Indonesia Positif

Unit Karantina Portable, Solusi Isolasi Mandiri untuk Permukiman Informal di Masa Pandemi

Selasa, 15 Juni 2021 - 15:14 | 50.72k
Serah terima unit karantina portable oleh Tim dosen Arsitektur Interior Universitas Ciputra, Arkom Surabaya kepada  Warga Dupak Magersari. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Serah terima unit karantina portable oleh Tim dosen Arsitektur Interior Universitas Ciputra, Arkom Surabaya kepada Warga Dupak Magersari. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Awal Maret 2020, merupakan tanggal diumumkannya dua kasus pasien positif covid-19 di Indonesia. 2 tahun berlalu, dan saat ini kita masih berjuang dalam menghadapi pandemi covid-19 ini. Pemerintah telah mencanangkan program vaksinasi sebagai salah satu upaya penanganan pandemi, vaksinasi ini diharapkan dapat menciptakan kekebalan komunitas atau herd immunity.

Berdasarkan data dari vaksin.kemenkes.go.id per 2 Juni 2021, vaksinasi secara nasional mencapai 41,55 % untuk dosis 1 dan 26,90% untuk dosis 2. Berdasarkan data ini tentunya membutuhkan cukup waktu sampai semua penduduk Indonesia mendapatkan vaksin secara lengkap dan mencapai herd immunity.

Sebagai salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus ini adalah dengan melakukan isolasi terhadap orang yang terinfeksi. Semakin banyak orang yang terinfeksi tentunya semakin banyak pula fasilitas isolasi yang diperlukan. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa hanya 20% pasien yang positif Covid-19 yang memerlukan perawatan di rumah sakit rujukan, sementara 80% sisanya disarankan untuk melakukan isolasi mandiri baik di safe house yang disediakan oleh pemerintah maupun di rumah masing-masing dengan pengawasan dari tim satgas covid-19 kecamatan/desa/kelurahan.

Problematika muncul untuk pasien positif covid 19 dan disarankan untuk isolasi di rumah, tetapi dengan kondisi rumah berada di permukiman padat yang tidak memungkinkan untuk melakukan social distancing dan isolasi secara layak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh ARKOM (Arsitek Komunitas)-Surabaya, menemukan bahwa banyak pemukiman informal di Surabaya yang belum memenuhi standar rumah sehat, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah sesuai dengan protokol kesehatan yang baik.

Penggunaan fasilitas umum sebagai tempat isolasi mandiri dapat dilakukan bila kondisi rumah tidak memungkinkan, fasilitas umum ini bisa dalam bentuk area olahraga, balai desa/kelurahan, atau area bersama yang dimiliki oleh permukiman tersebut. Tim dosen dan mahasiswa Arsitektur Interior, Universitas Ciputra, yang diketuai oleh Yusuf Ariyanto bekerjasama dengan Arkom Surabaya untuk memberikan solusi kepada penduduk permukiman informal padat dengan memberikan solusi untuk isolasi mandiri dalam bentuk unit karantina portable yang dapat dibongkar pasang sendiri oleh masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan survey untuk melihat kondisi fisik permukiman, kondisi warga permukiman informal padat serta untuk mengetahui tingkat Kesehatan yang ada di tempat tersebut. Dari survey awal ini kemudian bersama warga menentukan lokasi peletakkan unit karantina portable, yaitu pada lahan bersama milik warga yang berada di bagian depan permukiman warga. Setelah penentuan lokasi yang selanjutnya dilakukan adalah diskusi dengan warga dan tim satgas covid-19 yang ada di wilayah tersebut untuk mengetahui harapan dan aspirasi warga yang perlu dikaomodasi dalam desain unit karantina portable.

Berdasarkan kondisi eksisting dan data aspirasi warga yang didapatkan kemudian diusulkan desain awal unit karantina portable yang kemudian di-asses berdasarkan standar kesehatan oleh dokter/ahli pada bidang kesehatan dari Universitas Ciputra, yaitu Dr.Wira Widjaya Lindarto. Dari hasil diskusi ini kemudian desain awal disempurnakan dan disosialisasikan kepada warga sebelum unit karantina portable ini mulai dibuat prototype-nya di workshop. Beberapa parameter desain yang perlu dipenuhi oleh unit karantina portable ini meliputi:

  1. Desain unit modul harus memperhatikan kondisi lingkungan kampung yang padat penduduk sehingga ukuran tidak terlalu besar dan mampu menampung beberapa orang.
  2. Unit modul harus memiliki sirkulasi udara yang baik.
  3. Memiliki akses yang mudah dijangkau baik oleh keluarga maupun kerabat tanpa mengesampingkan standart protokol kesehatan.
  4. Mudah dalam pengaplikasiannya, material yang umum didapatkan, ringan dan awet.

Sebagai percontohan, prototype unit  karantina portable ini diaplikasikan di Dupak Magersari, salah satu permukiman informal padat di Surabaya pada tanggal 09 Maret 2021 bersama tim dosen Arsitektur Interior Universitas Ciputra, Arkom Surabaya dan warga Dupak Magersari. Prototype unit  karantina portable ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk permukiman informal padat lainnya, terutama dengan pengaplikasian yang mudah dan cepat.

Desain unit karantina portable menggunakan sistem struktur bongkar pasang, dan memiliki bahan material rangka bangunan dari double canal C atau besi hollow, yang dirakit per portal struktur. Kemudian bangunan ini dilengkapi dengan dinding panel unit yang terbuat dari rangka galvalum dan memiliki pelapis dalam dan luar dari material polycarbonate yang transparan untuk memaksimalkan pencahayaan alami yang didapat dari terang langit serta bagian dinding dengan material polycarbonate yang tidak transparant untuk membatasi privasi pasien.

Secara konsep bangunan modul unit isolasi komunal ini memiliki bagian bangunan yang terpisah, terlebih pada bagian atap dengan bagian dinding, sehingga menambah ruang untuk sirkulasi udara yang sangat diperlukan pasien. Untuk memaksimalakan sirkulasi udara tersebut, unit modul ini memiliki jendela dibeberapa panel dindingnya pula yang dapat dibuka tutup sesuai kebutuhan. Aliran udara penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan dan membuat ruang udara semakin sehat.

Dalam perancangan unit isolasi pada permukiman padat penduduk ini melibatkan masyarakat dalam penggalian kebutuhan, perencanaan, sampai dengan pemasangan di lapangan. Dengan melibatkan masyarakat dalam prosesnya diharapkan dapat memberikan sense of belonging kepada masyarakat terhadap unit isolasi yang telah dibangun dan menyerahkan kepada masyarakat untuk operasional dan perawatannya.(*)

(Disarikan dari hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang didanai oleh LPPM Universitas Ciputra 2020-2021 yang dilakukan oleh Dyah Kusuma Wardhani, S.T.,M.Ars. & Yusuf Ariyanto, S.T. ,M.Ars.)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES