Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pemuda Milenial Ataukah Malanial?

Rabu, 23 Juni 2021 - 09:18 | 39.80k
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku.
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Istilah milenial sudah jadi istilah yang umum seiring dengan perkembangan zaman, dimana era sekarang disebut public sebagai era milinial. Sedangkan malanial penulis deskripsikan seabagai era dimana ada kondisi yang salah yang diagungkan sebagai pilihannya, seperti menjatuhkan opsi terhadap kultur menganggur atau budaya tidak menyukai melakukan hal yang “zmenantang” secara positi kreatif dalam kehidupannya.

Misalnya adanya gejala tentang opsi menganggur di kalangan anak muda dengan alas an belum  menemukan pekerjaan sesuai yang dinginkan dan diobsesikannya. Kalau sampai anak-anak muda justru menyukai hidup menganggur atau tidak mengembangkan potensinya, maka ditakurkan mereka diajak memobilisasi kegiatan-kegiatan tertentu yang melanggar norma agama dan hukum dalam skala yang  lebih luas.

Ketika mereka itu terperangkap  atau terbius seperti itu, maka itu menunjukkan, bahwa kita belum mampu merancang dan membentuk mentalitasnya supaya menjadi generasi utama yang berderajat tinggi. Kondisi ini tentu saja harus didekonstruksi, karena menjadi ancaman yang sngat serius bagi kondisi bangs aini di masa kini dan kedepan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mereka terkondisikan oleh lingkungan pergaulan yang bukan hanya menyesatkan, tetapi juga rentan menghancurkannya. Mereka bisa mengenal  dunia perdagangan ilegal  seperti berbisnis narkoba, karena kita tidak mendidik atau mengarahkannya menjadi manusia-manusia yang kuat dalam menjaga dan mengembangkan tanggungjawab atau kewajiban yang harus dilaksanakannya, baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun negaranya  (Ana, 2020).

Kekuatan dalam diri seseorang (mukmin) pemuda, di zaman apapun pemuda ini jalani hidupnya akan menjadi penghias yang menyejukkan, mendamaikan, dan menyejahterakan kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa, jika kekuatan positipnya terus hidup menyala dan berkembang, tidak kenal penat dan stagnasi.

Seseorang pemuda yang kuat secara ekonomi akan mampu berbuat banyak untuk membantu meringankan atau membebaskan kesulitan orang lain. Kehidupan orang lain akan mampu meraih dan mengembangkan derajat kesejahteraan atau martabatnya sebagai bangsa, jika mereka terus menerus dibentuk tanggungjawab dan kewajibannya untuk menjadi kekuatan yang hebat.

Seseorang pemuda yang kuat secara  edukatif misalnya akan mampu menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan orang lain dari kebodohan. Seseorang yang kuat dalam beragama, tentu tidak akan mudah tergoda untuk melakukan perbuatan-perbuatan  tidak terpuji. Seseorang pemuda yang kuat dalam bekerja, tentu akan mampu menciptakan banyak karya berharga bagi perusahaan, karyawan, masyarakat, dan bangsanya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Seseorang  yang kuat secara politik akan mampu melahirkan bangunan kehidupan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab terhadap kemaslahatan masyarakat. Kalau seseorang yang kuat ini berasal dari kalangan pemuda, maka perubahan positip akan berlangsung lebih cepat, karena pemuda itu mempunyai waktu yang lebih leluasa dan kekuatan fisik prima dibandingkan golongan yang tua

Firman Allah SWT mengingatkan: ''Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.'' (QS Ali Imran [3]: 139).

Firman Allah SWT ini jelas melarang kita menjadi manusia-manusia yang lemah, atau sebaliknya menuntut kita menjadi pelaku sejarah yang kuat. Kata “lemah” menjadi titik tekan alam ayat itu, artinya Allah tidak menyukai manusia yang lemah, apalagi sengaja membiarkan dirinya lemah atau melemahkan dirinya sendiri.

Sebaliknya, Allah SWT  menyukai manusia muslim atau generasi yang kuat. Dari kekuatan akan terlahir banyak perubahan, dan dari perubahan akan terlahir pencerahan. Kuncinya: setiap elemen bangsa, khususnya para pemuda  tidak boleh kenal putus asa dalam memperjuangkan prinsip yang bertujuan membangun masyarakat damai dan sejahtera. Ini sangat penting seiring dengan mudahnya anak muda terjerumus sikap putus asa dan menjatuhkan opsi bunuh diri.

Generasi muda berpribadi kuat dapat terbaca melalui mentalitasnya yang selalu tidak gampang menyerah pada keadaan diri dan lingkungannya yang kurang memberikan dukungan terhadap pembentukan dan pengembangan dirinya.

Mereka itu terus mencari atau berinovasi supaya ada hal-hal baru yang bisa diwujudkan untuk kepentingan dan kemajuan diri, keluarga, masyarakat, dan bangsanya. Kalau itu dalam berbisnis atau bekerja, mereka terus belajar dan berusaha mengembangkan bisnisnya. Jiwa Nabi Muhammad SAW pada saat muda dan menjadi pedagang  harus dijadikan teladan. Beliau jelajahi berbagai daerah atau wilayah perdagangan bukan semata-mata untuk mendapatkan hasil terbaik (keuntungan) dari barang yang diperdagangkan, tetapi beliau belajar memperluas kawasan perdagangannya, sehingga dimanapun tidak sampai kehilangan mitra berbisnis.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES