Kuliner

Mie Ayam 'UGD' Kuliner Populer di Rest Area Gunung Gedangan Mojokerto

Rabu, 23 Juni 2021 - 09:00 | 193.62k
Mie ayam UGD (Uenak Giling Dewe) di Rest Area Gunung Gedangan, Kota Mojokerto. (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
Mie ayam UGD (Uenak Giling Dewe) di Rest Area Gunung Gedangan, Kota Mojokerto. (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Sebagian besar masyarakat khawatir jika harus mengkonsumsi mie terlalu sering. Ini karena mie karena identik dengan bahan pengawet. Namun di Rest Area Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Jawa Timur, ada mie bebas bahan pengawet.

Bahan yang digunakan masih segar dan mempunyai ciri khas tekstur mie yang lunak dan aroma kuah dan sayur yang segar.

Pemilik Warung Mie Ayam UGD (Uenak Giling Dewe), Arik Agustiani (51) mengungkapkan inspirasi muncul karena masyarakat ogah memakan mie karena kandungan bahan pengawetnya. Akhirnya tercetuslah gagasan membuat mie yang sehat dan aman untuk dikonsumsi setiap hari.

Dipadukan dengan sayur mayur seperti bayam, wortel, dan tepung membuat adonan mie terasa lunak, kenyal, lembut dan kaya serat serta nutrisi.

"Kalau campurannya sari bayam, mienya berwarna hijau. Sedangkan jika campuran sari wortel, mienya akan berwarna oranye seperti warna asli wortel," ujar Arik yang merupakan warga kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini.  Rabu (23/6/2021).

Mie-ayam-UGD-2.jpgProses memasukkan mie bayam yang murni tanpa pengawet, Rabu (23/6/2021). (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)

Karena bebas bahan pengawet masa ketahanan mie bisa bertahan sampai lima hari jika ditaruh di kulkas. Di tempat selain ruang pendingin hanya mampu bertahan 1 hari saja.

"Masa kedaluwarsanya memang tak bisa lama, karena bahannya alami dan tanpa pengawet. Untuk itu kita tak berani memproduksi mie dalam jumlah banyak, khawatir rugi kalau gak habis" cetus Arik.

Selama 1 hari, Arik hanya memproduksi 5 kg mie bayam dan wortel. Itu untuk 75 porsi mangkuk.

"Per porsi berisi 90 gram mie, selada dan topping ikan irisan ayam bumbu kecap serta ceker. Harganya murah meriah hanya10 ribu saja per porsi," ujarnya.

Ia menyebut, kedai mie ayamnya ini lain daripada yang lain, karena pembeli bisa melihat langsung proses pembuatan mienya. Jadi pembeli langsung dibuatkan mie yang fresh from the oven.

Mie-ayam-UGD-3.jpgMie buatan sendiri terbuat dari bahan campuran tepung dan wortel, Rabu (23/6/2021). (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)

"Kalau ada yang pesan, langsung kita gilingkan mienya. Dan itu hanya butuh waktu 15 menit saja, karena bahan-bahan sudah kita siapkan semuanya," ucapnya.

Mengeai alasan memberi nama mie UGD, Arik mengaku itu sebagai strategi market saja. Ia hanya ingin nama kedainya mudah di kenal dan di ingat dengan memakai nama yang tak lazim tersebut.

"UGD itu kan identik dengan Unit Gawat Darurat, tapi untuk strategi pasar itu kita plintir menjadi 'Uenak Giling Dewe', biar mudah di ingat," cetus Arik yang merupakan warga binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Mojokerto.

Arik mengaku mendapat ilmu membuat mie ini dari pelatihan yang diberikan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto. Ia langsung mempraktekannya dan nekad membuka kedai di Rest Area Gunung Gedangan Kota Mojokerto. "Biar ilmunya manfaat langsung kita praktekan, eeh lha kok laku keras," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES