Kopi TIMES

Pendidikan Bukan untuk Cari Kerja Saja

Selasa, 22 Juni 2021 - 15:33 | 47.50k
Muhdar, Mahasiswa Ilmu Politik UMJ, kader IMM Fisip UMJ, Pedagang Starbuck Keliling (Starling).
Muhdar, Mahasiswa Ilmu Politik UMJ, kader IMM Fisip UMJ, Pedagang Starbuck Keliling (Starling).

TIMESINDONESIA, JEMBER – Masih banyak pandangan negatif masyarakat perdesaan terhadap pendidikan. Salah satunya, pendidikan hanyalah ajang untuk memperoleh sebuah pekerjaan (materi) semata.

Mereka menganggap apabila dari seorang pelajar ketika sudah menerima sebuah gelar sarjana, namun masih menganggur, mereka katakan pelajar tersebut gagal dalam pendidikannya. Begitulah yang penulis sering dengar.

Bahkan sangat ironis, ketika lulusan S1 (Strata 1) dibandingkan dengan yang masih belum lulus Sekolah Menengah Pertama/Madrash Tsanawiyah (SMP/MTS), karena faktor kesamaan profesi yang mereka miliki. Begitulah keadaan dan pandangan mereka (masyarakat pedesaan) terhadap dunia pendidikan, begitu sempitnya pemikiran mereka terhadap pendidikan.

Dan demikianlah pandangan mereka yang argumennya hanya melemahkan seorang pelajar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Ketika sudah mendengar premis-premis yang salah ketika dikonklusikan itu. Hal itu sangat mengkhawatirkan generasi muda yang pada mulanya mempunyai semangat dan gairah untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Masih banyak anak-anak yang melanjutkan pendidikannya sampai jenjang perguruan tinggi, bahkan ada yang tidak sampai lulus bangku SMP/MTS. Orang tua mereka memilih terjun langsung dalam dunia kerja.

Di sisi lain, ada faktor lain selain faktor di atas yang menghambat. Yakni soal finansial yang kurang memadai.

Pada dasarnya, pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia. Hal ini sudah tertera dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 1999. Dalam bab lll pasal (12) yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlaq mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai hak asasi manusia.”

RKH. Muhammad Thohir Zain Abdul Hamid. Pengasuh pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-bata (Madura), pernah mengatakan, “kemiskinan, penderitaan beban masalah bagi pendidikan. Namun kemiskinan, penderitaan bukan alasan untuk tidak berpendidikan, pendidikan butuh pengorbanan. Cinta saja butuh pengorbanan apalagi pendidikan”.

Pendidikan merupakan pembentukan karakter, moral dan etika yang seharusnya semua orang miliki. Pendidikan adalah alat penting untuk berinteraksi dengan sesamanya, lingkungannya. Bila pendidikan hanya dipandang sebagai jembatan untuk meraih hal-hal yang berkaitan dengan materi, itu sebuah kefatalan cara seseorang memandang sejauh mana orientasi pendidikan.

Memang, ada sebagian dari para pelajar ketika sudah menyelesaikan pendidikannya mereka dimudahkan akses terjunnya ke dunia kerja. Namun itu bukan tujuan yang paling esensial pendidikan. Itu hanya bonus dari buah pendidikan.

Sangat disayangkan, jika pendidikan seakan-akan hanya dijadikan sebagai motor untuk memperoleh pekerjaan. Sekali lagi itu bukan tujuan esensial dari pada pendidikan. Pendidikan hadir untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Seorang pelajar (seorang terdidik), akan menjadi garda terdepan dalam memelopori peradaban baru. Wawasan dan pengalamannya bisa mengubah pikiran-pikiran sempit yang masih terjadi di perdesaan.

***

*)Oleh: Muhdar, Mahasiswa Ilmu Politik UMJ, kader IMM Fisip UMJ, Pedagang Starbuck Keliling (Starling).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES