Kopi TIMES

Mendidik dengan (Mewujudkan) Pancasila

Sabtu, 19 Juni 2021 - 00:22 | 65.38k
Ig. Lintang Nusantara, Presidium SMA Kolese De Britto Yogyakarta 2020/2021.
Ig. Lintang Nusantara, Presidium SMA Kolese De Britto Yogyakarta 2020/2021.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Nilai-nilai luhur Pancasila berupa nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial perlu kita dalami dan asah lebih tajam melalui lembaga pendidikan sebagai lembaga pengajaran dan implementasi ilmu pengetahuan yang holistik. 

Implementasi nilai-nilai luhur Pancasila tentunya memiliki nilai yang lebih dari sekadar susunan kalimat tersurat dalam modul pembelajaran yang selalu dipikirkan bahkan dihafal. Oleh sebab itu, dinamika pengajaran terkait implementasi nilai-nilai luhur Pancasila mesti diimbangi dengan penerapan praktis melalui dinamika khusus yang diterapkan pada seluruh mata pelajaran secara berkelanjutan. Maka, bagaimana cara mewujudkan dinamika tersebut? 

Dinamika dapat dimulai dari langkah yang sederhana, seperti membiasakan berdoa untuk memulai pembelajaran, doa tidak harus dipimpin oleh siswa dari agama tertentu karena seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin doa sesuai dengan agama yang dianutnya tanpa merasa minder. Siswa diajak untuk menghargai segala perbedaan yang melekat pada dirinya sendiri maupun pada diri orang lain dengan memberikan kesempatan untuk mewujudkan nilai luhur ketuhanan tanpa terhalang sekat-sekat agama tertentu.

Guru juga berperan untuk memberikan pendampingan akhlak dan etika kepada semua siswa melalui sikap tenggang rasa, guru dan siswa berhak untuk mendapatkan simpati dan empati. Contohnya, saling berbagi kepada siswa yang berkekurangan atau mengucapkan selamat kepada siswa yang meraih pencapaian positif sebagai wujud kepedulian untuk memupuk rasa solidaritas dan kekeluargaan, mengingat sekolah tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga kekeluargaan untuk mewujudkan nilai luhur kemanusiaan.

Dalam setiap proses belajar, guru dapat menanamkan sikap non diskriminasi dan memberikan kebebasan kepada para siswa dengan mengajak mereka untuk supel bergaul dengan siapa saja, tidak terbatas pada kalangan agama maupun kebudayaan tertentu, sehingga siswa dapat menjalin koneksi yang lebih luas dan memberikan manfaat yang positif bagi proses belajar. Namun, kebebasan yang telah diberikan guru, sebaiknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini dipandang penting agar siswa terbiasa untuk beradaptasi dengan beragam situasi agar dapat mewujudkan nilai luhur persatuan.

Siswa juga dilatih untuk berpartisipasi aktif dalam dinamika klasikal untuk mempertimbangkan dan mengambil sebuah keputusan. Dalam dinamika tersebut, guru baiknya tidak memosisikan diri sebagai pemegang “kekuasaan” tertinggi dalam sebuah kelas karena sejatinya “kekuasaan” tersebut dipegang oleh siswa sebagai pembelajar, sama halnya dengan sistem demokrasi.

Misalnya untuk menentukan struktur kelompok belajar, sejauh itu masih pada batas wajar lebih baik diserahkan kepada siswa, agar siswa belajar bermusyawarah demi kepentingan bersama. Hasil keputusan dari musyawarah tersebut menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan oleh semua pihak dengan penuh tanggung jawab, sebagai wujud nilai luhur kerakyatan.

Pengalaman dari proses tersebut sebaiknya tidak hanya dialami oleh kalangan internal sekolah, melainkan harus dibagikan dan diterapkan di luar tembok sekolah seperti halnya moto “Men and women for others” yang dapat diwujudkan dengan tidak membuat permasalahan yang menimbulkan pertentangan, mau dengan senang hati membantu tetangga yang kesusahan tanpa pamrih, memberikan dukungan positif dan terlibat aktif dalam kegiatan masyarakat untuk mewujudkan nilai keadilan sosial. 

Baik jika setiap dinamika diakhiri dengan refleksi untuk mengingat dan menyadari bahwa dinamika tersebut telah mengajarkan bentuk implementasi nyata nilai luhur Pancasila, sehingga siswa memiliki tekad untuk melakukannya secara konsisten. Namun, hal yang harus diingat ialah, Pancasila tidak akan bermanfaat bagi kehidupan jika hanya berada dalam pikiran, tetapi jika senantiasa dilatih dan diterapkan, Pancasila akan berperan untuk kemaslahatan bersama. 

***

*)Oleh: Ig. Lintang Nusantara, Presidium SMA Kolese De Britto Yogyakarta 2020/2021.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES