Peristiwa Nasional Bulan Bung Karno

Puing Jejak Bung Karno di Banyuwangi dan Kisah Spiritualnya di Alas Purwo

Rabu, 16 Juni 2021 - 13:23 | 245.41k
Potret lukisan digital wajah Presiden Soekarno. (Grafis: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Potret lukisan digital wajah Presiden Soekarno. (Grafis: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Bulan Bung Karno

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Selain terkenal dengan eksotisme pariwisatanya, Kabupaten Banyuwangi juga memendam beragam peristiwa bersejarah. Mulai dari sejarah masa kerajaan hingga kolonial penjajahan. Salah satunya cerita Bung Karno yang diyakini pernah meninggalkan jejak di hutan spiritual Alas Purwo, Jawa Timur.

Secara geografis, Alas Purwo memiliki luas sekitar 43.420 hektare dan terbagi menjadi beberapa zona bagian. Yaitu zona utama seluas 17.200 hektare, zona rimba 24.767 hektare dan zona pemanfaatan 250 hektare, kemudian zona penyangga 1.203 hektare.

Dari luasan tersebut, sejauh ini didapati sebanyak 43 goa di Alas Purwo. Namun demikian, diyakini masyarakat masih banyak lagi goa yang belum ditemukan.

Masing-masing goa memiliki nama dengan kedalaman tersendiri. Paling terkenal adalah goa Istana, goa Karno, goa Padepokan, goa Mayangkoro dan goa Kucur.

Goa Istana dan Karno menjadi titik paling favorit untuk dijadikan tempat bermeditasi atau bersemedi. Sebab itulah, dinamakan goa Karno karena para spiritualis setempat meyakini jika Presiden RI pertama, Ir Soekarno pernah melakukan semedi di goa tersebut.

Cerita ini pun berhembus dari mulut ke mulut. Sebab itu pula, nyaris setiap orang tua di Banyuwangi memiliki cerita yang sama. Goa Karno sendiri memiliki lebar kurang dari 10 meter dan memanjang 30 meter kedalam dari mulut goa.

"Bapak dan kakek saya juga cerita ke saya begitu. Konon pak Karno itu pernah bertapa di Alas Purwo. Kebetulan kakek itu sebelum Indonesia merdeka sudah punya anak bapak saya," kata Imam Taufik (54), salah satu warga Banyuwangi, Rabu (16/6/2021).

Jarak goa ini dari bibir pantai terbilang cukup jauh. Namun demikian, banyak ditemukan bebatuan dan cangkang kerang di sekitarnya. Diprediksi, goa ini dulunya berada di bawah air. Himpitan lempeng Indo-australia diyakini menyebabkan goa tersebut muncul ke daratan.

Konon, Ir Soekarno melakukan semedinya di Alas Purwo ini beberapa pekan sebelum hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam. Bersama rombongan, bapak Proklamator Bangsa tersebut berdoa kepada Sang Pencipta untuk masa depan masyarakat Indonesia.

Dari cerita tersebut, pamor goa Karno makin melambung. Diyakini, bagi siapapun yang memiliki tujuan mulia dan berdoa dengan tulus akan mendapatkan hasil yang sesuai. Dengan syarat, harus bertemu dengan sosok ghaib yang berwujud wanita bermahkota atau yang biasa disebut ratu laut selatan.

"Dari cerita masyarakat, sebelum pak Karno itu diculik sempat bertemu ratu pantai selatan. Ya waktu bersemedi di Alas Purwo itu. Ceritanya sih gitu, tapi ya nggak tahu lagi," kata Imam.

Mungkin karena cerita inilah, Alas Purwo kerapkali dijadikan tujuan para pemeran politik. Saat musim pemilihan tiba, banyak figur-figur besar mengunjungi Alas Purwo. Banyaknya kunjungan ini juga yang menyebabkan goa-goa di Alas Purwo penuh dengan bunga dan sesaji beraroma wangi dupa.

Jajak Soekarno di Marina Boom Banyuwangi

Selain di Alas Purwo, puing-puing jejak Ir Soekarno juga ada di Banyuwangi wilayah Utara. Tepatnya di wisata pantai yang kini bernama Marina Boom Banyuwangi. Pada tahun 1951, Presiden RI pertama tersebut mengunjungi monumen Taman Makam Pahlawan 0032.

Taman Makam Pahlawan ini dahulunya bernama Taman Makam Pahlawan Satria Laut 0032 Banyuwangi dan sekarang dikenal dengan nama Wisma Raga Laut Pasukan AL RI 0032. Bangunan ini berdiri pada tahun 1950. Pada Mei 1951 Presiden Soekarno berkunjung ke Banyuwangi sekaligus meresmikannya.

Di dalamnya, ada sejumlah makam dengan nisan berbentuk kapal perang. Tertulis ada 17 prajurit AL yang gugur dalam mempertahankan Indonesia dari penjajah terbaring di makam tersebut.

Ir Soekarno sangat bangga dengan para pahlawan AL tersebut. Pasukan gagah berani ini gugur di medan perang saat melawan Belanda di Pantai Marina Boom pada 21 Juli 1947 silam.

Pada era kolonial penjajahan Belanda, sejak dini hari meriam-meriam berterbangan di pertahanan pantai Banyuwangi yang memanjang dari Pantai Bangsring, Wongsorejo. Tembakan dari segala penjuru mulai dari laut, darat, hingga udara memberondong pertahan benteng AL RI 0032 tersebut.

Pasukan AL RI 0032 yang dikomandani Letnan Soelaiman tidak gentar. Mereka tidak mundur sedikit pun. Hampir 10 jam berlalu, benteng AL RI 0032 belum juga tertembus. Hingga akhirnya pada siang hari Belanda menambah pasukan mereka untuk menerobos masuk.

Barulah sore harinya, sebanyak 21 prajurit AL RI 0031 terkepung dan diberondong tembakan peluru kolonial Belanda. Semuanya dimasukkan kedalam sebuah lubang mayat berukuran sedang. Dari seluruh pasukan pertahanan di Banyuwangi, rupanya masih tersisa 6 prajurit yang bertahan dari kematian.

Berdasarkan tulisan di tugu Taman Makam Pahlawan Raga Laut di Pantai Boom, 6 prajurit itu adalah Sersan Soecipto, Kopral soebandi, Prajurit satu Sahal, Prajurit Satu Soekima, Prajurit Satu Turmudi dan Prajurit Satu Karjono.

Dalam buku Selayang Pandang Perang Kemerdekaan di Bumi Blambangan tulisan Sri Adi Oetomo, diceritakan pasukan yang berhasil bertahan hidup itu memilih bertahan dulu di dalam lubang mayat hingga malam hari.

Dengan sisa tenaga yang masih ada, 6 prajurit ini memilih merangkak dan berjalan mengendap-endap menuju Rumah Sakit Blambangan agar mendapatkan pertolongan. Di dalam buku itu juga diceritakan, sejatinya pasukan AL RI 0032 tidak kalah total.

Perlawanan heroik dari pasukan ALRl 0032 sejak pagi hari ini ternyata mampu memakan banyak korban jiwa dari pihak musuh. Oleh pihak musuh, mayat-mayat dari penjajah itu langsung dimasukkan ke dalam kapal laut dengan tujuan untuk menutupi kekalahan.

Aksi heroik pasukan ALRI 0032 ini memang sangat melegenda. Semangat perjuangan ini sempat menarik perhatian Presiden RI Soekarno.

Sebab itu, pada 1951 Ir Soekarno datang ke Banyuwangi untuk mengenang sejarah para pejuang sekaligus melakukan pemugaran makam dengan bentuk bangunan berupa kapal laut.

Pada monumen tersebut, Ir Soekarno juga meninggalkan jejak berupa tanda tangan dan tulisan berbunyi 'Hormatku Pahlawanku'.

Selain kedua cerita tersebut, sejumlah jejak lain yang menceritakan Ir Soekarno di Banyuwangi juga samar-samar terdengar. Pada tanggal 18 Desember 1930 dan 10 September 1931, jejak Soekarno diceritakan masyarakat sedang melintas di Banyuwangi dengan rombongan sedang mengarah ke Bali.

Namun sayang, TIMES Indonesia masih belum bisa menelusuri jejak Bung Karno, Presiden RI pertama pada tanggal tersebut di Kabupaten Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES