Politik

Megawati: Kepemimpinan Strategik Tak Hanya Bicara Keberhasilan Masa Lalu

Jumat, 11 Juni 2021 - 16:04 | 28.31k
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan di Unhan RI. (FOTO: PDI Perjuangan)
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan di Unhan RI. (FOTO: PDI Perjuangan)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, menyatakan kepemimpinan strategik tidak diukur dari keberhasilan di masa lalu.  Namun harus berkorelasi dengan masa kini, sekaligus melekat tanggung jawab untuk masa depan.

Hal itu disampaikan Megawati saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan RI), Jumat (11/6/2021).

“Kepemimpinan Strategik tidak hanya diukur dari keberhasilan kepemimpinan di masa lalu, namun juga berkorelasi dengan saat ini, dan melekat dengan tanggung jawab pemimpin bagi masa depan,” kata Megawati.

“Kesemuanya demi tanggung jawab bagi masa depan anak cucu kita. Di sinilah keberhasilan kepemimpinan Strategik harus mampu menghadirkan keberhasilan yang linear di masa lalu, masa kini, dan keberhasilan di masa yang akan dating,” imbuh Megawati.

Megawati lalu menjelaskan bahwa dalam perspektif kekinian, kepemimpinan Strategik setidaknya dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia.

Pertama adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Hal ini memunculkan teknologi baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti rekayasa atomik. 

Kedua, revolusi di bidang genetika, yang bisa mengubah keseluruhan landscape tentang kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan dampaknya, manakala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dijauhkan dari nilai kemanusiaan. 

Ketiga adalah kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Di mana seseorang dapat menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali. 

Megawati mengatakan ketiga perubahan di atas, hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktek “penjajahan gaya baru”, namun tetap pada esensi yang sama. Yakni perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar, diikuti daya rusak lingkungan yang semakin besar. 

“Hubungan antar negara dalam perspektif geopolitik, juga menunjukkan pertarungan kepentingan yang sama. Bahkan kini semakin meluas. Atas nama perang hegemoni lingkungan dikorbankan. Perubahan teknologi dalam ketiga aspek tersebut justru memperparah eksploitasi terhadap alam,” jelas dia. 

“Global Warming berdampak pada kenaikan muka air laut. Perubahan iklim secara ekstrim juga menciptakan bencana lingkungan yang sangat dahsyat. Di sinilah kepemimpinan Strategik harus memahami aspek geopolitik tersebut, guna memperjuangkan bumi sebagai rumah bersama seluruh umat manusia,” urainya lagi.

Megawati mengutip sejumlah pakar mengenai teori kepemimpinan Strategik. Seperti Stephen Gerras, dan pemikiran Olson dan Simmerson mengenai psikologi kognitif, system thinking, dan game theory. Pendapat ini penting karena Megawati ingin menjelaskan bagaimana kepemimpinan Strategik bekerja. 

Yakni harus memiliki kemampuan memahami sistem berperilaku, memiliki cara pandang multidimensional yang jernih untuk bisa menafsirkan interaksi dalam kerumitan realitas; hingga kemampuan mengkalkulasi dengan cermat dengan setiap langkah dan pergerakan.

“Oleh karena itulah kepemimpinan bukan hanya disebut sebagai suatu ilmu, tetapi juga sebuah seni karena sifatnya yang selalu ada dalam dialektika bersama dengan aktor-aktor lain,” jelas Megawati.

Dia juga mengutip pendapat John Adair, Hughes dan Beatty, untuk menjelaskan bagaimana karakteristik kepemimpinan Strategik yang dibutuhkan. 

Kepemimpinan strategik memerlukan sense of direction, berupa keyakinan atas arah tujuan visi yang akan dicapai. Ia juga memerlukan sense of discovery guna menemukan gagasan terobosan, membuka ruang kreatif, ruang daya cipta sebagai esensi peningkatan taraf kebudayaan masyarakat. "Kombinasi antara leadership, sense of direction, dan sense of discovery akan menentukan jalan perubahan yang sering kali diikuti langkah terobosan," ucap Megawati mengutip Hamel dan Prahalad saat orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor kehormatan di Unhan RI. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES