Kesehatan

Penyakit Akibat Rokok Sedot Anggaran BPJS Kesehatan Rp 5,3 M Tiap Tahun

Jumat, 18 Juni 2021 - 11:03 | 62.57k
Workshop dan diseminasi hasil penelitian Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Jumat (18/6/2021).(Tangkapan Layar)
Workshop dan diseminasi hasil penelitian Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Jumat (18/6/2021).(Tangkapan Layar)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Penyakit akibat rokok semakin banyak setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah perokok. Hilangnya biaya yang dihabiskan untuk mengobati penyakit akibat rokok sebanyak 18,5 miliar USD. 

Hasil penelitian Tim Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) memaparkan bahwa karakteristik penderita penyakit akibat rokok paling banyak yaitu stroke, berjenis kelamin laki-laki.

Usia penderita paling banyak antara 17-55 tahun dan pendapatan responden sebagian besar sejumlah lebih dari Rp 2.500.000. 

Sementara episode sakit dari penderita penyakit akibat rokok paling sedikit kurang dari 1 tahun yang lalu. Beban biaya langsung  terbesar dikeluarkan melalui BPJS Kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan. 

"Beban ekonomi  paling besar terdapat biaya langsung Rp 4.845.168.400  sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk 202 orang selama 1 tahun adalah sebesar Rp 5.349.529.967," terang Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti saat workshop dan diseminasi hasil penelitian Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Jumat (18/6/2021). 

Ia menambahkan, studi terkait beban penyakit akibat rokok beberapa sudah dilakukan di level nasional.  Akan tetapi dilevel daerah khususnya Jawa Timur memang belum ada data tersebut. 

Sementara itu, Tim Research Group Tobacco Control FKM Unair menyebut jika tembakau adalah faktor risiko utama penyakit tidak menular dan ini dibuktikan di Atlas Tobacco 4th Edition Tahun 2015, bahwa orang yang mengonsumsi tembakau memiliki resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler, komplikasi diabetes mellitus, kanker dan penyakit paru kronis. 

Data juga menjabarkan bahwa kesakitan terbesar 2.120.000 jiwa atau 33% menderita kanker ganas, 1.870.000 jiwa atau 29% menderita penyakit pernafasan, 1.860.000 jiwa atau 29% menderita kardiovaskular atau penyakit jantung dan diikuti penyakit yang lain yaitu penyakit pencernaan, diabetes mellitus, penyakit saluran nafas bawah dan TBC.

"Tujuan dari penelitian ini dilakukan saat itu adalah untuk menganalisis burden of disease pada penyakit akibat rokok di Jawa Timur," kata Tim Research Group Tobacco Control FKM Unair, Kurnia Dwi Artanti. 

Selain itu, tim ahli juga mengidentifikasi karakteristik penderita penyakit akibat rokok, episode sakit dari penderita penyakit akibat rokok, faktor risiko penyakit akibat rokok serta menghitung beban penyakit akibat rokok.

Dia berharap hasil monitoring penggunaan tembakau dan pencegahannya ini bisa digunakan untuk kepentingan penyusunan kebijakan. 

Antara lain perlindungan terhadap paparan asap rokok dengan menciptakan Kawasan Tanpa Rokok, mengoptimalkan dukungan untuk berhenti merokok dengan menyediakan bantuan konsultasi upaya berhenti merokok atau terapi obat. 

Pemangku kebijakan juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya tembakau dengan mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar (pictorial health warning) pada bungkus rokok, perlunya eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau dalam bentuk larangan terhadap  promosi produk tembakau serta perlunya kenaikan cukai tembakau untuk mengontrol daya beli masyarakat.(*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES