Kuliner

Cimplung Kuliner Tradisional Masyarakat Pangandaran yang Mulai Terlupakan

Minggu, 13 Juni 2021 - 00:12 | 202.96k
Proses pembuatan cimplung saat memasak air nira bahan gula merah (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)
Proses pembuatan cimplung saat memasak air nira bahan gula merah (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PANGANDARAN – Bagi masyarakat Pangandaran makanan cimplung merupakan cemilan yang biasa dinikmati sebagai pelepas lelah setelah beraktivitas sambil minum kopi.

Cimplung sendiri berbahan baku singkong yang telah dikupas bersih dan dimasukan ke rebusan air nira saat akan membuat gula merah.

Makanan itu disebut cimplung karena saat singkong yang dicelupkan ke rebusan air nira berbunyi plung maka masyarakat menyebutnya dengan sebutan cimplung.

Kuliner Tradisional 2Proses pengangkatan cimplung yang direbus di air nira bahan pembuatan gula merah (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)

Namun ada yang berpendapat nama cimplung sendiri diambil dari proses pembutannya yang dilakukan dengan cara di cemplung atau dicelup ke dalam wajan rebusan nira.

Salah satu penderes Sulaeman mengatakan, pembuatan cimplung sangat sederhana tapi memerlukan waktu yang cukup lama.

"Singkong dimasukan ke rebusan air nira sejak awal api dinyalakan dan selama itu juga singkong harus diaduk agar tidak lengket ke dasar wajan," kata Sulaeman Sabtu (12/6/2021).

Proses pengadukan baru berhenti jika singkong sudah mulai lunak, hal ini dilakukan agar bentuk cimplung tidak hancur.

Kuliner Tradisional 3Makanan cimplung setelah direbus di air nira bahan pembuatan gula merah (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)

"Cimplung mampu bertahan dua sampai 3 hari apalagi kalau air nira dan bahan gula merahnya meresap kedalam singkong akan lebih enak saat dimakan," tambahnya.

Cimplung juga akan terasa lebih nikmat jika dimakan secara dadakan saat kondisinya masih hangat karena tekstur singkongnya sedikit lembek dan lumer.

"Sebenarnya cimplung ini bisa jadi potensi bisnis makanan, namun karena keterbatasan pasar akhirnya penderes tidak berpikir untuk mengembangkan produksi cimplung," jelas Sulaeman, warga Pangandaran. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES