Ekonomi

Panen Tembakau Bikin Pakde Sugirah Lupa Jabatan Sebagai Wabup Banyuwangi

Rabu, 09 Juni 2021 - 22:26 | 68.13k
Wakil Bupati Banyuwangi, Pakde Sugirah memanen sekaligus melihat pengolahan tembakau di Kecamatan Wongsorejo. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Wakil Bupati Banyuwangi, Pakde Sugirah memanen sekaligus melihat pengolahan tembakau di Kecamatan Wongsorejo. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIPakde Sugirah, figur Wakil Bupati Banyuwangi peraih TIMES Indonesia Award (ATI 2020) melakukan panen raya tembakau di Desa Sidowangi, Kecamatan Wongsorejo, Rabu (9/6/2021).

Saking asyiknya memanen tembakau bareng para petani, Pakde Sugirah sampai lupa akan jabatannya sebagai orang nomor dua di Bumi Blambangan Banyuwangi ini.

Maklum, Pakde Sugirah sendiri merupakan figur politikus yang berlatarbelakang seorang petani asli. Berkat kecintaannya terhadap pertanian, membuat Pakde Sugirah berani terjun di dunia politik. Tujuannya sederhana, mengakomodir aspirasi para petani untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat bawah dalam membangun Banyuwangi lebih baik.

Siang tadi, Pakde Sugirah bersama sejumlah petani diagendakan memanen tembakau. Dihadapan lahan seluas 400 hektar, Pakde Sugirah sejenak seperti terhipnotis. Kualitas tanaman yang super, hijau rerumputan dan semilir angin ditengah terik matahari membuat Pakde Sugirah teringat masa-masa sulitnya dulu.

Pakde-Sugirah-memanen-sekaligus-melihat-pengolahan-tembakau-2d5db71929de91a5f.jpg

"Kalau tadi nggak diingatkan, ya bisa-bisa kebablasan ikut panen terus-terusan. Bisa-bisa lepas sepatu juga malah," kata Pakde Sugirah dalam gurauannya kepada TIMES Indonesia.

Sosok Sugirah sendiri tidak menampik, jika pertanian masih menjadi salah satu kesibukannya di hari libur. Sesekali Pakde Sugirah masih aktif terjun langsung di sawah.

"Nyawah (bertani) ya masih to sampai sekarang. Emang saya petani kok. Ya pastinya masih tetap bercocok tanam," ungkapnya.

Soal produktivitas tembakau di Wongsorejo, dirinya pun mengacungi jempol untuk para petani. Dengan pengelolaan yang bagus, petani setempat mampu menghasilkan 5 ton tembakau setiap hektarnya.

"Jempol sekali ini hasilnya, sesama petani saya aja belum mungkin bisa seperti mereka. Nah disini, Pemerintah hadir memberi semangat kepada petani kita. Bahwa jangan pernah lelah menjadi petani. Karena kehidupan di dunia ini tidak lepas dari kehidupan pertanian,” ujar Sugirah.

Dia menambahkan di bidang pertanian, secara umum Banyuwangi berkomitmen menjaga stabilitas pangan agar tidak terjadi kekurangan pangan. Namun di samping itu, Banyuwangi juga mengkampanyekan tanaman lain sebagai komoditas. Baik jenis buah-buahan, sayuran maupun lainnya.

Sebagaimana diketahui, Kabupaten Banyuwangi telah ditunjuk oleh Kementerian Pertanian RI sebagai salah satu daerah penyangga komoditas cabai rawit Nasional. Di Pulau Jawa, total ada tiga daerah yang ditunjuk. Hal ini dimaksudkan untuk antisipasi terjadinya lonjakan harga di masa mendatang.

“Kita juga menanam tanaman apapun yang bisa mendongkrak komoditas di Banyuwangi. Disamping itu, tetap mengedepankan bagaimana petani dan masyarakat Banyuwangi tidak sampai kekurangan pangan. Karena alam kita sangat subur dan mampu," katanya.

Pakde-Sugirah-memanen-sekaligus-melihat-pengolahan-tembakau-3ebbc9704f1fb1b6d.jpg

Dijelaskan Pakde Sugirah, Desa Sidowangi merupakan wilayah yang kekurangan air. Untuk memenuhi kebutuhan air baik itu untuk irigasi dan kebutuhan hidup, masyarakat setempat perlu menguasai pengelolaan sumber mata air dengan baik. Salah satu caranya dengan menanami tanah tandus dan tanah di tepian sungai dengan tanaman pengikat sumber air.

Dalam waktu dekat ini, Pemkab Banyuwangi segera melakukan sosialisasi pengelolaan sumber mata air. Hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah mengurangi dampak musim kering bagi sektor pertanian setempat.

“Nanti kita akan berkoordinasi dengan Dinas terkait bagaimana menjaga air di Sidowangi ini. Karena di sidowangi ini begitu datang air ya di situ datang langsung habis. Tidak ada penyimpanan,” tuturnya.

Pemkab Banyuwangi, kata Pakde Sugirah, akan membantu pengadaan sumur bor untuk kebutuhan air para petani di Desa Sidowangi. Sumur bor menjadi pilihan yang bisa dilakukan Pemkab  Banyuwangi untuk penyelesaian jangka pendek. Karena untuk cara lain masih terbentur dengan keterbatasan dana. 

“Tapi kalau sumur bor untuk mencukupi kebutuhan pertanian saat musim kemarau, tembakau dan sebagainya akan menjadi prioritas utama Pemkab Banyuwangi,” jelasnya.

Data Dinas Pertanian setempat, Desa Sidowangi memiliki luas lahan pertanian seluas 634 hektar. Sebanyak 70 persen dari luas lahan itu atau sekitar 400 hektar ditanami tembakau. Satu hektar lahan, bisa menghasilkan 5 ton tembakau. Pada musim panen raya, tembakau biasa dihargai Rp 25 ribu dari musim biasanya yang bisa mencapai Rp 30 ribu perkilonya.

Sebab itulah, jika sosialisasi pengelolaan sumber mata air ini berhasil, maka dalam satu tahun petani tembakau di Kecamatan Wongsorejo bisa melakukan panen tiga kali.

"Namun karena di Desa Sidowangi ini lahan pertaniannya merupakan sawah tadah hujan, sehingga dalam setahun hanya bisa panen sekali saja. Kalau dengan irigasi yang baik atau diimbangi dengan sumur bor, kemungkinan bisa dua kali panen," cetus Wakil Bupati Banyuwangi Pakde Sugirahkepada TIMES Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES