Pemerintahan

DPR RI Tekankan Pilah-Pilah BUMN Sehat untuk Diselamatkan

Rabu, 09 Juni 2021 - 21:05 | 33.10k
Gedung Kementerian BUMN. (FOTO: Dokumentasi BUMN)
Gedung Kementerian BUMN. (FOTO: Dokumentasi BUMN)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Total utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai 59,65 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp851,160 triliun. Meski nilainya sangat besar dan berpotensi macet sejalan dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, namun besaran utang ini dinilai masih dalam kategori lazim atau wajar.

Jumlah total utang BUMN itu tidak akan menjadi masalah dengan catatan, kondisi keuangan dan kondisi perusahaan secara umum masih baik. Apalagi pandemi Covid-19 diprediksi akan mereda pada tahun 2022 mendatang. Hal ini disampaikan Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza dalam keterangan tertulisnya, Rabu (09/06/2021).

"Menurut saya, sejauh perusahaan BUMN-nya sehat, sejauh bisnis modalnya punya masa depan setelah pandemi Covid-19 ini akan terlihat biasa-biasa saja," kata Faizol Riza.

Faisol-Riza.jpgKetua Komisi VI DPR RI Faisol Riza. (FOTO: Sumitro for TIMES Indonesia) 

Ditekankan politisi PKB itu, keputusan Pemerintah yang menggaransi utang BUMN itu diyakini karena masih  eligible dan memungkinkan untuk dibayar secara sehat. Sehingga angka besar Rp 851,160 triliun bukan jadi tolak ukurnya. Ia lantas mencontohkan dua BUMN yang dinilainya bisa bangkit saat kondisi pandemi membaik yaitu Garuda Indonesia dan PT Waskita Karya.

"Pemerintah sedang menyiapkan upaya-upaya yang bisa membantu paling tidak meringankan arus keuangan mereka. Misalnya, Waskita Karya yang sekarang dimasukkan dalam skema program SWF (Sovereign Wealth Fund) misalnya," jelasnya.

Diakuinya, langkah yang akan ditempuh Pemerintah tidak akan menuntaskan secara keseluruhan BUMN. Namun sudah sangat membantu bagi perusahaan plat merah yang memiliki utang.

Statistik utang Luang Negeri Bank Indonesia, pinjaman asing BUMN per Januari 2021 tercatat mencapai USD57,47 miliar atau setara Rp809 triliun mengacu kurs Rp14.400 per dolar AS. Besaran ini setara 28% dari total ULN swasta. Kementerian BUMN mencatat, total utang perusahaan negara hingga kuartal ketiga 2020 mencapai 1.682 triliun, naik Rp289 triliun dibandingkan posisi akhir 2019.

Toto Pranoto, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia sebelumnya mengungkapkan tingginya utang BUMN disebabkan karena dampak penugasan pemerintah untuk pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek strategis nasional (PSN). Ia meyakini, struktur utang perusahaan pelat merah akan berkurang melalui Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau sovereign Wealth Fund (SWF).

Toto-Pranoto.jpgToto Pranoto, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia. (FOTO: feb.ui.ac.id) 

Artinya, perseroan akan memanfaatkan lebih banyak pendanaan yang bersifat ekuitas melalui pendanaan LPI. Misalnya investor membeli proyek investasi yang sudah jadi. Disebutkan contohnya pada beberapa ruas tol yang sudah diselesaikan BUMN Karya ataupun LPI melakukan penyertaan ekuitas bagi beberapa proyek yang akan dibangun.

"Dengan cara ini, struktur hutang BUMN bisa dikurangi dalam pembiayaan proyek," ujar Toto saat dimintai pendapatnya, Selasa (08/06/2021).

Disebutkan, instrumen utang memang menjadi andalan BUMN dalam melaksanakan tugas pemegang saham. Misalnya, PT PLN (Persero) mencatatkan utang hingga Rp 500 triliun. Utang itu sebagian dialokasikan untuk program pembangkit listrik.

Kemudian utang PT Waskita Karya Tbk misalnya, per September 2020 yang harus dibayarkan sebesar Rp91,86 triliun. Utang itu terdiri dari utang jangka pendek Rp38,79 triliun dan jangka panjang Rp53,07 triliun.

Berikut BUMNbidang transportasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang memiliki utang sebesar Rp15,5 triliun. Sepanjang 2020, perseroan mencatat utang yang beragam baik utang Rp1,5 triliun untuk modal kerja, obligasi senilai Rp4 triliun, hingga utang jangka panjang sebesar Rp10 triliun.

Terbaru, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mencatatkan utang sebesar Rp 70 triliun. Utang emiten yang menggunung ini menjadi salah satu sebab industri penerbangan negara menuju fase kebangkrutan setelah diterjang pandemi Covid-19. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES