Olahraga

Sejarah Hari Ini: 11 Juni, Piala Dunia Pertama di Afrika

Jumat, 11 Juni 2021 - 15:35 | 87.99k
Timnas Spanyol tampil sebagai juara Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. (FOTO: FIFA)
Timnas Spanyol tampil sebagai juara Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. (FOTO: FIFA)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejarah terjadi di benua Afrika. Pada 11 Juni 2010, Afrika Selatan  menggelar Piala Dunia 2010, gelaran piala dunia pertama di Afrika. Sejarah hari ini juga mencatat  tragedi paling mengerikan di dunia otomotif yang terjadi 11 Juni 1955. Sebanyak 77 orang meninggal dan puluhan terluka saat dua mobil balap bertabrakan di sirkuit Le Mans, Prancis dan terbang ke arah tribun penonton. Di Indonesia, 11 Juni juga menjadi tanggal meninggalnya pahlawan nasional Jenderal Gatot Subroto.

2010: Piala Dunia 2010 Afrika Selatan

Fifa-2010.jpgLogo Piala Dunia. ©2014 Merdeka.com(FOTO: FIFA)

Sejarah mencatat pada 11 Juni 2010, Piala Dunia 2010 Afrika Selatan resmi dibuka oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.

"Kami merasa terhormat, bisa menjadi tuan rumah salah satu acara olahraga terbesar dunia," kata Zuma pada pesta pembukaan.

Pesta pembukaan Piala Dunia berlangsung sangat meriah. Stadion Soccer City di Yohannesburg dijejali oleh 85 ribu pecinta sepakbola. Suara terompet khas Afrika Selatan, Vuvuzela, menyalak galak memekakkan telinga.

Piala Dunia yang pertama kali dihelat di benua hitam itu dibuka dengan motto "Welcome the world home". Mengingatkan pada situs purbakala bukti peradaban tertua dunia "Cradle of Mankind" yang ditemukan 50 km dari Johannesburg.

Laga pembuka menampilkan kesebelasan tuan rumah melawan Meksiko. Pertandingan ini berakhir dengan hasil 1-1.

Spanyol memastikan diri sebagai yang terbaik di Piala Dunia 2010 setelah mengalahkan Belanda di laga final dengan skor 1-0 di Soccer City Stadium, Johannesburg, Senin (12/7/2010). Piala Dunia 2010 diikuti 32 tim yang terbagi dalam 8 grup.

1955: Tragedi Le Mans

Meninggalnya-Jenderal-Gatot-Subroto.jpgTragedi balapan Le Mans, Prancis. (FOTO: Republika)

Dalam lomba balap 24 jam di Sirkuit Le Mans, mobil balap Mercedes-Benz yang dikendarai oleh Pierre Levegh yang tengah melaju lurus, jalurnya dipotong Austin Healey yang dikemudikan pebalap Inggris, Lance Macklin. Mercedes yang sedang dipacu dengan kecepatan di atas 150 mph (240khm) kemudian menghantam tepi lapangan dan terbang ke udara lalu terhempas di bangku penonton. 

Beberapa bagian kendaraan meledak, mengirimkan bara api ke jalur lintasan dan juga ke kerumunan penonton.

Levegh tewas seketika. Mobil Macklin berputar liar sebelum berhenti di tengah lintasan, tapi dia tidak terluka.

Tiga tim yang bersaing adalah Ferrari, Jaguar dan Mercedes-Benz. Tak lama setelah kecelakaan, manajer Mercedes menginstruksikan dua Mercedes yang tersisa untuk mundur dari balapan sebagai tanda penghormatan kepada mereka yang tewas dalam bencana itu.

Dikutip dari BBC, jumlah orang yang meninggal bertambah menjadi 80 orang. Setelah beberapa orang yang terluka meninggal dalam peratwan di rumah sakit. Ini adalah bencana terbesar di sirkuit balap motor. 

Akibat musibah tersebut, pemerintah Jerman, Prancis, Swiss, Spanyol, Meksiko dan beberapa negara lain melarang digelarnya balap mobil, sampai lintasan perlombaan itu mempunyai standar keamanan yang lebih tinggi. Bahkan Swiss masih menerapkan larangan segala bentuk motorsport sampai tahun 2010.

1962: Meninggalnya Jenderal Gatot Subroto

gatot-subroto.jpg(FOTO: Djawanews)

Jenderal Gatot Subroto. Namanya populer karena dipakai untuk nama jalan protokol di berbagai kota di Indonesia. Jenderal Gatot Subroto adalah sosok pahlawan nasional yang meninggal pada 11 Juni 1962.

Lahir di lahir di Banyumas 10 Oktober 1909, Gatot hidup di tiga zaman berbeda. Dia pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL), anggota Pembela Tanah Air (PETA) di masa pendudukan Jepang, dan bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.

Setelah kemerdekaan, pemerintah memerintahkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada  1945-1950, Gatot dipercaya mengemban jabatan penting, yakni menjadi Panglima Korps Polisi Militer, Panglima Divisi II, dan juga menjabat sebagai Gubernur Militer dari daerah Surakarta. Keberhasilannya kemudian membuat Presiden Sukarno menunjuknya sebagai Panglima Tentara dan Teritorium (T & T)  IV Diponegoro.

Puncak karir Gatot Subroto yakni ketika diangkat menjadi Wakil Kepala Staff Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 1956. Dia juga dikenal sebagai pemimpin yang memiliki perhatian besar  terhadap pembinaan perwira muda.  Menurutnya, pembinaan perwira dapat berjalan maksimal jika akademi militer setiap angkatan menyatu yakni Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Berkat gagasannya, akhirnya terbentuklah Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.

Gatot Subroto meninggal di usia 55 tahun pada tanggal  11 Juni 1962.  Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Atas jasa-jasanya yang begitu besar, Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES