Peristiwa Daerah

Rumah Terdampak Tol Solo-Jogja, Warga membuat Replika Tandem Roller

Kamis, 10 Juni 2021 - 21:26 | 57.46k
Untung Raharjo, 47 tahun, Warga Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten menunjukkan replika Tandem Roller atau Stum buatannya. (FOTO: Thoni Ashari/TIMES Indonesia)
Untung Raharjo, 47 tahun, Warga Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten menunjukkan replika Tandem Roller atau Stum buatannya. (FOTO: Thoni Ashari/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, KLATEN – Rencana pembangunan jalan tol Solo- Jogja yang melewati beberapa desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyisakan delima yang mendalam bagi sebagian warga.

Seorang warga, Untung Raharjo, 47 tahun, ini misalnya. Warga Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten ini sengaja membuat Tandem Roller atau Stum di desanya.

Replikan ini sebagai icon rasa haru karena harus merelakan tanah sekaligus rumah tempat kelahirannya untuk pembangunan jalan tol. Untuk membuat replika impiannya tersebut, Untung membutuhkan waktu sslama 2 bulan. Ia tak melibatkan warga lain, seluruhnya dikerjakan sendiri.

Untung-Raharjo-2.jpg

"Bahan bakunya dari bahan seadanya, yaitu bambu dan sisa besi kontruksi," terang Untung kepada TIMES Indonesia, Kamis (10/6/2021).

Sehari-hari, Untung berprofesi sebagai guru teknik otomotif di salah satu SMK swasta di Kabupaten Klaten. Ia harus rela merogoh kantongnya hingga hampir 3,5 juta rupiah demi mewujudkan impiannya membuat replika.

Menurutnya, ia sengaja memilih icon Stum karena alat berat jenis ini identik dengan pembuatan jalan, khususnya untuk meratakan tanah.

“Saya sengaja memilih stum karena identik dengan alat berat yang fungsinya meratakan tanah," jelas Untung.

Desa-Gatak.jpg

Ia menceritakan setelah mengetahui tanahnya ikut kegusur karena tol, dirinya mengaku sempat menangis. Sebab, tanah itu warisan keluarganya dan ada banyak kenangan di tempat kelahirannya tersebut.

"Saat mengikuti sosialisasi tentang proyek jalan Tol ini saya langsung menangis karena tanah ini adalah tanah kelahiran saya, dari kecil hingga sekarang saya tempati. Namun apa boleh buat saya dan warga yang lain hanya bisa pasrah, lalu saya punya ide untuk membuat alat berat ini, sesuai jurusan saya waktu kuliah dulu," kenang Untung.

Untung menambahkan, dirinya sengaja memajang karyanya di pinggiran jalan masuk kampung di samping sawah milik orang lain sebagai pertanda biar semua masyarakat tahu bagaimana rasanya dampak secara psikologis karena harus kehilangan tempat tinggal. Namun demikian, dia berharap pemerintah bisa segera memberikan ganti rugi yang layak, agar masyarakat tidak kecewa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES