Indonesia Positif

Pakar Penyakit Dalam Unair Surabaya Sebut Junk Food Bukan Satu-satunya Penyebab Obesitas

Rabu, 09 Juni 2021 - 07:22 | 35.93k
Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNAIR, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD. (FOTO: Dokumen Pribadi)
Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNAIR, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD. (FOTO: Dokumen Pribadi)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Junk food acapkali dianggap sebagai faktor obesitas pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan banyak orang menganggap pengurangan konsumsi junk food saja cukup untuk dapat mengatasi obesitas. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Unair Surabaya, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD, menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat memengaruhi berat badan seseorang.

Pertama, kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang keluar. “Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penumpukan kalori, yang kemudian berubah menjadi lemak dan berujung pada obesitas,” ungkapnya.

Kedua, obesitas dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak melulu berkaitan dengan asupan makanan.

Junk food yang sering dipersepsi, sama dengan fast food nyatanya berbeda. Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang disiapkan agar bisa segera dikonsumsi, sehingga tidak semua fast food adalah junk food. Sedangkan junk food sendiri merupakan makanan yang kaya akan gula, garam, kalori, lemak jenuh dan memiliki kandungan gizi yang minim.

anak.jpg

Bila berlebihan mengkonsumsi makanan jenis ini, maka akan menyebabkan penumpukkan gula, garam dan lemak yang memicu kenaikan berat badan atau obesitas. ”Sehingga junk food memang bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan atau obesitas. Namun perlu diperhatikan juga penyebab lain selain dari asupan makanan,” jelas Dr. Hermina pada TIMES Indonesia.

Sementara itu, menurut dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UNAIR tersebut, asupan junk food yang berlebihan dapat menjadi penyebab obesitas, namun tidak semua obesitas disebabkan oleh asupan makanan.

“Keadaan hipotiroid, gangguan hormon adrenal atau kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kegemukan,” lanjutnya.

Menurutnya, mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktifitas fisik merupakan kunci dari menurunkan berat badan. “Bila obesitas, sebaiknya asupan kalori diturunkan sebanyak 500-1000 kalori dari asupan normal,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, kandungan gizi dalam makanan juga harus diperhatikan. Karbohidrat simpel yang banyak mengandung gula sebaiknya diganti sayur dan karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat. Selain itu, mengonsumsi air putih, menghindari minuman bergula, dan meningkatkan aktifitas fisik, juga merupakan perilaku yang mendorong penurunan berat badan.

“Kalau yang disarankan, untuk obesitas sebaiknya melakukan olahraga selama 30-45 menit perhari, sebanyak lima hari perminggu dengan intensitas sedang. Namun jika pasien obesitas ingin turunnya lebih banyak, maka dapat ditingkatkan menjadi 45-60 menit perhari, selama 5-6 hari perminggu,” jelasnya.

Sebelum melakukan program penurunan berat badan, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lain yang mendasari obesitas dan adanya pantangan tertentu dalam aktifitas fisik dan diet.

Sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Unair Surabaya terus berupaya menciptakan inovasi yang dapat berguna di masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES