Peristiwa Daerah Bulan Bung Karno

Kisah Candi Kidal dan Inspirasi Bung Karno Menjadikan Garuda Sebagai Lambang Negara

Sabtu, 19 Juni 2021 - 16:12 | 102.66k
Juru pelihara Candi Kidal saat mengkisahkan asal mula relief Garudya. (Foto: Dok. Duta Pancasila Kabupaten Malang for TIMES Indonesia)
Juru pelihara Candi Kidal saat mengkisahkan asal mula relief Garudya. (Foto: Dok. Duta Pancasila Kabupaten Malang for TIMES Indonesia)
FOKUS

Bulan Bung Karno

TIMESINDONESIA, MALANGCandi Kidal yang berlokasi di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur memiliki kisah panjang yang menjadi asal muasal lambang negara, yakni Burung Garuda.

Kisah tersebut terbentuk dalam relief Garudya yang berada di setiap sisi Candi Kidal. Relief tersebut pun terdapat di sisi timur, seltan dan utara candi yang jika dibaca harus berlawanan dengan arah jarum jam (prasawiya) dari selatan ke utara.

Ketua Duta Pancasila Kabupaten Malang, Bilqis Islach mengisahkan, Garudya sendiri banyak dikenal kalangan masyarakat Jawa tentang perjuangan dan perjalanan Garudya dalam membebaskan ibunya dari penderitaan perbudakan dengan penebusan air suci Amerta.

Candi Kidal 2Candi Kidal yang menjulang tinggi dan berdiri kokoh diantara para wisatawan yang sedang berkunjung. (Foto: Dok. Duta Pancasila Kabupaten Malang for TIMES Indonesia)

Tiga relief Garudya yang mengelilingi Candi Kidal tersebut ternyata memiliki tiga fase yang menjadi inspirasi Bung Karno dalam menjadikan burung Garuda sebagai lambang negara Indonesia.

Pertama adalah fase perbudakan yang mengisahkan bahwa ayah dari Garudya mempunyai dua istri, yakni Dewi Winata dan Dewi Kadru yang masing-masing mempunyai anak. Garudya adalah anak dari Dewi Winata.

Dalam kisah tersebut, Dewi Kadru berusaha menyingkirkan Dewi Winata melalui pertarungan. Dewi Kadru berhasil menang dan Dewi Winata dijadikan budak olehnya.

Kedua, dalam fase penebusan, Garudya yang sangat sayang kepada ibunya bersusah payah membebaskan ibunya dengan melawan naga. Akan tetapi, perlawanan yang tak kunjung usai tersebut membuat sang naga menyanggupi Garudya untuk membebaskan ibunya dengan syarat Garudya harus membawakan air suci Amerta yang disepakatinya.

"Tak sampai disitu, Garudya di tengah pencarian air Amerta tersebut sempat bertemu dengan dewa Wisnu yang bersedia membantu Garudya untuk mencari air suci Amerta, dengan syarat Garudya mau menjadi tunggangannya," ujar Bilqis kepada TIMES Indonesia, Sabtu (19/6/2021).

Terakhir, dalam Fase lepasnya dari perbudakan setelah mendapatkan air suci Amerta tersebut yang akhirnya diberikan pada sang naga, dengan segala perjuangan Garudya, akhirnya sang ibu pun dapat terbebas.

Dari kisah tersebut, menurut Bilqis, dilihat dari kegigihan sang Garudya dalam membebaskan ibunya, bisa dikatakan sama halnya dengan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dengan susah payah untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Bilqis menilai, Presiden RI pertama, Bung Karno sendiri merasa ada kesamaan Filosofi antara kisah Garudya dengan bangsa Indonesia, yakni membebaskan bumi pertiwi dari para penjajah yang sama halnya dengan kisah sang Garudya yang membebaskan ibunya dari perbudakan.

"Mengetahui hal ini, terdapat cerita dan juga relief di Candi Kidal yang akhirnya sang proklamator, yaitu Bung Karno terpanggil untuk datang mengunjungi Candi Kidal," ungkapnya.

Terlebih dalam penamaan Candi Kidal sendiri memang memiliki tiga versi, yakni pertama karena candi ini berada di Desa Kidal atau lebih tepatnya di Desa Rejokidal. Kemudian kedua, kidal dalam bahasa Jawa adalah sebelah kiri, yang mana Raja Anusapati merupakan anak tiri dari ken Arok dan versi ketiga adalah kidal juga berarti Selatan, karena Candi Kidal berada di bagian selatan dari kerajaan Singosari yang ada di sebelah utara.

Candi Kidal memiliki panjang 10,8 m x lebar 8,36 m dengan tinggi 12,26 m. Pada kaku candi sendiri terdapat kepala naga yang disimbolkan dari kekuatan yang melindungi segala kekayaan.

Sementara itu, penggagas Duta Pancasila dan juga Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Malang, Priyo Sudibyo menyebutkan, dari kisah Garudya dan sejarah Bung Karno yang mengambil inspirasi lambang negara dari kisah Garudya membuatnya menggagas Duta Pancasila dan wilayah sekitaran Candi Kidal didirikanlah Kampung Pancasila.

"Saat perayaan hari lahirnya Pancasila tahun 2021 lalu, prosesi upacara pertama kali digelar di Candi Kidal," kata pria yang akrab disapa Bogank.

Penggagasan Duta Pancasila dan Kampung Pancasila yang didukung oleh TIMES Indonesia menjadi gagasan yang bertujuan untuk bagaimana semangat Pancasila di tanah lahirnya lambang Pancasila tetap membara.

Sasaran kaum milenial dalam pembentukan Duta Pancasila sendiri menjadi salah satu penggerak motor semangat Pancasila yang dimana semangat tersebut dibangun untuk menyebarkan bagaimana semangat Pancasila tertuang dari titik awal terbentuknya lambang Pancasila.

"Mereka sebagai generasi muda dalam benaknya harus terisi oleh ideologi Pancasila, bukan ideologi lain. Duta Pancasila ini harapannya bisa diadopsi di Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia," ucapnya.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES