Politik

Atta Halilintar Beli Edelweiss, Guru Besar IPB: Mestinya Kasih Nasihat Dong! 

Kamis, 17 Juni 2021 - 23:29 | 56.53k
Guru Besar Konservasi IPB Prof Dr Ir Hadi Sukadi Alikodra.(foto: Dok.Pribadi)
Guru Besar Konservasi IPB Prof Dr Ir Hadi Sukadi Alikodra.(foto: Dok.Pribadi)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Guru Besar Konservasi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Hadi Sukadi Alikodra turut angkat suara terkait Bunga Edelweiss yang ramai diperbincangkan oleh warganet. 

Bunga ini menjadi trending setelah artis sekaligus selebgram Aurel Hermansyah pamer foto memegang Bunga Edelweis dalam postingan Instagram miliknya. Putri Krisdayanti dan Anang Hermansyah itu mengunggah foto di sela liburan ke Bromo bersama sang suami, Atta Halilintar

"Selamat pagiii semuaa.. pas kemarin diBromodi kasih Bunga Edelweiss sm suami.. katanya ini bunga keabadian," tulis Aurel pada keterangan foto yang diunggahnya ke Instagram @aurelie.hermansyah.

Gara-gara unggahan itu, Aurel dan Atta Halilintar langsung banjir kritikan warganet. "Bukannya bunga Edelweis dilindungi ya??? Kok si Atta bisa ngambil Edelweis sebanyak itu sih apakah tidak masalah memetik bunga yang dilindungi? Mohon pencerahannya," tulis salah satu netizen yang mengkritik.

Atta sendiri sudah menglarifikasi terkait Bunga Edelweis yang dipegang Aurel saat berfoto. YouTuber terpopuler di Asia itu mengaku tidak memetik bunga edelweis. Namun dia membeli dari seorang penjual bunga yang menawarkan padanya.

"Jadi ada orang jual bunga, 'Pak tolong bantu saya', saya tanya 'Berapa? Rp 40 ribu', nah saya bantu, karena dia bilang belum makan, ya udah saya beli," ujar Atta Halilintar kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/6/2021) kemarin. 

Atta mengaku tak tahu bagaimana penjual bunga tersebut bisa mendapatkan Bunga Edelweis. Bahkan Atta sendiri tidak tahu kalau bunga yang dibelinya itu adalah Edelweis.

"Wah saya nggak tahu (penjual dapat bunga Edelweis dari mana), malah saya nggak tahu tadinya itu bunga apa," ungkap anak sulung keluarga Halilintar itu.

Atta lalu meminta maaf jika perilakunya dianggap salah oleh netizen. "Aku tuh bukan manusia sempurna, banyak salah, jadi kalau ada salah mohon dimaafkan," pintanya.

Taman Nasional Kurang Kontrol

Prof Alikodra menjelaskan, Bunga Edelweiss (Anaphalis Javanica) adalah bunga khas dan langka serta hanya terdapat di ketinggian tertentu di atas 1000 mdpl. 

"Maka ada pada puncak-puncak gunung biasanya," terang Prof Alikodra kepada TIMES Indonesia, Kamis (17/6/2021) malam. 

Bunga Edelweiss bisa dijumpai di puncak gunung seperti Gunung Gede Pangrango dan Bromo Tengger Semeru karena tanaman ini hanya hidup dalam suhu tertentu. 

"Sangat khas agak sulit kalau kita budidaya di luar. Susah sekali itu," ucapnya. 

Inisiator Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata di Fakultas Kehutanan IPB ini menambahkan, semestinya Bunga Edelweiss tetap menjadi keindahan alam yang mampu menarik perhatian dari pengunjung karena kelangkaannya. 

"Sehingga orang merasa bangga di puncak gunung melihat Edelweiss," tandasnya. 

Ia menambahkan, Bunga Edelweis sendiri masuk dalam kategori jenis tumbuhan yang dilindungi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. 

Artinya tidak bisa sembarangan memetik atau mengambil. Apalagi jika secara sengaja membawa keluar atau berpindah ke tempat lain bisa mendapat ancaman sanksi pidana berdasarkan Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

"Kalau dilindungi berarti barang itu sebagian seluruhnya tidak boleh dibawa, tapi banyak yang mencuri itu," ucapnya. 

Prof Alikodra menyayangkan jika kesadaran masyarakat akan tanaman konservasi memang masih sangat kurang. Apalagi Bunga Edelweiss berada di Kawasan Taman Nasional. 

"Artinya bahwa Taman Nasional ditetapkan untuk tiga tujuan, sekitar tahun 1982-lah," katanya. 

Tujuan pertama, kata Prof Alikodra, sebagai percontohan alam yang harus dilestarikan. Namun bisa dimanfaatkan untuk dilihat atau eko wisata seperti saat ini sehingga masyarakat mendapatkan penghasilan. 

"Karena mendapatkan manfaat sosial ekonomi tersebut, maka masyarakat berbondong-bondong untuk melindungi," tandasnya. 

Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat harus terpupuk sejak dini bahwa Taman Nasional merupakan harta yang harus dilindungi karena memberikan jasa sosial dan ekonomi. 

"Tetapi barangkali ini juga pihak Taman Nasional nih, kalau di Gunung Gede Pangrango nggak terjadi demikian. Mungkin tempat yang lain, Bromo Tengger barangkali yang khilaf kurang kontrol sehingga mereka turun membawa Bunga Edelweiss," tegasnya.

Jangan Beli, Kasih Nasihat

Prof Alikodra melihat, andai kejadian seperti ini dibiarkan, maka masyarakat semakin kurang teredukasi perihal flora yang dilindungi.

Seperti kasus Aurel yang memposting kebahagiaan mendapatkan Bunga Edelweiss dari Atta Halilintar. 

"Suaminya kasihan melihat orang jualan, sosial ekonomi kan? Tapi kenapa jual Bunga Edelweiss, ini masalahnya," ucapnya. 

Terlebih keduanya merupakan figur publik dengan jutaan penggemar sehingga dikhawatirkan dapat memberi dampak negatif bagi para pengikutnya. 

"Kalau niatnya bagus, ya udah jangan membeli. Kasih aja uangnya ke pedagang, toh harganya cuma Rp 40 ribu kan. Kenapa mesti dibayar lalu kasih ke istrinya," ujarnya.

Kendati Atta memberikan alasan merasa iba melihat penjual, namun Prof Alikodra melihat bahwa hal ini dilakukan oleh figur berpendidikan dan mempunyai nama besar. 

"Walau apapun alasannya, mestinya harus membuat percontohan bahwa yang jual ini harganya Rp 40 ribu saya beli tapi saya kasih nasihat dong, nggak boleh pak bu, nah gitu mestinya. Jangan membeli," ucapnya. 

Guna mengantisipasi kejadian serupa, Prof Alikodra mengimbau agar pihak pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memanfaatkan teknologi sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat setempat. 

Sosialisasi antara lain bahwa Bunga Edelweiss adalah kekayaan alam yang bisa menarik pengunjung agar sosial ekonomi masyarakat meningkat. 

"Kalau meningkat, ya sudah lindungi itu si Edelweiss karena daya tariknya tinggi," ujarnya. 

Prof Alikodra menjelaskan, dirinya sengaja tidak menggunakan diksi 'dilindungi' karena ia melihat masyarakat Indonesia justru merasa tertantang dengan diksi tersebut. 

Guru Besar Konservasi IPB ini berharap agar edukasi tentang konservasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga menyasar dunia pendidikan sekitar kawasan. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Dasar (SD). Sehingga kejadian Aurel yang mendapat Bunga Edelweiss dari Atta Halilintar tak terulang kembali. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES