Kopi TIMES

Empat Pilar Literasi Digital Menuju Indonesia Makin Cakap Digital

Rabu, 23 Juni 2021 - 00:14 | 643.65k
Frida Kusumastuti; Dosen Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Pegiat Japelidi Indonesia & Sukarelawan Mafindo Malang Raya.
Frida Kusumastuti; Dosen Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Pegiat Japelidi Indonesia & Sukarelawan Mafindo Malang Raya.

TIMESINDONESIA, MALANG – Sudahkah mulai disadari bahwa sejak 31 Mei 2021 udara Indonesia dipenuhi dengan webinar literasi digital? Tidak main-main karena diselenggarakan secara serentak dua sesi per hari di 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Semua itu merupakan pelaksanaan Program Indonesia Makin Cakap Digital 2021 yang telah diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo  bersama Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, serta perwakilan Pimpinan Daerah di seluruh Indonesia (20/5). Harapannya program tersebut bisa menyasar berbagai kalangan dan bersifat masif.

Sebelumnya, Kementerian Kominfo bersama Siberkreasi dan Deloitte telah menyusun kurikulum literasi digital untuk Indonesia Makin Cakap Digital (2020). Bulan Februari 2021 Kementrian Kominfo dan Siberkreasi menggandeng Jaringan Pegiat Literasi Digital Indonesia (Japelidi) mengembangkan kurikulum menjadi empat modul. Dan akhir Mei atau serentak pada 2 Juni modul-modul tersebut disosialisasikan dalam bentuk Webinar Series yang rencananya akan terselenggara hingga Desember.

Tulisan ini bermaksud memberikan interpretasi terkait sosialisasi empat pilar literasi digital yaitu Digital Skill, Digital Culture, Digital Ethics, dan Digital Safety. Keempat pilar tersebut disusun menjadi empat modul yaitu Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital. 

Harapannya intepretasi ini bisa sebagai pertimbangan para pembicara dan juga semua peserta webinar dalam mencapai kompetensi literasi digital.

Empat Pilar Sebagai Literasi Digital Dasar

Menuju Indonesia Cakap Digital adalah dengan memiliki kemampuan atau kompetensi memahami, menganalisis, dan menerapkan empat pilar tersebut. 

Indonesia yang cakap digital adalah jika warga (1) memahami dan memiliki keterampilan menggunakan semua perangkat digital dengan tepat sesuai keperuntukannya (Digital Skill), (2) memahami dan menggunakan perangkat digital untuk berinteraksi-berpartisipasi-berkolaborasi secara sadar, penuh integritas, bertanggung jawab, dan demi kebajikan (Digital Ethics), (3) memahami dan memanfaatkan media digital sebagai budaya baru namun tidak meninggalkan budaya “keindonesiaan” yang berdasar pancasila dan keanekaragaman budaya dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika, Cinta Produk Indonesia, dan Menghormati Hak Digital, (4) memahami dan terampil dalam menggunakan media digital yang aman dan nyaman bagi dirinya maupun bagi orang lain sebagai warga negara.

Kompetensi cakap digital yang tergambar dalam perwujudan empat pilar tersebut menuntut pembahasan setiap modul secara menyeluruh. Dimulai dari analisis kondisi empiris, logis, dan filosofis mengapa masing-masing pilar tersebut penting sebagai kecakapan dasar? Lalu dilanjutkan dengan pembahasan tentang indikator kompetensi setiap pilar serta batasan konsep dan praktik atau penerapan setiap indikator kompetensi. 

Misalnya, Modul Cakap Bermedia Digital memulai dengan menunjukkan peringkat Indonesia sebagai salah satu yang memiliki indeks kecakapan digital yang rendah di dunia, namun memiliki tingkat penetrasi dan penggunaan media digital yang cukup tinggi. Maka kondisi empiris itu akan dijawab dengan meningkatkan kompetensi dengan indikator memahami landskap digital, internet, dan dunia maya; pengetahuan dan penggunaan mesin pencari informasi, dan pemilahan data; pengetahuan dan penggunaan aplikasi percakapan dan media sosial; pengenalan aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital. Metode pembahasan semua indikator dengan cara pengenalan, analisis, dan tips penggunaan. 

Maka dalam hal ini, penyampaian materi dalam webinar bisa menjelaskan keseluruhan isi bab dalam modul secara efisien dan memotivasi partisipan webinar mengunduh secara gratis modul tersebut, lalu mempelajari modul lebih lanjut. Baik secara mandiri maupun berkelompok. Pembahasan empat modul dalam satu sesi virtual meeting secara bersamaan, hanya memungkinkan pada pengenalan atau efek kognisi dan paling sampai  pada efek afeksi.

Empat Pilar sebagai Perspektif

Cara kedua dalam gerakan literasi digital menuju Indonesia Cakap Digital melalui webinar masif di 514 kabupaten/kota adalah menjadikan empat pilar sebagai perspektif dalam mengupas isu-isu digital. Menurut hemat penulis, isu digital bisa ditengarai dari indikator kompetensi di setiap modul. Isu itu antara lain tentang digital hard ware dan soft ware,  isu pengolahan data, isu etiket, isu hoaks – ujara kebensian dan konten negatif, isu interaksi-partisipasi dan kolaborasi, isu transaksi elektronik, isu e-commers, isu pendidikan daring, e-governace, isu rekam jejak digital, penipuan dan cyber crime, isu hak digital, isu kebudayaan dan nasionalisme, isu kebocoran data, dsb.

Kompetensi cakap digital yang dihubungkan dengan indikator isu-isu di atas, memungkinkan satu isu dibahas dengan keempat pilar atau dengan kata lain, keempat modul memiliki pandangan secara bersama-sama terhadap satu isu.

Misal, isu hoaks, ujaran kebencian, dan konten negatif. Cakap bermedia digital akan membahas isu tersebut dengan kecakapan menggunakan mesin pencari dan digital tools untuk mendeteksi isu hoaks, memanfaatkan mesin pencari untuk menyeleksi, memferivikasi konten hoaks, menutup perangkat digital dari konten negatif dan hoaks. 

Sementara Etis Bermedia Digital akan membahas isu hoaks dan konten negatif sebagai suatu perilaku yang tidak bertanggung jawab, menurunkan derajat manusia, rendahya respect, dan juga mendorong partisipasi menghalau hoaks dan konten negatif, serta berkolaborasi dalam memerangi hoaks dan konten negatif. 

Budaya bermedia digital bisa mengupas potensi isu hoaks dan konten negatif bagi perpecahan bangsa, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, ancaman pada nasionalisme, dan kebhinekaan, serta pelanggaran pada hak digital.

Aman bermedia digital bisa melihat isu hoaks dan konten negatif sebagai contoh jejak rekam digital yang sangat buruk bagi netizen dan akan menganggu kehidupan dimasa kini maupun masa mendatang. Isu hoaks dan konten negatif juga mengancam keamanan dan kenyamanan perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

Demikian sekelumit interpretasi penulis sebagai salah satu dukungan terhadap implementasi empat pilar literasi digital menuju Indonesia Semakin Cakap Digital.

***

*) Oleh: Frida Kusumastuti; Dosen Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Pegiat Japelidi Indonesia & Sukarelawan Mafindo Malang Raya.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES