Pemerintahan

Bupati Garut: Tak Ada Refocusing Dana Meski Kasus Covid-19 Melonjak

Rabu, 16 Juni 2021 - 21:40 | 24.82k
Bupati Garut Rudy Gunawan (kedua dari kanan) mengikuti rakor bersama unsur Forkopimda Provinsi Jawa Barat dalam Penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri unsur pimpinan daerah di 27 kota/kabupaten. (FOTO: Dok/Disko
Bupati Garut Rudy Gunawan (kedua dari kanan) mengikuti rakor bersama unsur Forkopimda Provinsi Jawa Barat dalam Penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri unsur pimpinan daerah di 27 kota/kabupaten. (FOTO: Dok/Disko

TIMESINDONESIA, GARUTBupati Garut Rudy Gunawan menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) bersama dengan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Jawa Barat terkait penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri oleh unsur pimpinan daerah di 27 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Bupati Garut menyebutkan, Kabupaten Garut masuk 3 besar sebagai daerah dengan kasus aktif paling tinggi di Jawa Barat. Hal itu diungkapkan kepada sejumlah awak media di depan Gedung Command Center Garut, di Jalan Kabupaten, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu (16/6/2021).

“Sekarang itu justru terjadi di kampung-kampung. Di selatan saja sekarang ini diperkirakan ada 400 yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari beberapa hari kemarin, yang membawa dampak (besar) Garut itu ya 400 itu. Sehingga Garut masuk 3 besar sebagai daerah yang kasus aktifnya paling tinggi,” ujar Rudy.

unsur-Forkopimda-Provinsi-Jawa-Barat.jpgTangkapan layar laporan kasus Covid-19 yang disampaikan dalam rakor bersama unsur forkopimda Provinsi Jawa Barat dalam Penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri unsur pimpinan daerah di 27 kota/kabupaten. (FOTO: Dok/Diskominfo Garut)

Ia menandaskan, terjadinya pelonjakan kasus di Kabupaten Garut ini salah satunya dikarenakan acara pernikahan yang tidak terkendali.

“Kasus aktif terbesar ada di daerah selatan, masuk klaster kampung karena semenjak ada hajatan. Alhamdulillah dampak dari Pilkades tidak ada, kita menunggu dua minggu dampak dari Pilkades tidak ada, yang ada dari dampak hajatan saya mendapatkan konfirmasi di sana ada hajatan sedikit-sedikit tidak terkendali,” ucapnya.

Selain itu, sambung Rudy,  keterlambatan masyarakat dalam melaporkan gejala-gejala terkait Covid-19 menjadi salah satu penyebab banyaknya orang yang meninggal dunia di Kabupaten Garut.

“Jadi kesulitan kita masyarakat itu tidak melapor jika sudah keadaan panas dingin baru ke Puskesmas. Itu sudah dalam kondisi fase 2, jadi banyak yang meninggal di Garut karena mereka itu tidak melapor,” tambahnya.

Meski begitu, Rudy mengungkapkan bahwa pihaknya tidak akan melakukan refocusing dana, karena Pemerintah Kabupaten Garut masih memiliki dana Belanja Tidak Terduga (BTT) yang masih berkisar Rp10 sampai Rp12 miliar.

“Kami tidak refocusing kembali, tapi kami siapkan sekarang ini dari BTT. Dana BTT masih ada, cadangannya ada sampai bulan sebelum perubahan itu, perubahan kan 2 bulan lagi,” tandasnya.

Ia mengklaim anggaran untuk penanganan Covid-19 di Kaputen Garut masih sangat aman. Sementara itu, berdasarkan data Dinkes Garut hunian untuk isolasi pasien Covid-19 hingga 15 Juni 2021: Rusun Gandasari diisi 102 pasien, Islamic Center diisi 64 pasien, RSUD dr. Slamet diisi 158 pasien, RS lain diisi 302 pasien.

“Masih aman, sangat aman, anggaran sangat aman, karena Garut ini anggarannya aman. Kami yakin tidak ada kekurangan apapun. Kami akan melakukan langkah efektif, efisien dan pertanggung jawaban yang baik penanganan Covid-19 ini, obat kami kirimkan dan kami belikan obat ini kami Rp2,5 miliar yang didistribusikan ke puskesmas-puskesmas,” ucap Bupati Garut. (*)

 

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES