Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Gerakan Menguatkan ”Rumah Kita”

Sabtu, 19 Juni 2021 - 11:12 | 36.63k
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku.
Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pancasila, seperti digelorakan Franky Sahilatua, adalah rumah kita. Rumah untuk segala puji nama Tuhan, untuk sesama, cermin keluarga yang menyatu, bersambung rasa, dan saling membagi penuh keadilan. Dengan kata lain, Pancasila perlu direvitalisasi (dalam tataran ide dan praksis) agar menjadi rumah untuk kita semua.

Apa yang dstigmakan oleh Franky tersebut sejatinya  mengingatkan pada setiap subyek bangsa  Indonesia, bahwa dirinya sudah mempunyai ”rumah” yang luar biasa, yang jika dijaganya dengan baik, akan mampu memberikan banyak manfaat, seperti terwujudnya kedamaian hidup, kesejahteraan, keadilan, dan menguatkan hubungan lintas kemanusiaan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di tengah marwah bangsa yang sedang teruji, sesungguhnya Pancasila meletakkan landasan kokoh yang belum tergoyahkan hingga kini; ia menjadi acuan nation state kita yang meletakkan seluruh agama pada posisi yang sama. Kesetaraan kedudukan agama-agama menjadi pilar teramat penting tidak saja bagi keutuhan teritorial tetapi juga eksistensi Indonesia. Sejak mula, Indonesia dibangun di atas keragaman. Adalah keajaiban dunia, sebuah bangsa bisa muncul dari keberbedaan yang tak terhingga, dan bertahan ketika bangsa-bangsa lain pecah berantakan tak tahan menampung geliat perbedaan. Inilah satu-satunya yang bisa kita banggakan sebagai bangsa. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dari waktu ke waktu, prinsip kesetaraan agama-agama dalam konteks negara ini tetap bertahan sebagai penyangga berkembangnya multikuturalisme. Di tengah situasi politik dan ekonomi yang teramat rentan, multikulturalisme menjadi palung penyelamat. Modal sosial kultural yang berbasis ko-eksistensi (saling menghormati) bahkan pro-eksistensi (saling menghidupi) antar golongan, suku, ras dan agama ini menjadi benteng pertahanan dari berbagai triger ke arah kekacauan sosial. Mau tidak mau kita harus bilang ”Pancasila tak ada matinya”.  (Rahmat, 2006)

”Rumah kita” itu tidak akan pernah mati dan justru akan menjadi kekuatan yang menguatkan konstruksi bangsa Indonesia, jika setiap subyek bangsa ini beruasaha menggerakkan ruh ideologis dalam setiap derap pembangunan bangsa supaya setiap proyek-proyek bangsa benar-benar sejiwa dengan Pancasila.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

TB. Simatupang mengingatkan, pembangunan masyarakat modern, tidak sekadar meniru saja masyarakat-masyarakat modern yang telah ada sekarang. Tetapi, berdasarkan Pancasila kita juga sekaligus memberi kontribusi dalam usaha umat manusia untuk mengatasi berbagai krisis parah yang sedang melanda dunia modern. Krisis-krisis itu adalah krisis keagamaan, moral, spiritual dan etik (sila pertama), krisis kemanusiaan (sila kedua); krisis solidaritas sosial, nasional dan internasional (sila ketiga), krisis demokrasi (sila keempat); krisis keadilan sosial, internasional, ekologi (sila kelima). Bertolak dari iman mereka masing-masing, maka umat beragama di Indonesia baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama harus mampu memberikan sumbangan positif, kreatif, kritis dan realistis dalam perencanaan serta pelaksanaan pembangunan.

Dalam konteks itu, tidak berarti bahwa umat beragama itu secara sepihak hanya memberikan pemikiran mengenai pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, tetapi juga sekaligus berpartisipasi secara positif, kreatif dan realistis dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hal itu hanya dapat dikembangkan sebagai hasil dari dialog atau percakapan di antara umat beragama dengan para pemikir dan pelaku di berbagai bidang pembangunan. Sehubungan dengan itu, perlu ada pembaruan pemikiran dan orientasi umat beragama dengan memberi perhatian tidak hanya pada hal-hal akhirat saja tetapi juga hal-hal pra-akhirat, seperti masalah-masalah kemanusiaan, keadilan, perdamaian, kelestarian, lingkungan hidup, dan sebagainya. Masyarakat modern yang menjadi muara dari pembangunan nasional di Indonesia tidak boleh menjadi masyarakat yang di dalamnya spiritualitas dan nilai-nilai agama menjadi kerdil dan tanpa makna seperti yang terjadi dalam suatu negara sekuler. Agama-agama di Indonesia harus berjuang untuk menghindarkan perwujudan masyarakat sekuler apabila kita tidak ingin mengulangi pengalaman bangsa-bangsa lain. (Sairin, 2004)

Kita bisa membaca, bahwa ada gejala kalau akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat dipandang sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku Political Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan kebangkitan kembali suatu ideologi. Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat ini sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi dunia. Sosialisasi Pancasila di masa lalu, di mana yang mengikuti penataran memperoleh sertifikat dan menjadi persyaratan dalam promosi jabatan, telah menjadikan Pancasila hafalan, dan tidak mewujud secara substansial pada perikehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Suka tidak suka, bacaan itu menjadi kritik pada kita, khususnya kalangan pemimpin atau tokoh bangsa untuk menggerakkan secara masif bukti kecintaaanya pada ”rumahnya sendiri”, kalau ini bisa diwujudkan, apa yang  menjadi kritik pedas pada ideologi dengan sendirinya akan terjawab.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES