Peristiwa Internasional

Israel Setujui Pawai Bendera, Palestina Tuduh Itu Provokasi Baru

Selasa, 15 Juni 2021 - 09:41 | 116.38k
Dalam file foto dari 10 Mei ini, polisi Israel memblokir daerah di sekitar Kota Tua Yerusalem ketika sayap kanan Israel mengambil bagian dalam pawai Hari Yerusalem tahunan (Emmanueal Dunand/AFP)
Dalam file foto dari 10 Mei ini, polisi Israel memblokir daerah di sekitar Kota Tua Yerusalem ketika sayap kanan Israel mengambil bagian dalam pawai Hari Yerusalem tahunan (Emmanueal Dunand/AFP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah baru Israel menyetujui pawai bendera kontroversial oleh nasionalis sayap kanan dan kelompok pro-pemukim melalui Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki.

Dilansir Al Jazeera, langkah yang berisiko mengobarkan ketegangan dengan warga Palestina itu terjadi beberapa jam setelah Benjamin Netanyahu menyerahkan kekuasaan kepada Perdana Menteri, Naftali Bennett.

Beberapa kelompok sayap kanan Israel diharapkan untuk berpartisipasi dalam apa yang disebut "Pawai Bendera" melalui Gerbang Damaskus Kota Tua yang berdinding dan masuk ke kawasan Muslim pada hari Selasa.

Hal itu juga telah menarik peringatan dari Hamas, kelompok yang mengatur Jalur Gaza yang terkepung dengan menyatakan permusuhan baru akan muncul jika itu dilanjutkan.

Sebab langkah itu dilakukan ketika ketegangan tlmasih tinggi di Yerusalem Timur atas rencana pemindahan paksa keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah oleh Israel.

Bennett.jpgPawai tersebut merupakan tantangan langsung bagi pemerintah Bennett.(FOTO: Al Jazeera/AP)

Selain itu hal ini terjadi justru ketika gencatan senjata yang rapuh sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung setelah pemboman militer Israel selama 11 hari di daerah kantong itu, yang menyebabkan 253 orang meninggal dunia, termasuk 66 anak-anak.

Setidaknya 13 warga Israel juga meninggal dunia oleh roket yang ditembakkan oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza selama eskalasi kekerasan.

Hari Kemarahan

Faksi Palestina telah menyerukan "hari kemarahan" terhadap pawai itu. Bulan lalu, tindakan keras Israel terhadap pengunjuk rasa di kompleks Masjid Al-Aqsa menyebabkan ratusan warga Palestina terluka.

"Ini adalah provokasi rakyat kami dan agresi terhadap Yerusalem kami dan tempat-tempat suci kami," kata Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh tentang pawai tersebut.

Setelah bertemu dengan kepala polisi Israel dan pejabat keamanan lainnya, Menteri Keamanan Dalam Negeri yang baru dilantik, Omer Barlev menyetujui pawai tersebut dan mengatakan polisi telah mempersiapkan diri dengan baik, menurut sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media Israel.

"Upaya besar sedang dilakukan untuk melestarikan tatanan kehidupan dan keamanan publik yang rumit,"kata Barlev seperti dikutip.

Tidak jelas apakah peserta akan diizinkan memasuki kawasan Muslim Kota Tua, pada rute yang sebelumnya dilarang oleh polisi Israel.

Pawai asli sebenarnya dijadwal pada 10 Mei, namun dialihkan pada menit terakhir karena ketegangan di Yerusalem meningkat.

Hamas telah memperingatkan permusuhan baru jika terus berlanjut, dan media Israel melaporkan militer telah membuat persiapan untuk kemungkinan eskalasi.

Kedutaan Besar AS di Yerusalem telah melarang personelnya dan keluarga mereka memasuki Kota Tua pada hari Selasa karena seruan untuk Pawai Bendera Yerusalem dan kemungkinan kontra-demonstrasi.

Pawai itu menimbulkan tantangan langsung bagi pemerintah Bennett, yang disetujui pada hari Minggu dengan 60-59 suara di parlemen.

Sebuah perubahan rute atau pembatalan pawai dapat mengekspos pemerintah Israel untuk tuduhan dari Netanyahu yang sekarang berada di posisi oposisi, dan sekutu sayap kanannya memberikan hak veto Hamas atas peristiwa di Yerusalem.

Menyarankan bahwa penyesuaian rute dapat dilakukan, Yoav Segalovitz, seorang wakil menteri keamanan dalam negeri, mengatakan pemerintah masa lalu telah menghentikan nasionalis untuk mengunjungi situs-situs Muslim pada saat ketegangan.

"Hal utama adalah mempertimbangkan apa yang benar untuk dilakukan saat ini," katanya kepada radio Kan Israel.

Pembentukan aliansi Bennett dari partai-partai sayap kanan, tengah, sayap kiri dan Arab, dengan sedikit kesamaan selain keinginan untuk menggulingkan Netanyahu, membatasi upaya pembangunan koalisi setelah pemilihan 23 Maret, yang keempat bagi Israel dalam dua tahun.

Beberapa menit setelah bertemu Bennett, 49, pada hari penuh pertamanya menjabat, Netanyahu mengulangi janji untuk menggulingkan pemerintahannya.

"Itu akan terjadi lebih cepat dari yang Anda pikirkan,” Netanyahu, 71, yang menghabiskan rekor 12 tahun berturut-turut di kantor, mengatakan dalam sambutan publik kepada legislator partai sayap kanan Likud-nya.

Dengan adanya perselisihan di antara para anggotanya yang berpotensi menjadi ancaman bagi stabilitasnya, pemerintah baru Israel berharap untuk fokus pada reformasi domestik dan ekonomi dan menghindari isu-isu seperti kebijakan terhadap Palestina. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES