-rata masyarakat di sini banyak yang membatik, sekarang sudah terlihat sedikit mengalami pergeseran," kata Yuni sapaan akrabnya.

Disisi lain, Yuni mengatakan, usahanya tersebut bisa berkontribusi untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Saat ini ada sekitar 6-10 pekerja. Dari masyarakat yang ada disini dan juga pekerja yang dari luar," sebutnya.

Wanita lulusan D4 Akbid Aifa Husada Madura ini mengatakan, saat perajin batik lainnya kebanyakan memproduksi batik dengan tema modern, Ia tetap memaksimalkan produksi batiknya dengan mengembangkan kain batik tulis asli tema-tema klasik.

"Jadi, untuk produksi memang kita memaksimalkan tema-tema klasik, agar kekhasan batik Pamekasan yang memang asli di sini tetap bertahan, seperti batik gitar-gitar. Kecuali memang nanti ada pemesanan lain seperti seragam dan lain sebagainya, baru kita memproduksi batik seperti itu, " ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES